"Alena, apa kamu mencari sesuatu?" Tanya Jacob mengurai rasa ingin tahunya.
"Hah, oh tidak, aku hanya mengagumi desain tempat ini, modern dan elegan," dalihnya sambil tersenyum.
"Oh begitu," jawab Jack, nampaknya dia percaya saja pada kata-kata Alena.
Saat hendak bangkit, ujung mata Alena menangkap siluet Alandra yang tengah melayani meja tamu di ujung ruangan, dia sempat mendongak dan tanpa sadar mata mereka saling bertemu untuk beberapa saat, namun sesegera mungkin Alandra memutusnya dan berlalu pergi.
'Bagus, sangat bagus Alandra, memang sudah begitu seharusnya.' Batin Alena, rasa perih kembali menyengat ulu hatinya.
"Len, ada apa?" Tanya Jacob yang menyadari sikap aneh Alena yang tiba-tiba terpaku di tempat.
"Tidak ada apa-apa, ayo," dalihnya seraya bangkit.
Alena dan Jacob berjalan bersama keluar cafe, setelah Jacob membayar makanan yang mereka makan tadi.
***
Alena duduk dalam diam, matanya kembali mengawasi jalanan seolah enggan berpaling, seakan pemandangan diluar sana lebih menarik dari pada orang yang kini berada di sampingnya.
"Alena," panggil Jack, membuat Alena menoleh dengan tatapan penuh tanya.
"Err, aku ingin tanya bagaimana menurutmu soal rencana Perjodohan kita?" Alena mengerutkan dahi, wanita itu tak lantas menjawab, "a-aku tak bermaksud buruk, dan a-aku tidak akan memaksamu kalau kamu tidak mau, a-aku hanya ingin tahu apa pendapatmu?" Ralatnya.
Alena mendengus senyum, dan beralih menatap lurus ke-depan, "emm, sebenarnya aku belum memikirkan soal itu, aku baru saja putus dengan kekasihku, aku butuh waktu untuk menata hatiku kembali. Aku mengatakan ini karena aku tidak ingin menutupi apa pun darimu."
"Aku senang mendengarnya, setidaknya kamu sudah mulai terbuka padaku, aku akan memberimu waktu dan akan menunggumu dengan sabar," ujarnya lembut.
Alena mengangguk sambil tersenyum canggung, tak lama setelah itu mobil pun memasuki gerbang rumah Alena kemudian berhenti.
"Kamu tidak akan masuk dulu, Papah pasti akan senang bertemu denganmu?" Ujar Alena berbasa-basi.
"Tidak perlu, ini sudah malam lain kali saja," tolaknya halus.
"Kalau begitu aku masuk dulu, terimakasih sudah mengantarku pulang."
"Sama-sama, sampai jumpa lain kali." Alena hanya menanggapi ucapan Jacob dengan anggukan sembari turun dari mobil pria itu.
Alena melambaikan tangannya seiring kepergian mobil Jacob dari halaman rumahnya, aktingnya itu benar-benar membuat Alena kelelahan dia hendak masuk, namun di ambang pintu Ayahnya sudah menyambut kedatangannya.
"Bagaimana makan malamnya?" Tanyanya penasaran.
"Ya bagitu aja Pah," jawab Alena tak tertarik. Dia menerobos masuk melewati Ayahnya.
"Bagaimana Jacob menurutmu?" Alena memutar bola mata malas tak menjawab dan langsung berlalu.
Bruk...
Alena menghempaskan diri berbaring terlentang di atas ranjang, matanya menatap kosong langit-langit kamar berwarna putih tulang.
Dering ponsel tak membuat dia mengubah posisi, dia mengangkat benda pipih tersebut lalu menjawab, "apa kau mendapat sesuatu?" Ujarnya.
