Alena berbaring lemah di ranjang, tubuhnya tampak kurus, hanya dalam hitungan hari.
"Makanlah Nak, lihat dirimu kau terlihat begitu kurus."
"Aku tidak lapar Pah," lagi-lagi Alena menolak.
"Cukup Alena, Papah tidak suka kamu bersikap begini terus menerus, mau sampai kapan, sekarang makanlah!" Ucap Martin tegas, kemudian bangkit.
"Suapi Nona, kalau dia menolak paksa saja dia memakan makanannya walau dengan cara apapun!"
Pelayan yang sejak tadi menunduk sambil berdiri di sudut ruangan pun berjalan mendekat, "Nona, tolong makanlah, jika tidak saya yang akan dimarahi Tuan," ucapnya dengan wajah takut.
Alena bangkit, duduk sambil menyandarkan punggungnya di kepala ranjang, "baiklah aku akan makan, rasanya sudah cukup aku meratapi nasib sialku ini," ujarnya sambil meraih nampan berisi makanan itu dari tangan sang pelayan.
"Benar Nona harus bangkit dari keterpurukan, tidak ada gunanya meratapi nasib seperti ini, justru Nona harus membuktikan bahwa Nona mampu hidup dengan baik walau tanpa dia sekalipun," ucap gadis pelayan itu yang Alena sendiri pun tidak tahu namanya.
Perkataan dari gadis pelayan itu membuat Alena terdiam sejenak, "kamu benar, seharusnya aku membalas perbuatannya, biar dia juga merasakan rasanya menderita itu seperti apa." Ujar Alena, sudut bibirnya tertarik ke atas membuat seringai tipis terukir di bibirnya.
'Tunggu saja pembalasanku, Alandra.' Batin Alena bergumam.
Malam harinya, Alena turun sudah mengenakan pakaian rapi, membuat semua orang nampak terkejut, tak terkecuali Martin juga Stanley yang tengah berada di ruang tengah, agaknya mereka tengah membicarakan soal pekerjaan.
"Alena, kamu mau kemana?" Tanya Martin tampak heran.
"Aku mau keluar Pah, mau cari udara segar," jawab Alena dengan senyuman manis yang tersemat di bibirnya.
"Keluar, kemana? Kamu baru sembuh Nak," ujar Martin.
"Kemana aja lah Pah, yang penting gak sumpek," jawab Alena.
"Kalau gitu Papah akan menyuruh Jacob menjemputmu, kalian bisa pergi bersama."
"Baiklah," jawab Alena ringan. Diluar dugaan Alena tidak menolak sama sekali, membuat Martin senang, namun juga penasaran, apa yang membuat putrinya bisa berubah pikiran seperti itu.
"Jadi kamu mau pergi sama Jack?"
"Ya, kenapa tidak?" Alena mengangkatnya bahunya ringan.
"Kalau begitu Papah akan menghubunginya." Martin pun menghubungi Jacob lewat telepon dan menyuruhnya menjemput Alena dari rumahnya.
"Dia bilang dia tidak bisa menjemputmu, tapi saat ini dia sedang berada di cafe, biar Stanley yang akan mengantarmu kesana."
"Baiklah."
Alena pun di antar Stanley menunju Cafe yang di sebutkan Jack di telpon tadi.
"Nona, apa anda yakin akan menemui Tuan Jack?" Tanya Stanley, dia melirik Alena dari kaca spion, tampak gadis itu tengah melamun dengan mata mengawasi hiruk-pikuk jalanan.
"Kenapa tidak?" Jawabnya dingin.
"Maaf jika saya lancang, saya hanya bertanya." Ucapnya tak enak hati.
"Sudahlah, fokus saja menyetir." Stanley pun kembali terdiam dan fokus pada kemudinya.
Mobil pun berhenti di parkiran Cafe, yang di maksud Jack tadi, namun penampakan seseorang di kejauhan membuat Alena tertarik, "Stanley, bukankah itu Alandra?" Ucapan Alena membuat Stanley menatap sejurus.
"Benar Nona, sepertinya dia bekerja disini," ucap Stanley, benar memang dilihat dari pakaian yang di kenakannya sepertinya Alandra memang jadi salah satu pelayan di tempat ini, dia tampak tengah membuang sampah.
"Laki-laki itu memang tidak jelas, dia bekerja serabutan begitu," ujarnya.
