****
Sebuah bis berhenti, di depannya dua pemuda dan pemudi terlihat sedang berbicara dengan terburu-buru.
"Tunggu aku, jika aku kembali, aku akan datang langsung melamarmu," kata Amar pada Risa.
Di tepi jalan, seorang pemuda memberi salam perpisahan kepada teman masa kecilnya sebelum taksi yang membawanya pergi.
Sementara sang gadis hanya mengangguk sambil berusaha menahan air matanya. Amar dan Risa tidak pacaran; mereka hanya teman sejak kecil.
Tentu saja, perkataan Amar tadi tidak diduga oleh Risa. Meskipun mereka saling suka, perasaan itu dijaga rapat-rapat dan dibungkus dalam bingkai persahabatan. "Teman tapi mesra gitu."
Amar mendapatkan beasiswa kedokteran di salah satu universitas ternama di Jakarta karena akan meninggalkan Semarang beberapa tahun. Akhirnya, Amar mengungkapkan perasaannya dalam bentuk lamaran singkat.
Risa seolah sudah memahami, hanya bisa mengangguk. Di lubuk hatinya, perasaannya bergejolak antara senang dan sedih secara bersamaan, membuat dadanya terasa penuh. Setelah taksi pergi, air mata Risa mulai mengalir deras.
"Sudah, sudah, Risa sayang! Amar akan kembali," hibur Tante Nina, mamanya Amar.
Sejenak, Risa hampir lupa bahwa ia berada di depan rumah Amar bersama orangtua pemuda tersebut. Pemuda itu tidak ingin diantar ke bandara karena tidak mau merepotkan semuanya.
"Amar ini gimana sich, masa melamar anak gadis orang di jalanan, ini bukan sinetron," sungut Pak Beny, papanya Amar.
Risa sedikit terhibur, tersenyum walau masih berkaca-kaca.
"Ayo Risa, masuk ke dalam dulu."
"Terima kasih Tante, Risa pamit pulang. Aku mau siap-siap mendaftar ke kampus. Kak Raka pasti sudah menunggu," tolak Risa dengan halus. Ia pamit mencium tangan kedua orangtua Amar dan memacu motor matic pulang ke rumah.
Amar sudah pergi mengejar cita-citanya menjadi dokter di Jakarta. Meskipun orangtuanya mampu membiayai kuliahnya, Amar lebih suka mandiri dengan mencari beasiswa.
Hari berganti bulan.
Tidak terasa telah lewat 7 purnama, Amar dan Risa terpisah jarak. Kesibukan kuliah masing-masing membuat mereka semakin jarang berkomunikasi, sesekali hanya bertukar kabar dan sapaan.
****
Tanpa terasa setahun berlalu
Risa sudah memasuki semester 3 kuliahnya
" Pagi ayah! Kak Rere muaah.." kata Risa mencipika cipiki pipi Ayah dan Kakaknya. Risa anak bungsu dari 3 bersaudara.
" Pagi, kuliah apa pagi ini??"
" Kosong Kak"
"Syukurlah kakak pinjam motornya ke kampus ya, kakak ada janji dengan pembimbing dan motor kakak rusak" kata Rere terlihat memelas
"Boleh, tergantung sogokan" jawab Risa dengan nada imut memainkan kunci motornya.
" Kecil-kecil minta disogok?" mata Kak Rere melotot.
Risa tertawa renyah.
" Baiklah, gimana kalau soup buah Mang Jerry 1porsi?" Rere mengalah, ia membutuhkan motor Risa.
" 2 porsi, Deal? " Risa membentuk angka dua pada jarinya.
" Baik, 2 porsi " Rere menyetujui
" Asyikk !!!! thank you sist, Risa mandi dulu"
Risa berlalu ke kamar mandi. Ayah dan Rere melanjutkan sarapan paginya. Risa jarang makan pagi berdiam diri dirumah. Ia sudah terbiasa sejak ia kecil tidak akan sarapan jika tidak kesekolah.
