Semenjak kejadian hari itu aku tak bisa lagi merasakan kehangatan hubungan kami. Khalid terus meminta maaf padaku, namun aku tak bisa melupakan kata-katanya. Hatiku benar-benar sakit karena apa yang ia katakan benar adanya. Meski kami masih bersama, namun semua rasanya tak bisa lagi seperti semula. Aku sadar jika apa pun yang aku lakukan tak akan bisa mengembalikan semuanya. Cepat atau lambat hubunganku pasti akan seperti ini adanya. Setulus apa pun seorang pria pasti akan mempermasalahkan hal ini.
Malam ini Khalid berjanji akan menjemputku untuk makan malam. Aku tak punya keberanian menolak meski rasanya tubuhku benar-benar lelah setelah sibuk satu harian hampir menjelang maghrib kerjaanku baru selesai.
“Pastikan pria itu tidak mengacaukan semuanya lagi, Ellia.” Itulah pesan terakhir yang Khalid ucapkan padaku.
Tidak. Aku yakin malam ini semua berjalan lancar. Sebab yang aku tahu atasanku malam ini ada jadwal makan malam dengan rekan bisnisnya. Dan itu adalah seorang wanita. Tidak mungkin jika aku ikut mendampinginya.
Hingga sore hari aku di jemput kekasihku pulang dari kantor. Sesekali Khalid menoleh ke arah dalam gedung dimana sosok yang ia jengkel tak terlihat. Entah mengapa hari ini Pak Rafan tidak masuk kerja. Ia hanya meninggalkan begitu banyak kerjaan padaku.
“Dia tidak ada. Sudah ayo cepat pergi.” ujarku meminta Khalid bergegas pulang. Setidaknya aku memiliki waktu setengah jam saja untuk istirahat. Jika janjiku beberapa waktu lalu akan jalan-jalan usai pulang kerja harus batal karena tugas dadakan dari Pak Rafan, tidak untuk malam ini. Aku harus memenuhi janjiku pada Khalid.
Aku pun sebagai seorang kekasih jika selalu di janji tanpa bisa menepati pasti akan sangat kesal. Dan aku tidak ingin hubunganku berakhir begitu saja dengan waktu yang sudah cukup lama. Bahkan selama beberapa hari ini ibu terus menasehatiku untuk memperbaiki apa yang salah dalam hubunganku dan Khalid.
“Di bicarakan dengan kepala dingin dulu, Ellia. Kalian itu sedang di uji. Ibu harap pernikahan yang kalian rencanakan ke depannya akan benar-benar terwujud, Nak. Jangan membiarkan orang baru merusak pertahanan kalian begitu saja. Khalid adalah pria yang sangat sopan dan hormat pada ibu.” Itulah ucapan ibu yang membuat aku berusaha menjalani ini semua kembali.
Meski sempat terlintas di benakku, aku ingin mengakhiri semua ini setelah pertengkaran kami di depan rumah waktu itu. Bahkan ibu memarahi aku karena berani bermain tangan. Yah, ibu memang tidak mendengar jelas semua pembicaraan kami.
Sore ini Khalid pamitan dengan ibu usai mengantarku. Malamnya ia akan kembali datang dan menjemputku tentu sudah dengan izin ibu yang ia dapatkan. Memang aku memiliki kekasih yang sangat menghormati orangtuaku.
Tak terasa waktu yang aku gunakan istirahat ternyata sudah habis dan bersiap untuk keluar malam ini. Wajahku berbinar menantikan malam yang sangat langka ini. Aku sadar kami sangat jarang menikmati waktu berdua meski hanya sekedar makan malam.
Wajahku yang terpantul dari cermin besar di depan sana begitu membuat aku terpukau. Ternyata wajahku tidak begitu buruk jika di make up dan memakai baju gaun seperti ini.
Lama aku melihat penampilanku dengan wajah tersenyum. Waktu Khalid menjemput tinggal beberapa menit lagi. Sebab kami berjanjian tepat pukul setengah delapan malam.
“Ellia,” panggilan itu membuat tubuhku memutar menatap kehadiran ibu di ambang pintu kamar.
Aku masih dengan senyum di wajahku. Ibu memperhatikan penampilanku.
“Iya, Bu?” tanyaku.
“Di depan ada yang mencarimu,” ucapan ibu lantas membuat aku segera bergegas membawa tas yang sudah aku siapkan. Aku berjalan cepat bersama ibu di samping yang aku gandeng.
Keningnya mulanya mengernyit hingga benar, hal yang tak ku duga terjadi lagi. Sebuah mobil yang berbeda dari milik Khalid dan aku tentu sangat tahu mobil siapa itu.
