"Woy, ngelamun aja!" Gita tersentak kaget begitu seseorang menepuk pundaknya. Mie ayam ditangannya hampir tumpah kalau saja ia bergerak berlebihan.
Keadaan kantin sangat memprihatinkan. Penuh, seperti antrian sembako. Dan hal itu membuat Gita yang kecil hampir tak terlihat keberadaannya. Terjepit oleh banyaknya orang yang berlalu-lalang.
Rio, cowok yang menepuk pundak Gita tadi mengambil alih mangkuk mie ayam tersebut menggunakan tangan kirinya. Lalu tangan kanannya yang menganggur ia gunakan untuk menarik kerah leher Juliet dan mendorong gadis itu hingga berada di luar area kantin.
"Udah mah kecil, ke kantin sendirian. Kalo keinjek gimana? Badan unyil gitu juga," tunggu, kok malah Rio yang marah-marah? Harusnya kan Gita yang marah karena Rio seenaknya membawa dia keluar, padahal ia masih menunggu Rista, sahabatnya.
Gita merampas mie nya dan meletakkan nya di salah satu kursi taman. Tatapannya tak bersahabat dengan Rio.
"Apa lo? Bukannya terimakasih udah gue keluarin dari neraka dunia itu," sungut Rio, menunjuk kearah kantin.
Baru saja Gita ingin membalas, Rista sudah terlebih dahulu memasang senyum manisnya dan mengajak Gita untuk bergegas.
Sebelum pergi, Rista menginjak kaki Rio membuat lelaki itu meringis. Mereka memang saling mengenal. Bahkan dari Rista lah, ia mengenal Gita.
Dan tanpa diketahui Rista maupun Gita, sedari awal mereka bertemu Rio sudah tertarik dengan Gita. Awalnya hanya sebatas tertarik, namun semakin kesini rasa ingin melindungi gadis itu semakin kuat.
Seperti tadi contohnya, ia merasa marah melihat Gita terjepit diantara banyak orang yang berbadan besar. Tapi tak urung ia tersenyum mengingat wajah menggemaskan Gita ketika kesal. Ya, meskipun ia melindungi dengan paksaan dan dengan cara yang salah sih.
"Gara-gara dua bocah itu, gue jadi pengen mie ayam juga kan. Beli ah," Rio pun kembali memasuki area kantin untuk menuntaskan rasa laparnya.
"Ngeliat kearah sana mulu mbak matanya," sindir Rista, membuat Gita tersedak mie ayam yang baru saja ia suap ke dalam mulutnya.
Ia meneguk air dalam tumblr nya hingga tandas tak bersisa. Meski begitu, masih ada rasa pedas yang tertinggal di tenggorokannya. Gadis itu mengambil tumblr milik Rista dan menghabiskannya sepersekian detik.
Rista dibuat melongo dibuatnya, sedetik kemudian ia menjerit.
"GITA ASTAGFIRULLAH MINUM GUE KENAPA LO EMBAT JUGA?!"
Gita yang masih mengatur nafasnya bersiap untuk balas berteriak, "YA SALAH SIAPA NGAGETIN GUE? BODOAMAT ANGGAP AJA IMPAS LAH!"
Tanpa Gita sadari, disana—taman seberang. Dimana tempat netra gadis itu tadi terfokus disana. Duduk seorang lelaki yang menatapnya dengan senyum kecil.
"Sehat lo bro? Ketawa-ketawa sendiri," Abian bergidik ngeri melihat tingkah sahabatnya. Rius yang dikatai oleh sahabatnya itu langsung merubah ekspresinya secepat kilat.
"Mana ada ketawa, ngaco lo!" elak Rius, lawan bicaranya itu merotasikan bola mata. Ia paling mudah untuk membaca kebohongan seseorang, apalagi Rius. Karena sesungguhnya, sahabatnya itu tak pandai berbohong.
Rius segera beranjak, begitu gadis diseberang sana mulai berjalan mendekat kearahnya. Tidak, kearah kelas. Karena posisi Rius saat ini ada didekati pintu masuk menuju ruang kelas.
"Ini minum gak lo bawa?" Rius membalikkan badannya.
"Bawa aja. satu buat lo, satunya lagi buat depan lo."
Rius kembali melanjutkan langkahnya yang tertunda. Meninggalkan Abian dengan seribu tanda tanya dikepalanya. Sahabatnya itu terlihat aneh hari-
"OALAH BUAT GITA TOH, BILANG DONG MASBRO!" Ia membulatkan mulutnya begitu otaknya selesai mencerna omongan Rius yang terakhir tadi.