Tampak Alandra kembali masuk kedalam sambil membawa tempat sampah.
"Apa Nona akan masuk?" Tanya Stanley memastikan.
"Tentu saja, kenapa tidak, dia tidak akan lagi menjadi penghalang dalam hidupku." Alena mendengus senyum sembari turun dari Mobil.
"Pulanglah lebih dulu, aku akan meminta Jacob mengantarku." Ujar Alena sembari menutup pintu mobil, lantas ia pun masuk.
Alena berjalan dengan anggun memasuki cafe tersebut, matanya mencari keberadaan Jacob di antara orang-orang yang tengah duduk berpasangan di mejanya masing-masing, seseorang melambaikan tangan tak jauh dari posisi Alena saat ini berdiri. Alena berjalan menghampiri orang tersebut, kemudian duduk.
"Hay, maaf aku sedikit terlambat," ujar Alena.
"Tidak masalah, klienku juga baru saja pergi, jadi kedatangan kamu sebenarnya sangat tepat," ujar Jack sambil tersenyum.
"Oh begitu." Alena mengangguk canggung.
"Kamu mau makan apa?" tanya Jack sambil membuka buku menu.
"Apa saja boleh, aku tidak pilih-pilih makanan." Ucap Alena, tatapan matanya teredar ke segala arah, seakan mencari keberadaan sosok yang ingin di lihatnya.
"Mau aku pilihkan?" Tawar Jack.
"Oh itu bagus, kalau begitu kamu saja yang pilihkan." Jawab Alena masih disertai senyuman canggung.
Dia menyesap jus jeruk di hadapannya yang sudah datang terlebih dahulu.
"Kamu liatin apa sih?" Tanya Jacob yang menyadari pandangan Alena sedari tadi tak fokus satu arah.
"Hah, aku cuma merasa asing, ini pertama kalinya aku datang ke Cafe ini," dalih Alena, saat itulah makanan pun datang membuat perhatian Jacob teralihkan.
"Cobalah, makanan disini sangat lezat kamu pasti akan suka," ujarnya, sambil menyantap makanannya sendiri.
"Hmmm, kamu benar, makanan ini memang sangat lezat, aku suka." Ujar Alena masih dengan full senyum.
"Aku penasaran kenapa kamu tiba-tiba ingin bertemu denganku, apa ada alasannya?" tanya Jacob penasaran.
"Apa aku mengganggumu?"
"Tidak sama sekali," jawab Jacob langsung.
"Aku tidak punya alasan apapun, aku hanya ingin pergi keluar dan bersenang-senang, tapi Papah memintaku pergi bersamamu, aku tak punya alasan untuk menolak, lagi pula aku hanya pergi seorang diri jadi aku butuh teman." Dalih Alena.
Jacob tersenyum, "jika kamu butuh teman, kapan pun dan dimana pun kamu bisa menghubungiku, aku akan selalu siaga 24 jam untukmu." Ujarnya, membuat Alena mendengus senyum.
"Sekarang kita mau pergi kemana lagi?" Tanya Jacob.
"Pergi? Kemana?" Tanya Alena sedikit terkejut, dia pikir mereka hanya akan berada disini dan setelah itu kembali pulang.
"Kemana pun kamu mau." Jawabnya.
"Kalau begitu, aku tidak ingin pergi kemana pun, aku hanya ingin duduk disini dan menikmati makananku." Jawab Alena ringan.
"Baiklah, aku akan menemanimu." Mata Alena masih saja mencari keberadaan Alandra, namun pria itu tak nampak dimana pun, Alena sudah memesan kembali makan ringan beserta minumnya, mencari alasan untuk tetap berada di tempat ini lebih lama.
Jacob sudah tampak tak nyaman, sudah hampir tiga gelas Jus yang Ia minum dan Alena masih ingin bertahan di tempat ini.
"Alena, sebaiknya kita kembali, ini sudah cukup malam, aku takut Ayahmu akan khawatir, lagi pula kamu baru sembuh kan." Ujar Jacob.
"Baiklah, ayo kita pulang." Ucap Alena, masih dengan pandangan tak tentu arah.
'Sebenarnya apa yang Alena cari, apa ada seseorang yang di kenali di tempat ini, tapi siapa? Sikapnya benar-benar aneh.' Batin Jacob bergumam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments