Orang Ketiga
****
Sebuah bis berhenti, di depannya dua pemuda dan pemudi terlihat sedang berbicara dengan terburu-buru.
"Tunggu aku, jika aku kembali, aku akan datang langsung melamarmu," kata Amar pada Risa.
Di tepi jalan, seorang pemuda memberi salam perpisahan kepada teman masa kecilnya sebelum taksi yang membawanya pergi.
Sementara sang gadis hanya mengangguk sambil berusaha menahan air matanya. Amar dan Risa tidak pacaran; mereka hanya teman sejak kecil.
Tentu saja, perkataan Amar tadi tidak diduga oleh Risa. Meskipun mereka saling suka, perasaan itu dijaga rapat-rapat dan dibungkus dalam bingkai persahabatan. "Teman tapi mesra gitu."
Amar mendapatkan beasiswa kedokteran di salah satu universitas ternama di Jakarta karena akan meninggalkan Semarang beberapa tahun. Akhirnya, Amar mengungkapkan perasaannya dalam bentuk lamaran singkat.
Risa seolah sudah memahami, hanya bisa mengangguk. Di lubuk hatinya, perasaannya bergejolak antara senang dan sedih secara bersamaan, membuat dadanya terasa penuh. Setelah taksi pergi, air mata Risa mulai mengalir deras.
"Sudah, sudah, Risa sayang! Amar akan kembali," hibur Tante Nina, mamanya Amar.
Sejenak, Risa hampir lupa bahwa ia berada di depan rumah Amar bersama orangtua pemuda tersebut. Pemuda itu tidak ingin diantar ke bandara karena tidak mau merepotkan semuanya.
"Amar ini gimana sich, masa melamar anak gadis orang di jalanan, ini bukan sinetron," sungut Pak Beny, papanya Amar.
Risa sedikit terhibur, tersenyum walau masih berkaca-kaca.
"Ayo Risa, masuk ke dalam dulu."
"Terima kasih Tante, Risa pamit pulang. Aku mau siap-siap mendaftar ke kampus. Kak Raka pasti sudah menunggu," tolak Risa dengan halus. Ia pamit mencium tangan kedua orangtua Amar dan memacu motor matic pulang ke rumah.
Amar sudah pergi mengejar cita-citanya menjadi dokter di Jakarta. Meskipun orangtuanya mampu membiayai kuliahnya, Amar lebih suka mandiri dengan mencari beasiswa.
Hari berganti bulan.
Tidak terasa telah lewat 7 purnama, Amar dan Risa terpisah jarak. Kesibukan kuliah masing-masing membuat mereka semakin jarang berkomunikasi, sesekali hanya bertukar kabar dan sapaan.
****
Tanpa terasa setahun berlalu
Risa sudah memasuki semester 3 kuliahnya
" Pagi ayah! Kak Rere muaah.." kata Risa mencipika cipiki pipi Ayah dan Kakaknya. Risa anak bungsu dari 3 bersaudara.
" Pagi, kuliah apa pagi ini??"
" Kosong Kak"
"Syukurlah kakak pinjam motornya ke kampus ya, kakak ada janji dengan pembimbing dan motor kakak rusak" kata Rere terlihat memelas
"Boleh, tergantung sogokan" jawab Risa dengan nada imut memainkan kunci motornya.
" Kecil-kecil minta disogok?" mata Kak Rere melotot.
Risa tertawa renyah.
" Baiklah, gimana kalau soup buah Mang Jerry 1porsi?" Rere mengalah, ia membutuhkan motor Risa.
" 2 porsi, Deal? " Risa membentuk angka dua pada jarinya.
" Baik, 2 porsi " Rere menyetujui
" Asyikk !!!! thank you sist, Risa mandi dulu"
Risa berlalu ke kamar mandi. Ayah dan Rere melanjutkan sarapan paginya. Risa jarang makan pagi berdiam diri dirumah. Ia sudah terbiasa sejak ia kecil tidak akan sarapan jika tidak kesekolah.
