SAGITA-RIUS

SAGITA-RIUS

Kagum

"Gila, panas banget."

Seorang gadis yang memiliki tinggi kira-kira 165 centimeter an mulai mengibaskan nametag bertuliskan 'Nama : Sagita Miranda | Jurusan : Teknik Mekatronika' menjadikan benda yang terbuat dari kardus tersebut sebagai kipas dadakan.

Setelah puas menjadikannya sebagai kipas, kini benda tersebut beralih fungsi menjadi topi. Gita memegangi nya untuk menutupi kepalanya dari paparan sinar matahari langsung. Bukannya takut hitam, hanya saja matahari benar-benar sedang terik sehingga mata gadis itu sulit untuk terbuka karena silau.

"Sagita Miranda?"

"Saya kak!"

Gita mengangkat tangannya begitu namanya disebut. Ia saat ini tengah mengikuti Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah di sebuah Sekolah menengah Kejuruan. Ah, lebih tepat disebut sebagai STM sih, karena 90% jurusan disini berhubungan dengan teknik.

Panitia beralih memanggil nama-nama selanjutnya.

"Sirius Dalawangsa?"

Karena tak kunjung mendengar suara, Gita pun ikut menoleh penasaran. Dilihatnya seorang laki-laki berkacamata mengangkat tangannya tanpa suara.

Matanya dengan mata laki-laki itu tak sengaja bertemu, Gita segera memutus pandangan karena malu.

"Kenapa namanya harus Sirius¹? Kaya tokoh di Harry Potter aja.." monolog Gita. Entahlah, dia sebagai potterhead² hanya merasa heran saja karena baru mendengar nama tersebut didunia nyata.

......................

Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah telah usai. Rangkaian acara selama tiga hari ini dimulai dari Peraturan Baris-berbaris di hari pertama, dihari kedua calon siswa/i mendapat arahan dengan narasumber nya tak lain dan tak bukan adalah guru di SMK Sainteka itu sendiri, lalu dihari terakhir ada Peraturan Baris-berbaris lagi serta berkeliling sekolah.

Kini, proses Kegiatan Belajar-Mengajar dapat berjalan dengan normal. Semua murid telah mendapat jadwal, entah itu di bengkel jurusan masing-masing atau di ruang kelas mapel produktif.

Terdapat satu ruangan di bengkel jurusan Mekatronika dan Listrik yang didepannya bertuliskan 'Ruang PLC'. Jadi, gedung ini memiliki dua tingkat. Di bagian atas, diisi oleh jurusan Mekatronika. Dan di bagian bawah, diisi oleh jurusan Listrik.

"Silakan pilih kelompok sendiri-sendiri berisi enam orang."

Ketiga puluh tiga murid kelas sepuluh Mekatronika itu pun mulai membentuk kelompok.

"Oh gitu ya Diva, maunya sama Rius," sekelas sontak bersorak ketika mendengar hal tersebut. Mereka memang sudah cukup akrab selama tiga hari ini, katanya sih sefrekuensi jadi mudah akrabnya.

"Apa sih? nggak!" Diva memutar bola matanya malas, Gita meledek nya dengan mencolek lengan gadis itu.

"Cie Diva, kamu naksir Rius?"

"Engga dih, fitnah! Gue udah punya cowok tau!" Diva segera menjawabnya dengan keras, membuat Gita tertawa kencang.

"Berisik!"

akhirnya Rius angkat suara, membuat suasana kelas kembali tenang. Gita menatap cowok itu tanpa berkedip, baru pertama kali mendengar suaranya.

"Oh, namanya Sirius." batinnya.

Gita tidak menyangka bahwa laki-laki yang sedari tadi menjadi objek pandangnya akan berbalik menatapnya lekat.

"Kenapa?"

Tamat riwayatnya. Gita segera menggeleng keras dan mengalihkan pandangannya kearah lain.

......................

"Ini dari kalian gak ada yang mau ngalah kebelakang gitu?" Abian, teman dekat Rius bertanya kepada dua gadis dihadapannya.

Guru Bahasa Indonesia menyuruh mereka untuk membuat kelompok masing-masing tiga orang. Biasanya, Gita akan bersama dua temannya, yaitu Rista dan Kaila. Hari ini Kaila tidak masuk, tersisalah Juliet dan Rista.

Lalu dibelakang mereka ada Abian dan Rius, yang memang terbiasa berdua. Mereka juga belum menemukan satu anggota lagi.

"Bu, berempat gak boleh kah?" sang guru membalas dengan gelengan, membuat keempatnya menghela nafas pasrah.

"Yaudah gue ikut yang belakang deh. Lo gapapa kan Ri sama cewe-cewe?" Rius mengacungkan jempolnya.

Jadi, anggota nya Gita, Rista dan Rius. Sedangkan belakang ada Abian, Raka, dan Tama.

Mereka pun mulai membagi tugas. Gita memutar bangkunya, sehingga berhadapan langsung dengan Rius. Rista juga melakukan hal yang sama, hanya saja ia dipunggungi oleh Abian karena cowok itu sekelompok dengan bangku belakangnya.

Rista, bertugas untuk mencari kata verba dan nomina yang terdapat disebuah teks yang telah ditetapkan. Rius bertugas untuk menulis merangkum atau mencatat poin penting pada teks tersebut, sementara Gita membuat tiga pertanyaan berdasarkan teks tersebut.

"Udah dapet berapa, Ris?" Rista menyerahkan bukunya kepada Gita.