Didalam keluarga Risa. Ada Ayah Risa, Irawan Kusuma, merupakan seorang pensiunan polisi yang, meskipun telah pensiun, masih terlihat lebih muda dari usianya. Kini, beliau menjalani hari-harinya dengan membuka toko penjualan baju di salah satu kompleks ruko yang ramai pengunjung. Aktivitas ini menjadi cara yang baik untuk mengisi waktunya setelah pensiun dari tugas polisi yang telah lama diembannya.
Ibu Risa telah meninggal sejak Risa masih duduk di bangku SD. Oleh karena itu, Risa tumbuh dewasa dengan dua saudara sebagai teman seiring berjalannya waktu.
Saudara pertama, Raka Kusuma, telah memilih jalur kepolisian sebagai profesi. Kini, ia sudah menikah dengan Nadia Paranata, dan keduanya memberikan satu keponakan perempuan untuk Risa. Meskipun memiliki kesibukan masing-masing, hubungan antara Raka, Nadia, dan Risa tetap erat, menciptakan ikatan keluarga yang hangat dan penuh kebersamaan.
Saudara kedua Risa, Renata Kusuma, saat ini tengah fokus menyelesaikan tugas akhir skripsinya. Dengan selisih usia hanya dua tahun dari Risa, Renata dikenal sebagai sosok yang paling cerewet di rumah. Meski tengah sibuk dengan akademisnya, kehadiran Renata tetap memberikan warna dan kehidupan dalam keluarga, menjadikannya sosok yang tak terpisahkan dari kehangatan rumah Risa.
"Rere pamit dulu ya! dah ayah" Rere mencium pipi ayahnya lalu bergegas pergi.
Pak Irawan tersenyum sambil menggelengkan kepalanya.
Dirinya juga harus bersiap membuka toko.
Risa keluar dari kamar dan terlihat sudah segar setelah mandi.
" Ayah ke Toko dulu" Pamit Pak Irawan.
" Risa ikut Ayah, sekalian cek stok barang " Risa mengikuti ayahnya dari belakang.
Risa dan Rere berbagi tugas dalam toko.
Risa bagian Stok barang dan Rere bagian keuangan.
" Tidak Usah, minggu depan saja" kata Ayah
" Loh? kenapa Ayah? biasanya tanggal segini Risa memeriksa biar ga terlalu banyak kerjaan" Kata Risa keheranan
" Gapapa, Ayah saja! kamu dirumah" Seolah Pak Irawan sedang menyembunyikan sesuatu
" Kenapa ayah?" Tanya Rere dan Risa serentak.
" Ayah pulang cepet. Kamu masak saja buat makan malam, kita akan kedatangan tamu" kata ayah berahasia.
Kedua anak gadisnya menatap bingung tapi mengiyakan saja.
" Barangkali tamunya spesial atau teman lama ayah, aku siap-siap dulu kalau begitu" kata Risa angkat bahu.
****
" Hmmm wanginya! Masak apa nih Dek?" tanya Raka muncul didapur saat Risa asyik memasak.
" Loh kak Raka? tumben datang ga bilang? Alisya mana??datang juga??" Tanya Risa melihat sana sini mencari keponakan tersayangnya.
" Hai! kakak bisa bantu apa nih?"
istri Raka muncul bersama Alisya keponakan Risa.
" Udah mau selesai nih, tinggal ditata dimeja makan aja "jawab Risa
" Oke, kakak bantu itu aja" Nadia pergi ke ruang makan.
Risa tertawa, rasa penasaran nya sejak tadi tentang tamu ayahnya ternyata kedatangan Raka dan istrinya.
Tak lama berselang Rere juga pulang. Keluarga kecil itu berkumpul bercanda sambil nonton TV bersama, mereka saling bercerita tentang kegiatan mereka masing-masing.
" Ayah pulang" terdengar suara lembut ayah dari arah pintu
Semua menoleh menyambut. Ada tamu yang datang bersama pak Irawan, mereka adalah sepasang ibu dan anak lelaki seusia Rere.
Deg! Deg!
Hati Risa langsung tidak enak.