Didalam keluarga Risa. Ada Ayah Risa, Irawan Kusuma, merupakan seorang pensiunan polisi yang, meskipun telah pensiun, masih terlihat lebih muda dari usianya. Kini, beliau menjalani hari-harinya dengan membuka toko penjualan baju di salah satu kompleks ruko yang ramai pengunjung. Aktivitas ini menjadi cara yang baik untuk mengisi waktunya setelah pensiun dari tugas polisi yang telah lama diembannya.
Ibu Risa telah meninggal sejak Risa masih duduk di bangku SD. Oleh karena itu, Risa tumbuh dewasa dengan dua saudara sebagai teman seiring berjalannya waktu.
Saudara pertama, Raka Kusuma, telah memilih jalur kepolisian sebagai profesi. Kini, ia sudah menikah dengan Nadia Paranata, dan keduanya memberikan satu keponakan perempuan untuk Risa. Meskipun memiliki kesibukan masing-masing, hubungan antara Raka, Nadia, dan Risa tetap erat, menciptakan ikatan keluarga yang hangat dan penuh kebersamaan.
Saudara kedua Risa, Renata Kusuma, saat ini tengah fokus menyelesaikan tugas akhir skripsinya. Dengan selisih usia hanya dua tahun dari Risa, Renata dikenal sebagai sosok yang paling cerewet di rumah. Meski tengah sibuk dengan akademisnya, kehadiran Renata tetap memberikan warna dan kehidupan dalam keluarga, menjadikannya sosok yang tak terpisahkan dari kehangatan rumah Risa.
"Rere pamit dulu ya! dah ayah" Rere mencium pipi ayahnya lalu bergegas pergi.
Pak Irawan tersenyum sambil menggelengkan kepalanya.
Dirinya juga harus bersiap membuka toko.
Risa keluar dari kamar dan terlihat sudah segar setelah mandi.
" Ayah ke Toko dulu" Pamit Pak Irawan.
" Risa ikut Ayah, sekalian cek stok barang " Risa mengikuti ayahnya dari belakang.
Risa dan Rere berbagi tugas dalam toko.
Risa bagian Stok barang dan Rere bagian keuangan.
" Tidak Usah, minggu depan saja" kata Ayah
" Loh? kenapa Ayah? biasanya tanggal segini Risa memeriksa biar ga terlalu banyak kerjaan" Kata Risa keheranan
" Gapapa, Ayah saja! kamu dirumah" Seolah Pak Irawan sedang menyembunyikan sesuatu
" Kenapa ayah?" Tanya Rere dan Risa serentak.
" Ayah pulang cepet. Kamu masak saja buat makan malam, kita akan kedatangan tamu" kata ayah berahasia.
Kedua anak gadisnya menatap bingung tapi mengiyakan saja.
" Barangkali tamunya spesial atau teman lama ayah, aku siap-siap dulu kalau begitu" kata Risa angkat bahu.
****
" Hmmm wanginya! Masak apa nih Dek?" tanya Raka muncul didapur saat Risa asyik memasak.
" Loh kak Raka? tumben datang ga bilang? Alisya mana??datang juga??" Tanya Risa melihat sana sini mencari keponakan tersayangnya.
" Hai! kakak bisa bantu apa nih?"
istri Raka muncul bersama Alisya keponakan Risa.
" Udah mau selesai nih, tinggal ditata dimeja makan aja "jawab Risa
" Oke, kakak bantu itu aja" Nadia pergi ke ruang makan.
Risa tertawa, rasa penasaran nya sejak tadi tentang tamu ayahnya ternyata kedatangan Raka dan istrinya.
Tak lama berselang Rere juga pulang. Keluarga kecil itu berkumpul bercanda sambil nonton TV bersama, mereka saling bercerita tentang kegiatan mereka masing-masing.
" Ayah pulang" terdengar suara lembut ayah dari arah pintu
Semua menoleh menyambut. Ada tamu yang datang bersama pak Irawan, mereka adalah sepasang ibu dan anak lelaki seusia Rere.
Deg! Deg!
Hati Risa langsung tidak enak.