"Oh, udah 13. Semangat ayo 2 lagi!"

"Lo sendiri udah dapet berapa pertanyaan?" tanya Rista balik, Gita mengangkat telunjuknya.

"Baru juga satu, bingung asli.."

Rius sendiri sudah menyelesaikan pekerjaannya dengan baik. Ia tidak berniat nimbrung karena terlalu fokus dengan tugasnya. Dan kini, cowok itu meregangkan otot tangannya, sehingga menimbulkan bunyi 'kretek'.

Tangan tersebut tergerak untuk mengambil buku milik Gita, dibacanya tulisan dibuku itu dengan suara yang cukup lantang.

"Apa yang terjadi bila kita tidak menerapkan kontrol diri?"

Rius menganggukkan kepalanya, "Bentar, Ta. Gue bantu mikir."

Ketiganya sama-sama hening, fokus dengan tugas yang belum terselesaikan.

"Alhamdulillah, akhirnya selesai," Rista menutup bukunya, kini tubuhnya menghadap kearah Gita dan Rius untuk ikut berdiskusi.

"Mengapa kita harus kontrol diri? Bisa ga?" tanya Gita pada keduanya.

"Jawabannya bakal sama aja kaya pertanyaan pertama nanti," jawab Rius, Gita menepuk dahinya agak keras. Benar juga.

"Selain kontrol diri, apa ada pesan tersirat lainnya dalam teks ini? "

"Oh, iya!" Gita mengangguk setuju dan menuliskan pertanyaan dari Rius ke bukunya.

Keduanya fokus dengan pertanyaan. Sampai lupa bahwa ada satu orang lagi di kelompok mereka.

"Sabar banget gue, udah mah gak paham sama soalnya. Serasa jadi nyamuk." Rista memegangi dadanya dramatis.

"Lah, jadinya banyak banget?!" Gita terkejut sendiri ketika melihat bukunya, disana sudah tertulis tujuh buah pertanyaan hasil pemikirannya dengan Rius.

"Gapapa lah, lebih banyak lebih bagus."

Sedangkan Rista, yang tadinya murung karena merasa menjadi orang ketiga kini sudah berseru heboh karena tugas mereka telah terselesaikan dengan baik.

Buku hanya dikumpulkan oleh satu orang perkelompok. Dan tanpa disuruh, Rista mengajukan diri untuk mengumpulkannya. Sebelum dikumpul, mereka terlebih dahulu menyalin tugas yang tadinya ditulis dibuku masing-masing kedalam satu buku yang akan dikumpulkan.

Kelompok lain ternyata memiliki beberapa pertanyaan yang tidak diterima, itu membuat Gita selaku anggota yang bertugas membuat pertanyaan gugup bukan main. Apakah pertanyaan mereka juga akan ditolak oleh sang guru?

Rista kembali ke meja dengan wajah yang masam. Hal ini semakin membuat perasaan Gita tak menentu. Begitu pula dengan Rius yang menyatukan alis nya was-was.

"Nomina nya cuma salah satu, tapi udah direvisi tadi didepan. Terus buat rangkuman, kayanya mending lo deh Ta yang nulis karena beberapa hurufnya sulit dipahami tadi, maklum tulisan cowo. Terus buat pertanyaan, kan jumlahnya tujuh padahal disuruhnya cuma tiga. Nah itu lima pertanyaannya diterima, jadi dapet poin plus. Nilai kita bakalan 90 abis revisi tulisan." jelas Rista panjang lebar.

Gita dan Rius mengerjapkan matanya ketika mendengar itu. Begitu menyadari nilai mereka cukup memuaskan, Gita tanpa sadar mengguncang bahu Rius dengan kuat. Rius yang merasa pening pun menghentikan aksi tersebut.

"Mabok gue lama-lama," cowok itu memegang kepalanya yang masih berdenyut, pening nya tak kunjung hilang.

Gita menutup mulutnya dengan telapak tangan, terkejut atas tindakannya sendiri.

"Maaf! Gak sengaja sumpah saking senengnya," sesal Gita, yang diangguki oleh Rius.

"Kok masih murung? Maafin nya gak ikhlas ya?" tanya Gita, memperhatikan wajah tampan itu lamat-lamat.

"Sok tau!"

"Ya makanya mukanya jangan gitu!"

"Terus gue harus gimana? Nyengir pepsodent? Nih hiiii!" Rius menampilkan deretan giginya yang rapi, benar-benar melakukan apa yang ia katakan barusan.

Gita tidak menyangka kalau laki-laki kaku dihadapannya ini bisa bergurau juga.

"Apa sih, haha. Baikan gini nih," Gita mengacungkan kelingkingnya, yang disambut cepat oleh Rius. Daripada makin panjang urusannya kan?

"Udah kan?"

Gita tersenyum manis. Laki-laki didepannya ini lucu. Meski baru pertama kali berbicara sedekat ini, tapi entah kenapa ada rasa hangat yang menjalar ketika ia dan Rius berinteraksi.

'Fix, gue mulai kagum sama nih cowok." pernyataan Gita dalam hati.

Ya, kurang lebih begitulah awal kisah Sagita-Rius satu ini. Untuk awal-awal mungkin Gita baru merasakan kekaguman, tetapi untuk beberapa waktu kedepannya? Apakah rasa kagum itu akan berubah menjadi hal lain?

...----------------...

Sirius¹ : seorang karakter profesor di film harry potter

Potterhead² : julukan untuk penggemar film harry potter

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!