Penghianatan Cinta, Alandra
Alena tidak menyangka laki-laki yang amat di cintainya tega bermalam dengan wanita lain di apartemennya sendiri. Alandra Nowela nama itu masih terngiang hingga kini dalam benaknya, raut wajah yang kusut dan baju yang berantakan menjadi pemandangan yang menyedihkan kala Alena melihat Alandra keluar dari dalam sana.
Arrgghhh....!! Jerit Alena, dia merasakan sesak di ulu hatinya tiap bayangan itu muncul.
"Sialan kau Alandra, kenapa kau melakukan ini padaku?" Isak Alena lirih, bukan jawaban yang memuaskan yang keluar dari bibir Alandra melainkan kata yang seolah membenarkan apa yang terjadi.
'Seperti yang kau lihat, beginilah adanya.' Kata itu yang justru keluar dari mulut Alandra.
"Sialan, aku ingin menghabisimu! Apa kurangnya cinta yang ku berikan padamu? Aku selalu membelamu di depan Ayahku saat dia menyepelekanmu, tapi kenapa setelah dia setuju dengan hubungan kita, kau malah begini? Ayolah jelaskan padaku, katakan begini. Alena, ini tidak seperti yang kau lihat, ini hanya salah faham, katakan itu padaku Alan, aku pasti akan percaya." Alena berucap setengah memohon, hatinya terus menepis kebenaran di hadapannya.
"Apa lagi yang harus aku jelaskan, semua sudah tampak jelas di matamu. Lagi pun Alena, aku sudah muak berhubungan denganmu, kau anak manja yang hanya mengandalkan uang Ayahmu. Jadi mulai sekarang, kita putus!" Kata itu yang justru keluar dari bibirnya.
Jedar...!! Bagai ada sebuah benda tak kasat mata yang menghantam jantung Alena, untuk beberapa saat dia tak bisa bernapas, kakinya mundur perlahan, lututnya seakan memberat begitu saja.
"Apa yang kau takan Alan? Aku tidak mendengarnya dengan jelas?" Lirih Alena pelan dia menolak percaya dengan apa yang di dengarnya barusan, air mata sudah membanjiri wajahnya tanpa ia seka, tatapan matanya menatap kosong sembarang arah, seakan dia baru kehilangan nyawanya.
"Pergilah Len, tidak ada gunanya aku mengulangi kata itu, itu akan semakin membuatmu terluka." Ujar Alan dengan bibir bergetar, sedang wanita yang ada di ranjang itu hanya diam sembari menutupi diri dengan selimut.
Tubuh Alena bergetar hebat, dia menutupi wajahnya dengan telapak tangan, kemudian menghapus air mata itu dari wajahnya, dia menatap tajam mata Alandra, "aku akan ingat hari ini, hari dimana kamu mengkhianatiku Lan. Dan kamu wanita yang ada di dalam sana, seumur hidupmu, kamu tidak akan pernah tenang, camkan itu!" Ujar Alena, membuat gadis itu semakin mengkerut takut.
"Jangan macam-macam padanya, Len. Aku yang memaksanya untuk bersamaku," ujar Alandra, dia mencengkeram pergelangan tangan Alena.
Alena mendengus tawa, "kau sebegitu mencintainya hingga takut aku melakukan sesuatu padanya, dasar brengsek!" Alena menghempaskan tangan Alandra dengan mata menyorot tajam.
Alandra menghela napas berat kemudian menyeret Alena keluar dari apartemennya itu, "pergilah jangan membuat keributan disini."
"Seharusnya aku yang bilang begitu keparat! Ini apartemen milikku, kau hanya menempatinya saja." Alena bertahan tak ingin pergi.
"Baiklah, aku yang akan pergi! Ayo, kita tidak bisa berada disini lagi," ujarnya pada gadis yang mengenakan jubah mandi dengan wajah tertekuk di atas ranjang.
Dia lantas turun dan berjalan menghampiri Alandra, kemudian mereka pun berlalu
"Cih aku mengutuk kalian berdua, selamanya kalian tidak akan pernah bisa hidup tenang, dan sampai kapanpun, kalian tidak akan pernah bisa bersatu. Camkan itu!" Teriak Alena dengan wajah gusar penuh amarah.
Brak...!! Dia membanting pintu dengan kasar.
Arrgghhh...!! Teriaknya, seperti orang tidak waras. Alena membanting setiap benda yang mampu di raihnya.
Brak...frang....