Wajah Rerepun langsung seperti ditekuk hanya Raka yang terlihat biasa saja
Sekelebat dugaan menari dikepala tetapi buru-buru ditepis oleh Risa.
" Ayah kok ga disambut?" tanya Pak Irawan tersenyum hangat.
Kedua tamu pak Irawan dipersilahkan duduk.
Setelah mengobrol sebentar mereka ikut makan malam bersama keluarga Kusuma.
Sang ibu bernama Diana Carolina dan anak lelakinya Sandy Karangagung. Keduanya terlihat ramah.
Risa dan Rere mendadak bisu selama makan malam berlangsung.
"Mungkin Ayah harus menjelaskan pada Rere dan Risa tuh, lihat mereka bahkan sejak tadi tidak bersuara." Kata Raka berusaha mencairkan suasana.
" Hmm" Ayah tersenyum sudah menduga reaksi kedua putrinya.
Risa menatap anggota keluarganya satu persatu. Rere menatap tajam ke arah Sandy sedang yang ditatapnya cengengesan sendiri.
" Aku sudah selesai" ujar Rere berdiri.
" Tunggu! setelah ini kita bicara diruang tengah dulu " kata Pak Irawan.
" Aku menolak Ayah! itu jawabanku" kata Rere
" Sebentar Re, Ayah bahkan belum bicara apapun" sela Raka
" Aku bukan anak kecil yang tidak paham situasi sekarang, sorry aku menolak! kak Raka ga bisa maksa aku" suara Rere agak meninggi.
Ibu Diana terlihat sedih karenanya. Rere meninggalkan meja makan lalu masuk ke kamarnya.
Risa bimbang, namun memutuskan untuk ikut pembicaraan diruang tengah.
****
Semuanya berkumpul diruangan tengah. Ibu Diana dan anaknya diperkenalkan kembali oleh Pak Irawan.
"Ayah ingin menikahi ibu Diana" kata Pak Irawan
Pernyataan itu sudah diduga Risa tetapi tetap memukul hatinya. Perih rasanya posisi ibunya sebentar lagi akan tergantikan oleh sosok ibu Diana.
"Kak Raka udah tau sejak kapan?" tanya Risa.
" Ayah sudah memberi tahu kakak sejak bulan lalu" Jawab Raka tenang.
" Dan Kak Raka setuju?" lanjut Risa memotong perkataan Raka.
Terlihat kakak sulungnya mengangguk.
Risa lemas tidak siap, dilema pikiran dan otaknya tidak sinkron.
Ia tidak siap sama sekali mempunyai ibu tiri.
" Kakak minta kamu dan Rere mempertimbangkan keadaan Ayah" Lanjut Raka.
" Berapa lama ayah kenal ibu Diana?" tanya Risa
" Kami, Kami sudah saling mengenal 3 tahun yang lalu, Tahun lalu ayah memutuskan untuk mengenal ibu Diana lebih dekat" jawab Pak Irawan terlihat agak memerah malu ditanyai anak sendiri.
" Ini terlalu mendadak untuk kami " kata Risa
" Kalian bisa saling mengenal jika putri-putri ayah setuju ayah akan menikahi ibu Diana bulan depan"
Risa diam seribu bahasa. Wajah sang ibu terbayang dipelupuk matanya. Apakah bisa sosok ibunya tergantikan dengan ibu Diana?
*****
****
Risa diam membisu. Pikirannya kosong.
" Kita tidak bisa memaksa, beri mereka waktu" kata ibu Diana akhirnya bicara.
Pak Irawan mengantar ibu Diana dan anaknya pulang. Raka dan istrinya membagi tugas untuk bicara dengan Risa dan Rere.
Raka membujuk Risa duluan karena ia memang lebih dekat dengan adik bungsunya.
"Kakak paham kalau kamu dan Rere kaget, tetapi pikirkan ayah Kita juga. Beliau sudah tua, suatu saat kamu dan Rere menikah, kalian akan dibawa suami kalian masing-masing, lalu ayah? ayah akan kesepian" kata Nadia pada Risa.
" Aku tidak akan meninggalkan ayah walaupun sudah menikah" tegas Risa.