Senyumku pudar begitu saja. “Kamu janjian dengannya?” tanya ibu dengan lirih namun aku hanya menggeleng.
Untuk apa Pak Rafan datang ke rumahku malam ini? Sungguh aku merutuki kedatangan pria itu.
Segera aku mendekat hingga akhirnya kaca mobil terbuka menampakkan wajah sombong itu.
“Masuk, kita akan bertemu klien.” Bibirku yang mungil terbuka begitu syok.
“Pak, saya tidak tahu sama sekali jadwal ini. Lagi pula saya ada aca…”
“Masuk, saya sudah mengirim pesan.” Keningku mengerut dalam dan mengambil ponsel segera. Aku harus menyuruh pria ini bergegas pergi sebelum Khalid datang. Jangan sampai hubungan kami berantakan lagi karena kehadiran pria egois ini.
Pada akhirnya yang di katakan benar. Pesan yang tak aku baca mengatakan untuk segera bersiap-siap. Rasanya aku ingin sekali memakinya. Tapi aku tak memiliki kuasa saat ini selain naik ke mobil dan mengirimkan pesan pada Khalid.
Ibu yang melihatku naik ke mobil pun juga tak mengerti apa yang terjadi.
“Kak, maaf. Malam ini aku ada kerjaan mendadak. Aku janji akan mengganti jadwal malam ini. Maafkan aku, Kak.” Di perjalanan aku berusaha mengabari Khalid dengan pesan singkat.
Setibanya kami di restauran, aku melihat di sana ada seorang wanita yang berdiri dengan antusias menyambut kedatangan kami, lebih tepatnya kedatangan Pak Rafan. Tak ada sekertaris yang ikut dengannya. Aku heran mengapa aku harus ikut juga.
“Pak Rafan, senang akhirnya anda mau memenuhi undangan makan malam ini. Dan ini seker…”
“Calon istri saya!” Mataku membeliak kaget bersamaan dengan wanita yang berdiri di depan kami saat itu. Aku melihat jelas raut wajah wanita itu berubah tak ramah.
Benar dugaannya jika aku adalah sekertaris Pak Rafan. Tapi mengapa sampai membawa aku dengan sebutan calon istri?
“Ellia…” ketika aku menoleh di meja lainnya yang tidak begitu dekat dari meja makan kami. Ku lihat sosok yang menatapku dengan eskpresi tak lagi bisa aku baca.
Wajahnya penuh kecewa dan amarah. Di depannya terlihat meja makan berhias dengan lilin, bunga dan aku melihat ada kue cake yang entah atas peringatan apa. Sebab aku tidak mengingatnya sama sekali.
“Kak Khalid…” bibirku bergerak lirih mengatakan nama yang saat ini benar-benar salah paham denganku.
Matanya nampak berkaca-kaca, aku ingin pergi. Tapi saat ini Pak Rafan sedang menggunakan aku sebagai alasan menghindari wanita di depannya. Dan aku tidak mau kehilangan pekerjaan ini.
Pri itu terlihat kecewa saat pergi meninggalkan tempat duduknya. Aku menunduk menghela napas. Ingin mengejar tapi tak bisa.
“Maafkan aku, Kak. Aku akan jelaskan setelah pulang dari sini. Aku janji…” ujarku dalam hati.
“Ellia, ayo duduk.” Lagi-lagi Pak Rafan justru acuh dengan permasalahanku. Ia menarik kursi untuk ku duduki. Di depan kami wanita itu tampak menatap tak suka padaku.
Sudahlah aku tak perduli yang penting acara segera selesai dan aku bisa menemui Khalid. Kak, maafkan aku. Aku benar-benar tidak ada niat melukaimu. Aku sangat mencintaimu. Sepanjang waktu itu aku terus memikirkan Khalid. Aku yakin hatinya benar-benar kacau mendengar kata calon istri yang Pak Rafan ucapkan tadi.
Aku paham apa yang Pak Rafan lakukan semata-mata hanya ingin menjauhi wanita di depannya. Sebab ini bukanlah pertama kali terjadi banyak wanita yang mengejarnya dengan modus kerja sama. Dan aku sebagai sekertarisnya sangat tahu itu semua. Jika di katakan Pak Rafan pria yang cukup konsisten dengan pendiriannya. Ia benar-benar tak sedikit pun memberi celah pada wanita mana pun untuk mendekatinya. Entah karena alasan apa aku tidak tahu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Ratu Kalinyamat
nma ny juga bos tampan y ush pasti cari calon istri yg. mungkin ga matre x. yg bsa di srhsrhgty hehehee
2023-08-03
0