Pagi itu SMA Garuda di hebohkan dengan kedatangn seseorang yang membawa motor sport kawasaki berwarna hitam.
Yang bikin heboh bukan motornya. Melainkan yang membawa motornya yang membonceng seorang wanita.
"Eh itu si Gama boncengin Elata bukan sih?" ucap salah satu siswi yang masih berada di area parkir motor. Melihat, siapa yang berada di atas jok motor seorang Gama.
Segerombolan murid yang masih berada di parkiran mengiyakan, bahwa yang di bonceng Gama adalah Elata. Si cewek yng super jutek.
"Kok Gama bisa ya, bareng sama Elata?" ucap siswi lainnya yang sama melihat Elata di bonceng Gama. Mereka semua merasa heran. Bagaimana bisa, mereka akur? Itu yang ada di dalam pikiran semua murid yang melihat hal langka tersebut.
"Ho'oh, kok tumben, ya?" ujar siswi lainnya.
Elata turun dari motor sport milik Gama, setelah Gama memarkirkannya di tempat yang biasa ia parkir.
Elata membuka helm dan merapikan rambutnya kembali.
"Ko tumben si Elata bareng sama Gama?" kini Ariska, teman Rara yang menyahut.
Rara, cewe yang sudah lama naksir sama Gama. Tapi tak pernah bisa ia dekati. Boro- boro bisa di dekati, sekalinya Rara menyapa Gama, pemuda itu hanya tersenyum kecut.
Miris bulan?
Rara menghiraukan ucapan Ariska, ia berlalu begitu saja setelah mengunci mobil yang ia parkirkan. Ia terlalu panas untuk sekedar melihat Elata dan Gama berboncengan seperti itu. Padahal mereka tidak mesra. Rara nya aja yang sangat lebay, karena merasa Elata adalah penghalang bagi gadis itu untuk mendekati Gama.
"Nih helm, loe" Elata memang sangat terkenal jutek di SMA Garuda itu. Terimakasih saja sangat sulit untuk ia ungkapkan. Sehingga memberikan kembali helm Gama saja dengan nada suara yang sangat tak mengenakan di telinga siapa saja yang mendengarnya.
Tapi anehnya, Gama tak pernah membalas perbuatan Elata yang gak enak itu. Apa lagi sakit hati. Entah Gama yang polos atau memang dia nya yang memang cuek akan sifat jutek Elata? Atau mungkin bisa juga karena Gama sudah terbiasa.
****
Elata berjalan menyusuri koridor sekolah yang menghubungkan dengan kelasnya. Kelas IPA 12.
Sepanjang perjalanan menuju kelas, banyak dari siswa yang mencoba menggodanya. Tapi Elata hanya cuek saja, tak menanggapi mereka. Elata hanya bisa tersenyum simpul. Berjalan, melenggang melewati suitan dari para pria yang mencoba mengajaknya hanya untuk sekedar jalan.
Banyak para siswa yang mendekati Elata. Walau Elata terlihat jutek tapi tak banyak pria yang ingin mengisi hati Elata. Karena kecantikan yang Elata punya.
Gama yang berada tak jauh di belakang Elata. Merasa tidak suka dengan siswa-siswa yang menggoda teman kecilnya ini. Ingin sekali Gama melabrak. Tapi apalah daya jika dia tak punya wewenang untuk melakukan itu. Sementara Elatanya saja sangat biasa.
"Kak Gama, aku juga mau dong di boncengin kak Gama" saat Gama melewati kelas 11. Ada siswi yang mencoba menggoda Gama. Tak malu-malu siswi adik kelasnya itu menghampiri dan berjalan beriringan dengan Gama. Sementara Gama, pemuda itu lagi-lagi hanya tersenyum kecut menanggapinya. Terlalu sering ia mendapat godaan receh seperti itu dari adik kelas maupun yeman seangkatannya.
Kadang pula mereka selalu mencari alasan-alasan yang tak masuk akal agar hanya bisa di boncengin Gama.
Ya begitulah Gama. Pemuda itu tidak memberikan belakang jok motornya di tumpangi oleh cewek manapun. Terkecuali hanya satu gadis, yaitu Elata Rasya. Hanya dia satu-satunya cewek yang bisa duduk di belakang jok motornya.