Abian tersenyum miring, "Tumben banget kulkas itu care sama cewek."
Gita mengerutkan kening begitu memasuki kelas. Bukan karena suasana kelas yang ramai seperti di pasar, itu sudah biasa dan ia cukup maklum karena sudah beradaptasi selama beberapa hari ini. Tetapi sebotol air dimeja mengalihkan perhatiannya penuh.
Tadi memang Gita dan Rista melangkah dahulu menuju kelas bersamaan dengan Rius, tetapi kedua gadis itu berbelok dan menuju kearah toilet karena perut Rista sakit.
Jadi yang sampai duluan adalah Abian, dan cowok itu dengan cepat menaruh sebotol minuman seperti apa yang diperintahkan Rius tadi sebelum kedua gadis itu datang. Bisa jadi gosip dan salah paham nanti dikelas.
"Dari lo, Yan?" Abian mengangkat kedua tangannya seraya menggeleng, pupil matanya bergerak kearah kiri. Menunjuk orang disampingnya lewat tatapannya.
Gita merasa bahwa Abian hanya mengada-ada saja, kembali menghadap kedepan. Mana mungkin cowok cuek seperti Rius memberinya minum? Lagipula, mereka belum sedekat itu untuk saling memerhatikan satu sama lain.
Tunggu, belum? Berarti nantinya akan dekat, begitu maksudnya ya, Ta?
Alis gadis mungil itu menyatu. Ada kertas yang terselip disela-sela label kemasan botol.
Makanya, kalau makan hati-hati dan jangan pedas-pedas. Kan repot. -R
Oke, kali ini gadis itu percaya dengan apa yang Abian ucapkan. Atensinya kini terpaku pada cowok yang sedari tadi bermain handphone. Padahal, Gita tahu bahwa cowok itu sedari tadi mendengarkan percakapannya dengan Abian. Hanya saja, pura-pura tak peduli.
Merasa ditatap, Rius menghadap kedepan. Netranya menyelami mata indah gadis dihadapannya, mata menawan yang memiliki kesamaan bagai dua hewan menggemaskan. Kelinci, dan kucing.
Gita berkedip, detak jantung nya tidak normal semenjak eye contact itu terjadi selama beberapa detik. Baru beberapa detik loh Ta, belum sejam atau seharian.
Akhirnya Rius angkat bicara, "Apa?" tanya nya dengan alis yang terangkat.
Gita mengangkat sebotol air tadi dihadapan cowok itu, "dari lo?" Rius mengulum bibir, merasa gugup entah kenapa. Seperti orang yang ketahuan mencuri.
"Iya," hembusan nafas panjang terdengar, keduanya sama-sama dilanda keheningan.
Ting!
Bunyi hp keduanya membuat mereka saling tatap untuk kedua kalinya. Masalahnya, bunyi tersebut terdengar secara bersamaan.
Keduanya saling membuka handphone masing-masing. Rius mendekatkan handphone ke wajahnya, dan melepas kacamata nya.
Telinganya terasa pegal karena terus-terusan memakai benda tersebut. Namun apalah daya, itu adalah resiko dari perbuatannya semasa kecil yang kecanduan akan game sehingga sekarang matanya mengalami minus 2,5.
Notifikasi dari grup basket. Ya, cowok itu memilih mengikuti ekstrakurikuler basket. Isinya sang pelatih yang menginformasikan para anggota baru untuk latihan sepulang sekolah dan menjadwalkan bahwa latihan mingguan diadakan setiap hari selasa.
Dirasa cukup, ia menaruh hp nya dimeja tanpa mematikannya. Membiarkan gadis dihadapannya ikut membaca chat tersebut. Tetapi yang memecah fokus gadis itu justru bukan ponsel yang tergeletak itu, melainkan penampilan sang pemilik ponsel.
Gita ternganga, pertama kalinya ia melihat Rius tanpa kacamata. Dan itu membuatnya agak pangling, terpesona lebih tepatnya. Walau kalau boleh jujur, Gita lebih menyukai cowok berkacamata. Tapi.. Pesona Rius kali ini sangat sulit untuk ditolak menurutnya.
Rius mengibaskan tangannya dihadapan Gita. Menyadarkan gadis itu dari keterpanaannya.
"Gak usah gitu juga kali liatnya, gue tau kok gue ganteng."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Comments