Ia berusaha meyakinkan dirinya untuk terus menolak alasan Nadia.
" Kita tidak tahu apa yang akan terjadi dimasa depan" lanjut Nadia.
Dalam hati Risa tidak ingin ayahnya bersedih, namun ia juga tidak siap dengan kehadiran ibu tiri. Gadis itu tidak bisa mengungkapkannya hingga terus memendamnya dalam hati.
" Tenangkan pikiran dulu, saat sudah dingin baru ambil keputusan yang tepat"
Nadia mengajak suaminya keluar dari kamar Risa dan beranjak ke kamar Rere.
***
Dikamar Rere
Raka mendapat penolakan Rere.
Sifat tegas Rere diturunkan dari Pak Irawan. Suka tidak suka Rere akan langsung tanpa basa basi mengatakannya. Apalagi jelas jelas sikap genit Sandy padanya tadi secara diam-diam mengelus kakinya di meja makan membuatnya makin keras menolak.
"Putuskan nanti saat emosimu reda, kakak pamit dulu, Alisya harus sekolah esok" Kata Raka berdiri. Ia tidak bisa memaksakan adik-adiknya. Rere tidak merespon. Ketika sudah hampir didepan pintu berbalik,
" Pikirkan kebahagiaan ayah kita, Almarhumah Ibu pasti mengerti" nasehat Raka sesaat sebelum keluar pintu.
****
Akibat kejadian kemarin, semuanya menjadi bisu mendadak secara berjamaah
" Ayah akan membatalkan kalau kalian menolak, tante Diana akan mengerti" kata ayah membuka percakapan.
" Beri Risa waktu ayah" ujar Risa tidak tega mendengar nada bicara ayahnya, Rere terlihat melototinya.
" Benarkah?"
ayah terlihat sangat gembira membuat Risa makin tidak tega, hampir meralat menjadi menyetujui pernikahan ayahnya.
"Rere pamit mau ke kampus Ayah" kata Rere berdiri. Ia masih memakai motor Risa ke kampus.
Hari ini Risa ada kuliah siang hari, jadi tidak buru-buru. Ia biasa menggunakan jasa ojek online.
Suasana kampus mengalihkan perhatiannya sejenak namun saat teringat lagi ia jadi tidak fokus kuliah, setiap kata dari dosennya hanya sepotong-sepotong masuk dikepalanya.
Ia pura-pura mencatat sebagai kamuflase didepan dosennya saja. Lamunannya melayang setinggi langit berlanjut sambil berjalan ke kantin.
Tanpa sengaja ia bertabrakan dengan punggung pemuda. kepalanya langsung terangkat,
Oh Daren.
Katanya dalam hati mengenali siapa yang ia tabrak.
"Sorry " kata Risa sambil lalu.
Daren menengok Risa, ia mengenal gadis mungil setinggi 154 centi ini sejak pertama kali masuk kampus. Siapa yang tidak kenal Marisa, cewek imut, cerdas sekaligus cuek.
Daren adalah kakak tingkat Risa terkenal sebagai Pangeran kampus yang tampan nan tajir. Cewek yang mengejarnya sangat banyak tetapi rata-rata dipacarinya dalam waktu singkat, rekor paling lama adalah seminggu dan paling cepat sejam.
Tidak heran Daren juga terkenal sebagai playboy
Flashback On
Awal mula Daren Mengenal Risa adalah saat masa OSPEK dikampus, ketika Risa menolak ditindas bahkan membanting kakak senior yang mencoba mengganggunya.
Bayangkan Risa yang tingginya 154cm bisa membanting seniornya yang ukuran tingginya 187cm. Daren tertawa terpingkal-pingkal melihat wajah pucat temannya. Pemuda itu suprise melihat tingkah gadis imut itu.
Elu salah pilih lawan bro! dapat Singa betina, wkwkwkw
Daren tertawa sampai perutnya terasa sakit. Sejak saat itu diam-diam Daren selalu memperhatikan Risa dan cewek imut itu malah cuek bebek lupa masalah itu.
