Puzzle Yang Ku Rangkai

Puzzle Yang Ku Rangkai

Kejadian

"Ayo Ellia, Pak Raffan baik kok. Lagian kamu kan juga sekertarisnya. Pasti boleh dong gabung sama kami. Di sana bukan cuman atasan aja yang bergabung. Banyak karyawan lainnya. Ini kan sudah acara bebas." Namanya adalah Terra, di teman satu kantorku dimana aku bekerja.

Dialah yang memberi tahu aku lowongan pekerjaan sebagai sekertaris di kantor ini. Perusahaan yang ku tempat bekerja adalah perusahaan yang bergerak di bidang produksi otomotif, PT Luke Otopart. Perusahaan yang memang baru berkembang beberapa tahun belakangan ini namun cukup di kenal banyak orang sebab perkembangannya yang memang begitu cepat. Itulah sebabnya aku pun tertarik untuk bergabung di perusahaan yang mana di dalamnya rata-rata wajah yang muda.

Usia para pekerja di perusahaan ini masih sangat fresh. Katanya sih karena ingin jauh lebih canggih dan update makanya memperkerjakan yang masih muda dan energik.

Tubuhku bergerak cepat melawan angin pantai di malam itu ketika tanganku di tarik kuat oleh Terra. Hingga tubuhnya terhempas di kursi balon yang di tata melingkar di pantai itu. Satu wajah yang menjadi pusat perhatianku pertama kali. Yah wajah tampan yang paling bersinar di sana sudah pasti adalah Pak Rafa, Rafan Luke pemilik perusahaan yang ku tempati bekerja. Dan aku adalah Ashana Ellia yang bekerja sebagai sekertarisnya.

Semua tampak berbicara terdengar begitu asik sekali, sedangkan aku hanya menunduk saat sempat bertemu pandang pada pria tampan di depanku. Suasana pantai di bali yang dingin malam ini tak membuat kami ingin melewatkan begitu saja di dalam villa. Besok kami sudah harus kembali untuk ke ibu kota bekerja. Sebab sore tadi acara gathering telah usai dengan baik.

"Ayo minum," ajak Terra dan lainnya yang mengangkat gelas itu di udara. Jujur aku tak mau meminumnya sebab aku bukan penikmat minuman yang menyiksa itu.

Yah aku katakan minuman penyiksa karena siapa pun yang meminumnya pasti akan muntah-muntah. Namun, demi menghargai semua rekan kerja aku terpaksa meminum minuman itu. Di depanku Pak Rafan yang sejak tadi menampakkan wajah datarnya pun ikut meminum. Tak ada satu pun dari kami yang tidak meminum. Ku teguk begitu sulit minuman itu bahkan aku sampai memejamkan mata merasakan sangat tak enaklah minuman itu.

Hingga entah mengapa aku tidak sadar ketika lama duduk mendengarkan semuanya berbicara dan tertawa ada yang bermain gitar juga, tiba-tiba ketika aku menoleh di sekelilingku...

"Kemana mereka semua?" begitu tanyaku dengan lirih. Tidak ada orang yang aku kenal di pantai saat ini kecuali pria yang duduk di depanku masih terus meneguk minuman. Samar wajah tampan itu ku lihat, beberapa kali mataku mengerjap berusaha menyadarkan diri namun tak juga bisa melihat jelas.

Kepalaku pusing dan aku tidak begitu sadar ketika tubuhku ada yang memapah menuju kamar. Pandanganku begitu berputar ketika merasa tubuhnya terhempas di atas tempat tidur. Tanganku melayang begitu sulit untuk bangun dari tempat tidur itu. Langit kamar yang ku tatap saat ini tak bisa berbentuk lagi. Hingga kedua mataku terpejam ketika merasakan sebuah rasa yang sangat sakit berganti seketika menjadi nikmat yang tak pernah aku rasakan. Kepalaku yang pusing terus merasakan pergerakan yang semakin membuat aku merasa sesuatu yang tidak bisa di jelaskan.

Bibirku terus bersuara yang aku sendiri tidak tahu bagaimana terdengar yang jelas aku begitu menikmati malam ini yang membawaku terasa melayang di langit.

