Telolet...Telolet...📢📢📢
Said membunyikan klakson mobilnya dengan riang. Meksi bermaksud untuk memberi tanda pada Keira dan Beth, bahwa dirinya dan Vynt sudah tiba di depan rumah Beth untuk menjemput mereka, tetapi itu hanyalah niat kedua Said. Sebab niat utamanya membunyikan klakson itu secara terus menerus adalah, karena memang pemuda ceking itu sedang pamer dengan bunyi klakson barunya.
Said dan Vynt memang menjemput para sahabat perempuan mereka itu untuk mengantarkan Keira ke kantor papanya. Mengingat di hari sebelumnya Keira menerima telepon dari sang ibu tiri, yang menyampaikan pesan—dibumbui dengan sarkasme yang berlebihan—bahwa papa Keira meminta putrinya untuk datang ke kantor orang tua itu.
"Ih, apaan si—h. Bunyi klakson mobil lo nggak banget deh," olok gadis bernama lengkap Bethsa Putry itu sambil membuka pintu belakang mobil Said.
"Kalian tahu nggak, nih anak ngebunyiin klaksonnya tiap jalan seratus meter gae—s," runtuk Vynt yang sedari awal sudah ada di dalam mobil Said—karena mereka berangkat bersama. Kedua pemuda itu memang indekos di lokasi yang sama sejak tahun pertama kuliah mereka.
"Biar viral men, biar VIRAL," ujar Said semangat, "lucu kan mobil sangar se-sangar Jeep Gladiator gue punya klakson yang unik gitu," tambahnya lagi berapi-api.
Celotehan pemuda itu cukup untuk membuat Vynt dan Beth jengah, lalu memutar bola mata mereka dengan malas. Hanya Keira yang cekikikan sambil mengikuti Beth masuk ke kursi penumpang di bagian belakang mobil Said.
"Tapi awas aja kalo sampe lo nyalain klakson tiap seratus meter lagi. Bakalan langsung gue bongkar mobil lo, gue pretelin, trus gue paketin balik tiap bagiannya ke negara asal lo sana. Inget itu!" ancam Vynt dengan melirik tajam pada Said.
"Ish, serem amat lo, bro." Said begidik. "Iya deh iya—, kagak bakalan gue nyalain lagi kalo nggak penting," jawab Said keder dengan ancaman sahabtnya itu.
"Udah yuk buruan cabut! Keburu Keira kesiangan tuh," desak Beth.
Kemudian mobil sangar itu pun mulai melaju, membawa mereka berempat menuju perkantoran milik Papa Keira.
Keira menatap lurus ke luar jendela mobil Said yang sedang ditumpanginya. Ia menerka-nerka dalam hati, kenapa Papanya yang selama ini menghindarinya, kini justru menyuruhnya untuk datang ke menemui orang tua itu.
Ada apa ya? batin Keira.
Hatinya terus bertanya-tanya. Segala kemungkinan yang bisa dijadikan alasan Papanya mau menemuinya, coba ia pikirkan, tapi Keira masih tidak mampu menemukan satu pun yang terasa tepat. Semuanya meragukan. Sebagian terasa terlalu dramatis. Bahkan ada yang mustahil terjadi. Hingga akhirnya Keira pun menyerah. Pasrah pada apa yang akan dihadapinya nanti di hadapan Papanya.
Perjalanan mereka hanya membutuhkan waktu sekitar dua puluh menit, tetapi momen menegangkan itu terasa nyaris seperti seabad bagi Keira. Mobil Said akhirnya mulai memasuki area lobi gedung perkantoran milik Papa Keira, bahkan ketika gadis itu belum mampu menata debaran jantungnya yang tak beraturan. Keira langsung turun begitu Said menghentikan mobilnya tepat di depan pintu lobi utama gedung perkantoran itu.
"Yakin nggak mau ditemenin sama kita-kita?" tanya Beth dengan nada dan ekspresi khawatir dari kursi belakang.
Keira mengangguk mantap sambil tersenyum pada ketiga temannya yang masih ada di dalam mobil. Berusaha menyembunyikan kegugupan yang dirasakannya sejak berangkat tadi.
"Tenang gaes, aku cuman mau ketemu Papaku aja kok, bukannya mau uji nyali ketemu setan," Keira mencoba melucu. Untungnya ia merasa geli sendiri mendengar perumpamaan konyol yang dibuatnya.
"Bukannya ketemu papamu sama aja kaya' uji nyali ya?" tanya Beth wajah polosnya.
Seketika sebuah jitakan mendarat di kepala gadis yang kurang peka itu, dan... "ADUH!" Beth langsung mendelik tajam pada Said sebagai pelakunya.