"El, tumben loe berangkat bareng si Gama?" tanya Flora saat Elata sudah duduk di meja kursi miliknya. Elata membalikan tumbuhnya sehingga berhadapan dengan karibnya itu.
Flora sempat melihat Elata turun dari motornya Gama, saat ia hendak memasuki kelas.
"Sekarang sudah jadian kah? PJ dong!" sambungnya Cindy. Terkekeh geli yang melihat juga Elata berngkat dengan Gama. Tak biasanya. Begitulah pikiran -pikiran yang ada di otak para murid. Yang intinya mereka terlalu kepo.
"Jadian pala loe, sampai lebaran kapanpun gak mau gue jadian sama tuh muka tembok" sergah Elata. Pagi ini moodnya gak terlalu baik. Sehingga siapa saja yang bertanya padanya pasti akan kena semprotan gadis itu.
"Jangan terlalu benci, El! Entar sayang." Cindy terkekeh geli. Sementara Elata hanya memutar bola matanya jengah.
"Benci ama sayang 'kan cuma beda berapa inci doang" sambung Flora yang tertawa di akhir kalimatnya.
Dengan gerakan spontan Elata memukul tangan Flora dengan buku novel yang baru ia ambil di laci mejanya. Flora meringis lalu tertawa terbahak dengan Cindy yang berhasil menggoda sahabatnya yang super jutek itu.
Gama yang baru datang ke kelas, ia berdiri di hadapan Cindy yang tengah enak duduk di kursi meja sang pemilik. Bersebelahan dengan meja Elata. Lantas beranjak kembali ke kursinya.
"Dasar tukang ganggu, pengacau. Seneng banget loe gangguin, gue?" Elata yang merasa terganggu dengan hadirnya Gama kembali menggerutu.
Padahal Gama sama sekali tidak mengganggu Elata yang tadi tengah asik dengan kedua temannya. Elatanya saja yang berlebihan selalu menganggap Gama sebagai pengganggunya.
Ingat! Jika mood Elata sedang tidak baik.
Gama hanya melirik sekitas ke arah Elata dengan sorot mata Elangnya.
"Apa loe lihat-lihat, gue? Naksir loe ?" PD nya Elata. Gadis itu yang tak kalah mengerikan menatap Gama dengan mata indahnya.
Gama menghiraukan Elata dan hanya menggeleng pelan saja. Ia malah menyapa Abram yang ada di depan kursi mejanya. Menghindar!
****
Pagi itu pelajaran di mulai dengan pelajaran Matematika, dimana Elata paling malas dengan pelajaran yang bikin otak jadi puyeng karna rumusnya. Pak Badru, guru yang mengajar MTK itu datang ke kelas dengan beberapa buku yang ia bawa lalu meletakannya di meja guru.
"Selamat pagi?" sapa Pak Badru hangat.
"Pagi, Pak" serentak anak- anak menjawab.
"Kumpulkan PR kalian!"
Anak- anak yang mendapat PR dari gurunya itu langsung berjalan ke depan meletakan buku PR nya di meja guru. Terkecuali satu siswi yang belum.
"El, PR loe?" Flora menyadarkan Elata dari kebingungannya
"Heheehe" Elata hanya tersenyum simpul menangagapi Flora di belakangnya.
"Kenapa?" tanyanya lagi pada Elata
Gama yang juga belum menyerahkan buku PR nya ke depan, langsung menyerahkan buku itu ke Elata.
Elata menoleh.
"Apa?"
"Pake buku PR gue aja!" suaranya yang pelan takut terdengan oleh Pak Badru yang tengah mengecek buku PR murid.
Belum Elata menjawab lagi Pak Badru sudah bersuara
"Elata, Gama, mana PR kalian?" Gama memberikan kode pada Elata dengan lirikan matanya. Elata yang mengerti itu langsung ke depan menyerahkan buku milik Gama. Kemudian kembali duduk.
"PR kamu Gama?" kembali, Pak Badru bertanya.
"Lupa, Pak!" alasan yang di buat Gama.
"Kamu keluar. Berdiri di lapangan sampai pelajaran pertama selesai!" setiap guru tidak memberikan toleransi bagi setiap murid yang tidak mengerjakan PR.
Baru juga Gama melangkah tiga langkah, suara seseorang menghentikannya.
"Pak, yang gak buat PR itu saya bukan Gama" Elata bersuara tapi ia malah mendapat tatapan tajam dari Gama.