Flashback Off
Sambil gonta-ganti cewek, Daren tetap mengawasi Risa dari jauh. Mengamati siapapun yang dekat dengannya dan merasa tidak nyaman saat Risa sedang tertawa dengan teman prianya.
Jangan ketawa seperti itu dong! ntar kamu makin imut dimata mereka.
Dalam hati Daren menggerutu.
Pernah satu kali Daren pacaran dengan teman sekelas Risa agar punya alasan bisa ke kelas Risa setiap hari.
Aduh Ya Ampun aku ngenes banget! cewek imut ini seperti vitamin bagiku. Kalau ga liat sehari brasa gimana gitu.
Lagi-lagi Daren hanya mampu bicara dalam hati. Risa tidak mengetahui kalau playboy sudah jatuh cinta pada nya. Daren menangkap ada kesedihan diraut wajah Risa,
" Pasti sedang terjadi sesuatu" tebak Daren.
Maksud hati ingin mendekati namun ia mati kutu tidak ada nyali memulai pembicaraan.
" Kamu kenapa Sa? " tanya Bela teman cewek Risa. Mereka duduk tidak jauh dari tempat duduk Daren.
" Gapapa" Terdengar suara Risa agak lesu menjawab
" Yakin? tumben diem biasanya kamu yang paling antusias kuliah Pak Teddy tadi" kata Bela.
Gadisitu dan Risa beda jurusan tetapi kebetulan mengontrak matakuliah dosen yang sama
Risa hanya menjawab jika ia kurang tidur saja, Bela tersenyum nakal
" Jangan-jangan" Bela memotong katanya.Risa menengok
" Lagi jatuh cinta ya?" tebak Bela.
Daren terkejut tetapi menutupinya dengan pura-pura maen game online.
" Apaan sich, jangan asal deh" Risa minum jus alpukat nya
" Lalu apa dong? Segeralah cari pacar biar hidup lebih berwarna Merah kuning ijo gitu, Kamu tahu sayang? Cinta membawa inspirasi" Bela bicara sok puitis.
" Kalau gitu silahkan lebih dulu, Kita ini sama-sama jomblo" Risa tertawa
" Ini juga lagi nyari, hihihi ga ada yang kena dihati " Bela ikut tertawa.
Risa akhirnya menceritakan jika ayahnya akan menikah kembali, Bela memahami hal itu, ia sendiri hidup bersama ibu tiri namun tidak ada masalah dengan hal itu.
Bela terdiam lalu senyum kemudian
" Bagus dong! Paman menemukan orang yang akan menemani masa tuanya, selama ini kan beliau selalu memikirkan kebahagiaan kalian, sekali-sekali giliran kalian dong mikir paman juga butuh teman hidup untuk saling berbagi " Bela bicara panjang lebar.
" Ibuku" Risa murung
" Sa' jangan egois gitu ah, posisi Tante tidak akan tergantikan dihati paman. Percaya deh" Bela tersenyum menguatkan.
Ia sendiri punya ibu tiri sejak ia SMU dan kompak dengan ibu tirinya.
Risa merasa mendapat pencerahan. Bela Benar. Aku tidak boleh egois.
****
BRUK!
Untuk kesekian kalinya Risa menabrak punggung orang.
" Kamu hobi melamun juga sambil jalan ya" ujar orang yang ditabraknya.
Risa mengangkat wajahnya.
Daren LAGI???
" Sorry"
" Bisa bilang kata lain ga selain sorry?" tanya Daren.
Cewek lain ditatap seperti itu pasti gugup ataupun ge-er tetapi Risa menatap lurus tanpa menunjukkan perubahan ekspresi apapun.
"Maaf" kata Risa lagi lalu pergi.
Daren asli bengong dikacangin, pesonanya tidak berpengaruh untuk seorang Marisa Kusuma. Padahal cewek dikampus selalu salah tingkah saat disampingnya. Sekarang malah Daren yang mati kutu mencari cara mendekati cewek mungil satu ini.
Bikin tambah penasaran.
