Keira baru saja keluar dari kelas mata kuliah pertamanya hari itu ketika ponselnya tiba-tiba berdering. Seketika air mukanya menjadi keruh saat melihat nama kontak yang tertera di layar ponselnya.
"Huufftt...." desahnya dengan nafas berat.
Vynt yang kebetulan berjalan tepat di belakangnya untuk keluar kelas tanpa sengaja melihat ke layar ponsel Keira. Ekspresi Vynt pun berubah tajam. Said yang menyadari perubahan raut wajah Keira dan Vynt jadi ikutan kepo, siapakah gerangan yang membuat kedua sahabatnya itu mendadak badmood.
"Siapa sih Kei??? Kok gak lo angkat???" akhirnya Said bertanya saking penasarannya.
Keira hanya menunjukkan layar ponselnya pada temannya itu tanpa menjawab. Said dan juga Beth—gadis yang berdiri di hadapan Keira—refleks memicingkan mata mereka saat melihat layar ponsel gadis itu. Sementara Vynt membuang mukanya kesal sambil memasukkan kedua tangannya dalam kantong celana.
"Haiiishhhhh, ngapain sih nih Mak Lampir telepon-telepon segala. Mana masih jam segini pula. Bikin badmood aja pagi-pagi!" cerocos Said sambil mengacak-ngacak rambutnya kesal.
"Huussshhh..bukan Mak Lampiiiirr!" ralat Beth yang merupakan satu-satunya sahabat wanita Keira. "Tapi Mak Erot!" tambahnya lagi sambil terkikik. Membuat ekspresi teman-temannya termasuk Keira sedikit membaik.
"Tumbeeenn pinteerr!!!!" puji Said lalu ganti mengacak-ngacak rambut Beth.
Beth yang rambutnya terlanjur berantakan spontan menjerit histeris dan mulai menyerang Said. Said langsung kabur untuk menghindari amukan Beth yang menggila.
Argha yang sedari tadi duduk bersama teman-temannya di anak tangga kedua dari bawah, langsung bisa melihat Keira begitu kekasihnya itu muncul dari balik pintu kelas bersama teman-temannya. Argha memang sengaja menunggu Keira di sana karena lokasinya yang tepat berada di seberang kelas Keira.
Pemuda itu menghampiri Keira yang masih menatap ponselnya lekat. Ditepuknya pelan pundak Keira yang membuat gadis itu kemudian mengarahkan pandangan padanya.
"Siapa?" tanya Argha penasaran melihat Keira yang seperti enggan menerima telepon dari ponselnya.
Lagi-lagi Keira enggan menjawab seolah sangat anti baginya menyebutkan siapa penelepon itu. Seperti yang dilakukan Keira pada teman-temannya tadi, kali ini pun dia hanya menunjukkan layar ponselnya pada Argha sambil mengerucutkan mulutnya tanda malas. Argha mengambil nafas panjang setelah melihatnya lalu ditepuknya pelan kepala Keira.
"Angkat aja, siapa tau penting!" saran Argha.
Keira memutar bola matanya. Sejujurnya dia sangat malas menerima telpon itu, entah hinaan atau makian apa lagi yang akan diterimanya dari ibu tirinya itu. Wanita itu lebih sering menyampaikan kalimat-kalimat tidak menyenangkan daripada hal-hal penting. Tapi mungkin Argha juga ada benarnya, siapa tahu kali ini isi telepon itu memang penting.
"Apa perlu gue yang gantiin lo dengerin omongannya tuh orang?" Vynt menawarkan dirinya.
Jujur dia tak suka jika Keira dihubungi ibu tirinya. Seingat Vynt, sahabatnya itu tidak pernah diperlakukan sepantasnya baik secara verbal maupun non verbal oleh wanita itu. Pada akhirnya Keira pasti tertekan atau bersedih setelah berinteraksi dengan ibu tirinya yang bermulut pedas.