"Terus buku yang kamu simpan di depan buku siapa?" tanya Pak Badru
"Itu bukunya Gama, Pak"
"Itu bukan buku saya, Pak" kilahnya Gama.
"Gak pak itu bukunya Gama" debat Elata lagi.
Pak Badru hanya memijat pelipisnya pusing mendengarkan perdebatan dua muridnya ini. Yang tak mau mengalah. Selalu tak mau mengalah.
"Elah... Malah ngedebatin buku PR lagi" kali ini Abram yang geleng-geleng kepala.
"Kalian berdua, keluar!" titah Pak Badru. Karena sudah membuat keributan di dalam kelas.
Elata dan Gama tidak menyahut lagi, mereka langsung ke luar berjalan ke arah lapangan. Menjalankan hukumannya.
"Gara-gara, loe" Elata berjalan mendahului Gama.
"Kok salah, gue?" Gama membela diri tak terima.
"Ia lah salah, loe. Memangnya salah siapa, gue?" Elata sambil menunjuk dirinya sendiri
"Loe nya kenapa pake ngaku kalau buku itu punya gue?"
"Ya...." Elata bagai berpikir sejenak, mengalihkan pandangannya dari mata Gama yang tengah memandangnya dengan tangan yang ia lipat didada.
"Emang itu buku loe, 'kan?" Elata langsung berjalan ke arah lapangan meninggalkan Gama yang mematung menatapnya. Tangan Gama yang masih terlipat didada. Stay cool.
Mereka sudah berdiri di tengah lapangan dengan terik matahari yang kian meninggi.
Elata seketika gerogi dekat dengan Gama, tapi ia masih bisa menguasai dirinya.
"Loe hawatirkan gue di hukum?" Gama yang sudah mensejajarkan diri dengan Elata. Elata justru menatap lurus ke depan menghindari sorot mata Gama. Tak peduli Gama ngomong apa.
"Sayang kalau hawatir gue di kasih ke loe cuma- cuma, mending gue kasih ke Pak Mamat saja" ngelesnya Elata. Gengsi dong kalau Elaata harus mengiyakan omongan Gama.
"Bohong banget" Gama terkekeh.
"Mending loe jauh-jauh sana! Selalu sial 'kan gue kalau deket-deket, loe" tangan Elata mendorong bahu Gama yang sedari tadi menghadap lurus ke arah tiang bendera.
Bukannya menjauh Gama malah menarik tangan Elata dan mendorongnya dengan keras. Seketika....
Brukk
Gama jatuh terlentang, Elata yang di tarik tangannya malah ikut jatuh di atas tubuh Gama. Wajah mereka yang dekat beberapa centi, hingga Elata bisa merasakan hembusan nafas Gama, begitu juga Gama, merasakan setiap hembusan Elata yang menerpa wajahnya.
Manik mata indah mereka beradu tanpa ada batas yang menghalangi. Seberapa perdetik kemudian Elata mengalihkan pandangannya dari mata indah Gama. Kemudian ia berdiri kembali.
Tubuh Elata tiba-tiba berubah merasakan panas yang bertambah. Bukan dari sinar matahari tantunya. Entah dari mana tambahan hawa panas yang Elata rasakan dari dalam tubuhnya. Untung saja tidak ada yang melihat kejadian tadi, karena semua murid masih di dalam kelas. Kalau ada yang melihatnya, Elata bisa malu habis. Mereka pasti mengolok- olokan Elata dan Gama.
Gama hanya berdehem mencairkan suasana. Kembali berdiri agak menjauh dua langkah dari Elata. Kembali menjalankan hukuman yang di berikan pak Badru.
Sungguh hari yang sangat sial bagi Elata. Sudah mobilnya di sita sang Papa dan kini gadis itu di hukum gara-gara tak mengerjakan PR.
****
Mohon dukungan nya ya teman teman dengan like dan coment. Btw ini cerita aku yang pertama. Tolong masukannya ya dari kalian !!
Terimakasih 🙏🙏🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 221 Episodes
Comments
Aldiza azahra
menarik kyak beda dri yg lain..
2021-11-01
1
Abah Adoen
masih nyimak,kayaknya banyakan narasinya tapi minim dialog.
2021-10-09
2
Ima Ashahri
masih nyimak
2021-10-07
0