"Semangat Kei, kita tunggu kabar dari lo." Said langsung melengos dari Beth tanpa menggubris pelototan gadis mungil itu, dan malah mengacungkan kedua jari jempolnya pada Keira.
Beth yang melihat jempol Said teracung pada Keira, jadi ikut-ikutan mengacungkan jempolnya juga sambil meringis lucu. Gadis itu langsung melupakan rasa sakit setelah dijitak Said barusan. Keira pun tersenyum melihat tingkah menggemaskan kedua temannya itu.
"Langsung telpon kalo lo dah kelar!" perintah Vynt pada Keira dengan wajah serius.
Keira mengangguk cepat sambil melambaikan tangan pada teman-temannya sesaat sebelum dirinya mulai berjalan memasuki gedung perkantoran itu.
Inilah kali pertama Keira melangkahkan kaki ke kantor milik Papanya. Papa kandungnya sendiri. Meski begitu, walaupun dia adalah putri sulung dari pemilik perusahaan tersebut, tetapi tidak satu pun staff di sana yang mengenalinya sebagai anak Direktur Utama PT. Permata. Karena Keira memang tidak pernah diperkenalkan secara publik oleh keluarganya—khususnya oleh Papanya.
Keira langsung menuju ke meja resepsionis begitu dirinya memasuki gedung perkantoran itu. Staff resepsionis yang berpenampilan formal dan rapi segera memberi salam dan menanyakan maksud kedatangan Keira.
"Saya ada janji temu dengan Pak Zein," jawab Keira dengan senyum ringan.
"Maaf, maksud anda Pak Zein, Direktur Utama?" tanya staff tersebut mengonfirmasi.
"Betul." Keira menjawab singkat.
"Mohon ditunggu akan saya konfirmasikan terlebih dahulu ke sekretaris beliau." jelas resepsionis masih dengan senyuman.
Keira pun hanya menggangukkan kepalanya dan menunggu. Seandainya semua orang di sini tahu siapa dia. Seandainya Papanya pun sudi mengakuinya. Mungkin Keira tidak perlu melewati prosedur bertele-tele seperti ini hanya untuk menemui Papa kandungnya sendiri.
Tak lama kemudian, seorang pria tegap dengan setelan jas lengkap yang terlihat sangat profesional muncul dan mendekati Keira. Keira yang menunggu sambil menghadap meja resepsionis tidak menyadari kedatangan pria itu.
"Nona Keira," panggil pria tegap tersebut dengan tegas namun tetap sopan.
Keira menoleh, "Iya saya," jawabnya
"Saya Iqbal, sekretaris Pak Direktur. Mari ikut saya, Pak Direktur sudah menunggu di kantornya," jelas Pak Iqbal sambil merentangkan sebelah tangannya sebagai isyarat mempersilahkan Keira mengikutinya.
Keira menoleh kembali ke meja resepsionis, dan melihat staff wanita yang melayaninya tadi sudah meletakkan gagang teleponnya, lalu mengangguk kepada Keira. Merasa tak punya pilihan, Keira mengikuti langkah pria tersebut tanpa banyak tanya lagi. Walaupun pertanyaan-pertanyaan yang sedari tadi mengganggunya masih berputar-putar di pikirannya namun Keira tetap berusaha untuk tenang.
Sebentar lagi aku pasti akan tahu kenapa aku dipanggil kesini, pikir Keira dalam hati.
Melalui jalur khusus, mereka akhirnya sampai di depan sebuah pintu sayap ganda, yang megah dan terbuat dari kayu jati tua, yang terkesah kokoh serta mewah.
Pak Iqbal mengetuk dua kali terlebih dahulu sebelum menginformasi, "Pak Direktur, Nona Keira sudah tiba."
"Masuk!" perintah suara dari dalam.
Pak Iqbal pun langsung membuka kedua daun pintu besar itu secara bersamaan. Seketika jantung Keira makin berdegup kencang.
DEG
DEG
DEG
.
.
.
To Be Continue...
.
.
.
.
.
Haiyooo siapa disini yang bapaknya galak sampe mau ktmu aja bikin sport jantung 😁
Masih ditunggu komen nya yaa readerskuu kesayangan, semoga happy selalu 😘😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 143 Episodes
Comments
Setyowti Puji Rahayu
apa bapaknya kayra galak banget ya thorr
2020-12-07
6
Adinda Kinanty
bpkku gx galak thoor dah meninggal jg..
2020-12-05
3
Angelic
aku gak kenal dan gak tau bapak aku 😑
2020-11-24
1