****
Setelah selesai kuliah Risa memutuskan untuk tidak langsung pulang. Ia menuju toko ayahnya. Langkahnya terhenti melihat ayahnya sedang bersenda gurau dengan Ibu Diana di toko.
Sudah lama ayah tidak sebahagia itu
Risa tidak jadi masuk. Ia memilih putar arah. Tidak jauh dari tempat nya berdiri ternyata Rere juga tengah mengamati ayahnya.
" Kak Rere " Risa mendekati Rere
" Kakak cuma lewat saja! Mau kemana sekarang?" Rere menolak dikatakan memata-matai ayahnya.
Setelah pulang kampus, Rere dan Risa secara kompak singgah di Toko, ternyata mereka melihat ayahnya begitu bahagia bersama calon ibu tiri mereka.
" Ayookk! Samaan yuk! Suntuk nih! Revisi melulu dari dosen" keluh Rere.
" Sabar Kak, jalanmu jalanku juga nantinya, Yah Nanti akupun bakalan pusing revisi juga" kata Risa
Risa menurut ikut kakaknya. Mereka mampir ke sebuah Mall sekedar cuci mata.
" Kak Rere, Aku kepikiran Ayah" kata Risa saat duduk istrahat di cafe selepas jalan-jalan
Rerepun memikirkan hal yang sama. Risa mengajak kakaknya untuk tukar pikiran
" Apa kita egois menolak ayah menikah lagi?"
" Jangan mencoba membujuk kakak, kamu ini mudah sekali ditipu" Rere melotot marah. Risa sudah terbiasa dengah hal itu.
" Kak Rere Liat ayah tadi kan? "
Rere terdiam sebenarnya dilema. Andaikan tidak ada "insiden" Sandi kemarin maka dia akan menerima Tante Diana. Naluri nya langsung waspada dengan Sandi yang begitu berani mengelus kakinya dengan dibawah meja
" Kakak tidak suka Sandi.." Rere akhirnya
" Bagaimana dengan Ayah?"
" Oke! Oke! kita lihat dulu sebulan ini " kata Rere menyerah. Risa tersenyum bahagia.
" Mari kita bicara dengan ayah malam ini "
***
****
Malam itu, Rere dan Risa duduk bersama Ayah di ruang keluarga. Suasana agak tegang, tapi mereka berdua memutuskan untuk mengungkapkan perasaan mereka.
Rere dan Risa saling pandang sebentar sebelum akhirnya Rere memberanikan diri untuk berbicara, "Ayah, kita ingin bicara tentang Tante Diana dan... Sandi."
Ayah langsung serius mendengar nama Sandi. Risa memberikan pandangan yang mendukung, "Kami hanya ingin tahu lebih banyak tentang mereka, Ayah."
Makan Malam tiba
Risa menyajikan makanan seperti biasanya. Rere duduk agak tegang menanti ayahnya buka suara.
" Ayah" Rere akhirnya tidak tahan buka suara duluan.
Pak irawan menatap putri keduanya sambil tersenyum.
"Ayah paham, sudah tidak apa-apa" Potong pak Irawan menatap sambil tersenyum.
" Dengarkan kami dulu Ayah"
Pak Irawan terdiam menunggu kedua putrinya bicara.
" Izinkan kami Ingin mengenal Tante Diana lebih dulu dan memastikan ayah mendapatkan pengganti ibu yang tepat " Kata Rere cepat.
Pak Irawan menatap kedua putrinya bergantian.
" Iya Ayah" Sambung Risa.
" Terimakasih, dua putri Ayah mau mengerti Ayah, Almarhumah Ibu kalian pasti bangga"
Rere dan Risa membisu larut dalam kenangan tentang ibu mereka.
***
Aktivitas berjalan seperti biasa
TIT Drrttt
Getar ponsel menandakan pesan masuk.
[Amar : Maaf aku sedang UTS, Kamu sehat kan?]