Benda itu hancur menyentuh lantai, belum lagi seprai, bantal juga selimut nampak berserakan dimana-mana, hingga memenuhi setiap penjuru. Bahkan pigura foto dirinya dan Alandra pun ikut hancur berkeping-keping.
"Nona muda, tolong buka pintunya!" Suara seseorang di iringi ketukan pintu tak di gubris sama sekali oleh Alena, dia tetap mengamuk di dalam sana. Dia berjalan ke dapur dan mengambil sebotol anggur dari bawah meja kemudian menenggaknya. Berharap, apa yang Ia rasakan hilang bersamaan dengan hilangnya kesadaran.
"Nona, tolong buka pintunya!" Lagi-lagi orang itu berucap tak ingin menyerah.
"Pergilah! Aku ingin sendiri!" Balas Alena dengan suara khas orang mabuk.
"Aku ingin disini, bersama Alan. Tapi, tapi dia meninggalkanku, hua...dia tidur disana dengan wanita lain, padahal dia dan aku bahkan belum pernah tidur bersama," racau Alena tak karuan, dia bertingkah seperti anak kecil.
Brak... Pintu pun terbuka, Alena masih menggenggam botol itu sambil duduk di lantai, dengan tampang wajah tak karuan, wajahnya sembab penuh air mata, rambutnya acak-acakan dan pakaiannya nampak berantakan, belum lagi kekacauan yang di perbuatanya membuat suasana nampak mencekam.
"Astaga! Nona, apa yang terjadi pada anda?" Tanyanya, dia adalah sopir Alena, yang bernama Stanley.
"Lepaskan aku, pergi saja kau," Alena berusaha mendorong Stanley agar menjauhinya.
Stanley tak patah arah, dia terus berusaha membujuk Alena dan berusaha membantunya berdiri, meski gadis itu terus saja mendorongnya menjauh.
"Nona, saya mengerti perasaan anda saat ini, tapi anda tidak boleh menghancurkan diri anda seperti ini, ayo kita kembali." Ujarnya.
"Kenapa Alan mengkhianatiku, Stanley? Apa kesalahan yang aku perbuat, aku, aku sangat mencintainya," isak Alena di lengan Stanley, pria berusia kisaran 35 tahun itu hanya diam, sembari mengusap kepala anak majikannya berusaha membuat dia tenang.
"Nona tidak membuat kesalahan apapun, ayo saya bantu Nona berdiri," ujar Stanley, sembari membantu Alena bangkit. Kemudian membopongnya keluar.
Alena duduk bersandar di jok belakang mobil yang Stanley kemudikan, dia menatap kosong jalanan yang ramai dengan kendaraan berlalu-lalang, saling mendahului satu sama lain. Meski dia tidak sepenuhnya sadar, namun tetap saja rasa sakit enggan meninggalkannya, nama Alandra yang telah bertahta di hatinya seakan enggan pergi begitu saja. Alena menyeka air mata yang keluar tanpa di minta. Bayangan kebersamaan dia dengan Alandra di masa lalu bermain di kepalanya.
"Nona, kita sudah sampai." Ujar Stanley, setelah menghentikan laju mobilnya. Namun, Alena tak menghiraukannya, dia masih tetap diam dengan tatapan kosongnya.
Stanley keluar lebih dulu, kemudian membantu Alena keluar.
Semua orang menyambut kedatangan Alena, seolah mereka bersimpati dan tahu apa yang telah Alena alami beberapa saat yang lalu.
"Nak, apa kau baik-baik saja?" Martin, Ayah dari Alena datang menghampiri putrinya, yang seolah hilang harapan dalam hidupnya.
"Papah," Alena beralih dalam pelukan Martin dan membenamkan diri dalam pelukan sang Ayah sambil terisak lirih.
"Tidak papa Nak, semua akan berlalu. Pria itu tidak pantas untukmu, lupakan dia, kau akan mendapatkan pria yang seribu kali lebih baik dari dia, Papah yakin." Ujar Martin membesarkan hati putrinya, dia mengusap lembut rambut hitam sepunggung itu.
Mata Alena tiba-tiba saja memberat, wajah orang-orang terlihat samar, ruangan seakan berputar, namun wajah satu orang yang terlihat jelas di mata Alena, senyumannya seakan menari-nari di pelupuk mata, dialah Alandra.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
Lina maulina
ska bget d novel kalo g laki2 y perempuan yg selingkuh ngundang pelakor, kalo dah bosen am pasangannya tinggal bilang putus ssh bget sampe hrs selingkuh dulu
2023-10-05
1