***

"Kepalaku..." gumamku lirih memijat kepala dan pangkal hidungku di dalam selimut saat ku rasa waktu tidurku sudah cukup.

"Ah ini pasti gara-gara minuman semalam." umpatku kesal dan di detik berikutnya kedua mataku membola sempurna mengingat kata minuman.

Segera ku singkap selimut tebal dan lihat dada bidang yang tepat di depanku kini masih terbaring dengan lelap. Rasa bagai mimpi pagi ini aku bangun dan melihat kejadian yang aku sendiri tidak sadar akan kejadiannya. Jatuh sudah air mataku melihat kenyataan mengejutkan ini. Tanpa aku mengingat semuanya sudah jelas jika semalam aku telah melakukan sebuah kesalahan yang sangat fatal.

"Brengs*k!" Aku marah dengan melempar selimut dan bantal pada pria di depanku. Air mataku terus jatuh tanpa bisa aku tahan saat ini.

"Apa yang kau lakukan padaku? Apa yang kau lakukan?" aku berteriak sekencang mungkin saat ia bangun dari tidurnya.

Bukan hanya aku yang terkejut, dia pun sama. Kepalanya mungkin juga terasa pusing saat ini sebab aku melihat tangannya yang kekar memegang kepalanya dan keningnya. Ia menatapku dengan perasaan bingung juga. Hingga berikutnya ia memperhatikan sekeliling dimana kami tidur berdua. Yah, ini adalah kamarku.

Bukan eskpresi yang kaget sepertiku, namun ia terlihat bergegas berdiri dan merapikan tubuhnya. Aku tahu dia pasti akan pergi setelah ini. Pasti orang kaya sepertinya tidak akan mau meminta maaf dan menganggap akulah wanita miskin yang merencanakan ini semua. Sumpah aku tidak akan diam saja melihatnya pergi dari kamar ini.

"Pakailah pakaianmu. Kita bicara di luar setelah ini." pintahnya yang tak ku duga jika justru berniat untuk berbicara denganku.

Aku pun menurut sebab tak ada waktu lagi untuk kami berlama-lama di dalam kamar. Jangan sampai teman kerjaku mengetahui ini semua nantinya. Ku pakai semua pakaianku dengan lengkap hingga aku merasa sakit di area intiku setelah membersihkannya barusan. Berjalan keluar kamar dimana ada gazebo santai untuk menikmati suasana pagi di bibir pantai bersih itu, ku lihat pria tampan itu sudah duduk dengan kaca mata hitam di matanya.

Kami duduk berhadapan tanpa mau pria itu memandang wajahku. Aku pun bingung saat melihat sikapnya yang terus diam tanpa berbicara.

"Aku akan bertanggung jawab. Itu yang kau mau bukan?" tanyanya tiba-tiba tanpa berbicara apa pun. Aku mengangkat wajahku dengan rasa tak percaya. Bibirku berdecih kesal.

Tanggung jawab? Apa dia pikir tanggung jawab dengan uang akan mengembalikan kesucianku?

"Apa anda pikir semudah itu, Pak Rafan? Masa depanku sudah hancur." ujarku menatap marah padanya.

Membayangkan siapa yang mau menikah denganku kelak? Bahkan aku harus menjawab apa jika kelak suamiku bertanya siapa yang mengambil kesucianku? Sungguh rasanya membayangkan itu semua membuatku malu.

"Jika pernikahan masih belum cukup? Lalu apa lagi yang kau butuhkan? Aku tidak punya banyak waktu. Cepat katakan!" Suara tegas itu benar-benar sangat memuakkaan bagiku.

Gambaran pria angkuh benar-benar pas untuk wajah pria di depanku saat ini. Tidak bisakah ia berkata dengan memulai meminta maaf padaku? Apa pria seperti ini kah yang mengambil kehormatan yang aku jaga susah payah? Sungguh terluka rasanya mengetahui dia sama sekali tak memiliki rasa bersalah padaku.

Terpopuler

Comments

Ratu Kalinyamat

Ratu Kalinyamat

sepertinya bagus ni cerita

2023-08-03

0

Erni Fatimah

Erni Fatimah

awalan yg bagus

2023-05-08

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!