Risa melihat balasan WhatsApp dari Amar. Pesan yang dikirimnya 3 hari lalu dan baru saja dibalas barusan. Ia hanya bisa memaklumi kesibukan Amar bahkan kadang juga tidak membalas chatnya. Risa takut menelpon karena takut mengganggu Amar sedang belajar. Rasa rindu dan terngiang kembali ucapan Amar tempo hari membuat dadanya penuh sesak.
Seandainya Amar beneran datang melamar gimana?
Cepat - cepat Risa menepuk pipinya untuk menyadarkan diri dari lamunan. Tugas kuliah menanti. Kuliah di jurusan Desain Komunikasi Visual memang plihan agak nekat memang karena selain tidak punya basic mumpuni, Marisa hanya bermodal memnbaca dan berselancar diinternet saja untuk masuk di jurusan itu dan selama hampir 2 tahun ia bisa melewati perkuliahan dengan nilai paling rendah B.
Dosen mengenalnya sebagai mahasiswa kreatif dan cepat tanggap. Beberapa kali ikut perlombaan Desain antar kampus selalu pulang membawa piala.
Banyak teman yang didapatkan, mulai dari sekadar teman dimeja makan hingga sahabat seperti Bela. Bela memilih jurusan Manajemen, semakin naik tingkat semester semakin sibuk hingga makin jarang bertemu.
Dijurusan Risa sendiri ia memiliki beberapa teman yaitu Erika Nasution, Tama Herlambang, Karina Chou dan Marjuki Bin sueib. Keempatnya adalah anak berkelakuan "ajaib" yang dipersatukan oleh tugas kuliah.
*****
Kantin kampus
Risa dan kawan-kawan makan siang dengan lahap, mereka harus ke perusahaan Kaiko Corp untuk menyelesaikan projek tugas UTS siang ini.
Suasana makan kelimanya seperti sedang lomba makan. Hening dengan dentingan sendok dan garpu beradu.
" Buruan " ajak Tama yang lebih dulu selesai.
" Sabar, masih 2 jam dari janji" jawab erika
" Macet nanti" Tama menunjuk jam tangannya
" Hello, Sejak kapan disini macet Bang, Nyantai dikit napa! Juki masih mau nambah "kata Juki.
1 jam kemudian.
Kaiko Corp.
Ke limanya telah sampai disana dengan selamat.
" Tuh kan masih ada sejam lagi" gerutu Juki kesal.
" Lebih cepat lebih baik, Elu kalo mau balik kampus lalu ke sini lagi" sembur Tama merasa keputusannya untuk datang lebih awal adalah keputusan yang tepat..
" Hai Risa, sedang apa disini?" tanya Daren tiba-tiba muncul langsung menyapa Risa.
Erika dan Karina mematung menahan napas saking terpesonanya.
" Janjian dengan manager perencanaan untuk projek UTS kak" Jawab Risa biasa saja
Ia tidak menyadari kalau kedua teman ceweknya hampir jadi patung lilin disampingnya.
" Come on, tanya dong kenapa aku disini" Teriak hati Daren.
" Kak Daren Ke-kena-pa disini?" Tanya Karina gugup.
"Nah itu temen elu tanggap, hih cewek ga peka banget " Daren menatap Risa.
"Eh aku? Ah Ya! Aku juga ada janji dengan manager disini " jawab Daren tentu saja bohong.
Kaiko Corp adalah perusahaan milik orangtuanya. Ia ke sini karena dapat info Risa akan keperusahaan dan memastikan Risa menyelesaikan projeknya tanpa halangan.
" Samaan dong! Bisa bareng ketemunya kalau begitu! Iya kan Sa?" kata Erika nimbrung.
" Jangan! Kak Daren ada urusan! Jangan sampai kita ganggu " jawab Risa langsung menegur temannya
" Ah enggak kok, sama-sama aja" ajak Daren.
[Risa, Risa cuma kamu yang bisa bikin aku kayak gini..]
Office Boy mengantarkan mereka keruangan manager. Dengan takut-takut Office Boy mempersilahkan Risa dan kawan-kawan masuk. Pasalnya ia mengenali Daren sebagai pewaris perusahaan itu. Manager juga terlihat pucat.
" Bapak kurang sehat?" tanya Risa.