"Thanks Vynt, tapi mending gue angkat sendiri deh. Daripada tambah berabe." jawab Keira pasrah dengan mengedikkan bahunya pelan.
"Halo!" sahut Keira setelah menggeser icon receiver pada layar ponselnya.
"DASAR ANAK KURANG AJAR!!! BERASA ORANG PENTING KAMU, HAH, SAMPAI SAYA HARUS TELPON BERKALI-KALI BARU KAMU ANGKAT!!!"
Teriakan membabi buta ibu tirinya membuat Keira harus menjauhkan ponselnya dari telinganya jika tidak ingin gendang telinganya rusak.
"Ada apa?" tanya Keira datar tanpa menggubris makian orang di seberang.
"MAKIN NGELUNJAK KAMU YA SAMA SAYA?! UDAH MERASA LEBIH HEBAT KARENA SEKARANG KAMU KELUAR DARI RUMAH?! DASAR!!! SAMA AJA KAMU ITU KAYA IBUMU, SAMA-SAMA GAK TAHU TERIMA KASIH!!!"
Wanita itu masih heboh memaki Keira dengan tenaga ekstra seolah sedang menyanyi seriosa. Keira menarik nafasnya dalam-dalam lalu menghembuskannya kembali dengan cepat sebelum kembali menjawab.
"Maaf, saya gak punya banyak waktu. Saya harus masuk kelas lagi." balas Keira setenang mungkin.
Dia sudah teramat jengah dengan makian ibu tirinya, apalagi wanita itu mulai menyangkut pautkan ibunya. Sebelum emosinya semakin meluap sebaiknya dia segera mengakhiri percakapan mengerikan itu.
"DASAR SIALAN, KALAU SAJA BUKAN PERINTAH DARI PAPAMU SAYA JUGA TIDAK SUDI BERHUBUNGAN LAGI DENGAN GADIS TENGIK MACAM KAMU! PAPAMU MENYURUHMU KE KANTORNYA BESOK PAGI. AWAS KALAU KAMU TIDAK DATANG! JANGAN SAMPAI PAPAMU MENYALAHKAN SAYA KARENA ULAHMU!" Klik. Tuutttt.....
Si Mak Erot pun...eehh salah, Si Ibu Tiri pun mengakhiri telponnya.
"Haaahhhh...." Keira mendengus keras melepaskan penatnya.
Tangannya yang masih memegang ponsel terkulai lemas seolah beban berat di pundaknya selama pembicaraan tadi turut lepas terhempas.
"Ada apa?" Argha bertanya khawatir.
"Dia bilang Papa nyuruh aku ke kantornya besok pagi." jawab Keira.
"Aku pengen nemenin kamu tapi besok aku musti ngurus administrasi final untuk Job Training-ku." Argha berujar kecewa.
"It's Ok. Kamu fokus aja sama urusanmu. Aku bisa ajak temen-temen, iya kan Vynt?" Keira menoleh pada Vynt yang masih berdiri santai dengan kedua tangan di dalam kantongnya.
Vynt hanya menampakkan senyum smirk-nya tanda setuju. Argha yang merasa lega kemudian mengulurkan tos kepalan tangan pada Vynt. Vynt langsung mengeluarkan sebelah kepalan tangannya dari kantong untuk membalas tos dari Argha.
"Thanks, bro." ucap Argha tulus.
"Nevermind." balas Vynt dengan cool.
.
.
.
To be continue....
.
.
.
Semoga selalu bisa memberikan bacaan yang menarik buat kaliaannn, readerskuu...
Terima Kasih yang sudah sudi melirik karya apa adanya ini, ditunggu komennya yaa 😁😚
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 143 Episodes
Comments
Mom Dee 🥰 IG : devinton_01
masuk list favorit ... awal cerita yg menarik, aku suka 😊
2024-03-09
0
Aleza farisa
q suka lupa komen thor saking husuk nya
2021-02-14
2
Yollandha Putri°𝐍𝐍᭄
kayaknya bagus
2021-02-12
1