Wajah Rerepun langsung seperti ditekuk hanya Raka yang terlihat biasa saja
Sekelebat dugaan menari dikepala tetapi buru-buru ditepis oleh Risa.
" Ayah kok ga disambut?" tanya Pak Irawan tersenyum hangat.
Kedua tamu pak Irawan dipersilahkan duduk.
Setelah mengobrol sebentar mereka ikut makan malam bersama keluarga Kusuma.
Sang ibu bernama Diana Carolina dan anak lelakinya Sandy Karangagung. Keduanya terlihat ramah.
Risa dan Rere mendadak bisu selama makan malam berlangsung.
"Mungkin Ayah harus menjelaskan pada Rere dan Risa tuh, lihat mereka bahkan sejak tadi tidak bersuara." Kata Raka berusaha mencairkan suasana.
" Hmm" Ayah tersenyum sudah menduga reaksi kedua putrinya.
Risa menatap anggota keluarganya satu persatu. Rere menatap tajam ke arah Sandy sedang yang ditatapnya cengengesan sendiri.
" Aku sudah selesai" ujar Rere berdiri.
" Tunggu! setelah ini kita bicara diruang tengah dulu " kata Pak Irawan.
" Aku menolak Ayah! itu jawabanku" kata Rere
" Sebentar Re, Ayah bahkan belum bicara apapun" sela Raka
" Aku bukan anak kecil yang tidak paham situasi sekarang, sorry aku menolak! kak Raka ga bisa maksa aku" suara Rere agak meninggi.
Ibu Diana terlihat sedih karenanya. Rere meninggalkan meja makan lalu masuk ke kamarnya.
Risa bimbang, namun memutuskan untuk ikut pembicaraan diruang tengah.
****
Semuanya berkumpul diruangan tengah. Ibu Diana dan anaknya diperkenalkan kembali oleh Pak Irawan.
"Ayah ingin menikahi ibu Diana" kata Pak Irawan
Pernyataan itu sudah diduga Risa tetapi tetap memukul hatinya. Perih rasanya posisi ibunya sebentar lagi akan tergantikan oleh sosok ibu Diana.
"Kak Raka udah tau sejak kapan?" tanya Risa.
" Ayah sudah memberi tahu kakak sejak bulan lalu" Jawab Raka tenang.
" Dan Kak Raka setuju?" lanjut Risa memotong perkataan Raka.
Terlihat kakak sulungnya mengangguk.
Risa lemas tidak siap, dilema pikiran dan otaknya tidak sinkron.
Ia tidak siap sama sekali mempunyai ibu tiri.
" Kakak minta kamu dan Rere mempertimbangkan keadaan Ayah" Lanjut Raka.
" Berapa lama ayah kenal ibu Diana?" tanya Risa
" Kami, Kami sudah saling mengenal 3 tahun yang lalu, Tahun lalu ayah memutuskan untuk mengenal ibu Diana lebih dekat" jawab Pak Irawan terlihat agak memerah malu ditanyai anak sendiri.
" Ini terlalu mendadak untuk kami " kata Risa
" Kalian bisa saling mengenal jika putri-putri ayah setuju ayah akan menikahi ibu Diana bulan depan"
Risa diam seribu bahasa. Wajah sang ibu terbayang dipelupuk matanya. Apakah bisa sosok ibunya tergantikan dengan ibu Diana?
*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 123 Episodes
Comments
Nines Windia Anggaraeni
saya kira mau jodohin Rere terus rere nya engga mau d gantikn dengan Risa
terata bpa nya .thor cerita kaya sedikit kaya kehidupan kuh 😶
punya sodara 3 ibu engga ada bpa nikah lgi 😢😭🙁
2021-10-14
0
ani nurhaeni
kiraiin mu jodohiin anak nya
eehh ternyata bpk nyaa kebelet kawiin
2021-10-12
0
Andrean Brima
seperti KK iparku walaupun masih terlihat muda, tp udah pensiun dari Akabri dgn pangkatnya Serma.. memiliki 3 anak, 2 perempuan 1 laki-laki, tp gk ada yg mau menjadi ABRI atau pun kowad...
2021-10-10
1