Sial! Dia aja kamu langsung peka! Nah aku dari tadi disamping! Apa harus pucat juga ya baru peka ma aku?
Daren lagi-lagi hanya menggerutu dalam hati.
" Tidak, Tidak apa-apa" Jawab Manager sambil melirik Daren.
" Begini Pak kami sesuai janji mau" Tama bicara langsung disela
" Ya! Ya! Ya silahkan! Kalian sudah dapat izin, Silahkan lakukan projek kalian! Jika bagus kemungkinan bisa digunakan oleh perusahaan sebagai promosi " jawab Manager langsung memotong kalimat Tama sambil menjabat tangan sambil melirik Daren dengan gugup seolah takut berbuat salah.
" Kalau begitu terima kasih pak! Kami bisa keliling dulu?" Ujar Tama.
Mereka pamit dan keluar ruangan diikuti oleh Daren.
" Sebentar kenapa kak Daren ikut?" Tanya Risa
" Kenapa? Tidak boleh?" Daren balik bertanya
" Bukan itu! Tadi kak Daren bilang punya janji dengan manager, beliau orang sibuk pasti susah bikin janji lagi. Kami saja perlu hampir 3 minggu baru bisa"
" Oh itu, Gampang deh! Aku penasaran dengan apa yang kalian lakukan, mulai sekarang kalian jika kalian butuh data perusahaan ini kalian bisa langsung menelpon manager itu" Kata Daren.
" Hanya projek UTS ka"
" Kalian pikir perusahaan sebesar ini menerima mahasiswa luar bikin projek sembarangan disini tanpa magang?" Tanya Daren.
Risa dan kawan-kawan nya diam berpikir membenarkan perkataan Daren tadi.
" Positif thinking aja teman-teman, Mungkin projek kita bagus! Sampai diterima disini untuk dikerjakan! " Jawab Risa tersenyum bikin hati Daren cenat cenut.
Sial! Kurasa aku beneran jatuh cinta ma nih cewek imut
"Kenapa dadanya kak?" Risa melihat daren memegangi dadanya.
"Ah gapapa" Kata Daren Gelagapan
Setelah 2 jam keliling di Kaiko Corp mereka kembali ke rumah. Daren bermaksud menawari untuk mengantar tetapi Risa and The Genk nya naik motor masing-masing.
****
Didepan rumah Risa terkejut melihat mobil ayahnya.
Ayah pulang cepat?
Risa bergegas masuk. Ia melihat Sandi tengah asyik main game diruang tengah sambil berbaring di kursi, samar-samar terdengar bunyi di dapur seperti orang sedang memasak.
Risa menaruh tasnya di kursi lalu ke dapur.
"Tante Diana? Ayah mana?" tanya Risa melihat Tante Diana sedang masak.
" Oh Risa sudah pulang? Tante masak makan malam, Ayahmu masih di toko"
" Mobil nya di Garasi, Jadi Risa pikir ayah sudah pulang, Ada yang bisa Risa bantu Tante?" tanya Risa canggung.
" Ayahmu menyuruh Tante ke sini lebih dulu, Nanti sandi akan menjemput ayahmu sebelum tutup toko"
" owh" Risa membulatkan mulutnya.
Proses masak memasak selesai, Risa bergegas mandi dan ganti daster seperti biasanya jika dirumah.
BUG! BAG!
Risa mendengar bunyi pukulan
Dari balik kamar ini mendengar suara Rere sedang memarahi Sandi.
" Adukan saja!! Loe pasti mikir ayah Loe itu kan?? " tantang Sandi nada biasa
" Sekali lagi Loe kurang ajar! cacat loe! " ancam Rere setengah berbisik takut kedengaran orang dari luar pasalnya Sandi tadi baru saja pulang menjemput ayahnya. Rere memang sudah dirumah sebelum Risa tadi, namun ia malas keluar kamar dan membiarkan Tante Diana memasak sendirian.
Risa segera keluar kamar, ia merasa kakaknya terancam.
"Ada apa kak?"
Rere dan Sandi menengok kearahnya..
***
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!