'Ya Nona, saya sudah mengikuti Alandra dia bekerja di beberapa tempat dalam beberapa hari ini, dan saya juga menemukan wanita itu, dia bernama Sandra dia masih seorang mahasiswi dan dia juga bekerja paruh waktu sebagai kasir minimarket.' Ucap seorang pria dari sebrang telpon.
"Oke, terus awasi mereka." Ujar Alena, lantas menutup sambungan telponnya.
'Kau lihat saja Alandra, kau tidak akan bisa hidup dengan tenang setelah membuat aku menderita.' Alena tersenyum devil.
Keesokan harinya, Alena sudah berdandan mengenakan celana jeans dan atasan berwarna putih, serta tas jinjing di tangan kirinya.
"Kamu mau kemana Alena?" Tanya sang Ayah yang tengah sarapan di temani Stanley yang berdiri di sampingnya. Sepertinya dia tengah memberitahu Ayahnya tentang agendanya hari ini.
"Aku ingin jalan-jalan Pah, boleh kan?" Ucap Alena sembari merangkul pundak sang Ayah, menaruh dagunya di pundak kokoh beliau.
Ayahnya mengangguk sambil tersenyum, inilah sikap Alena yang sebenarnya manja dan penuh perhatian.
"Emh, baiklah. Pergilah belilah apa pun yang kamu mau, apa kau butuh teman, biar Stanley yang menemanimu?"
"Tidak usah Pah, aku akan pergi bersama temanku," tolak Alena, sambil mencium pipi sebelah kiri Ayahnya.
"Teman, memangnya kau punya teman?"
"Apa Papah pikir seorang gadis kaya pewaris tunggal perusahaan keluarga Jennings tidak akan punya teman, oh no! Itu salah besar Papah, temanku berserakan di jalanan," ujarnya sambil terkekeh pelan.
"Dasar kau," Martin ikut tertawa.
"Aku pergi dulu ya Pah, baye!" Alena melepas rangkulannya kemudian berlalu.
"Jangan pulang terlalu malam!" Teriak Martin, yang hanya terdengar samar di telinga Alena.
"Oke Pah!" Balas Alena dengan nada yang sama.
Alena melajukan mobilnya keluar dari gerbang rumahnya, earphone sudah terpasang rapi di telinganya.
'Halo Nona,' suara seseorang muncul di kepala Alena.
"Hem, kau sudah mengikutinya?" Tanya Alena, pandangannya tetap fokus pada jalanan yang di laluinya.
'Ya Nona, saat ini Alandra sedang mengantar pesanan di jalan XXX Apartemen Golden Rose, saya tidak tahu pasti lantai berapa yang dia tuju.'
"Oke, mulai sekarang jangan sebut lagi namanya, cukup sebut dia saja." Darah Alena kembali mendidih jika mendengar nama Apartemen Golden Rose di sebut, itu adalah tempat dia memergoki Alandra tempo hari.
'Baik Nona.'
"Terus awasi dia, dan laporkan kemana saja dia pergi. Dan sekarang aku akan mengunjungi Nona selingkuhannya. Aku ingin lihat apa kelebihan yang di miliki wanita itu hingga pria brengsek itu meninggalkanku." Geram Alena kesal. Dia mematikan sambungan telponnya, kemudian memacu kendaraannya menuju alamat yang sudah mata-matanya kirimkan padanya.
Mobil Alena menepi di sebrang mini market tempat wanita yang di ketahui bernama Sandra itu bekerja.
"Jadi ini tempatnya, satu hal yang pasti, dia tidak lebih kaya dariku," cibir Alena, dia mulai merasa sombong dan percaya diri, namun sialnya disaat yang bersamaan ego-nya pun terluka, karena dia bisa di kalahkan oleh seorang gadis biasa.
Alena merogoh teropong kecil dari dalam tasnya, benda itu sengaja Ia bawa agar bisa lebih leluasa mengawasi pergerakan musuh. Ada dua wanita dan satu pria yang mampu Alena tangkap dengan teropongnya, namun Alena bisa mengenali wajah satu orang, wajah itu sengaja Alena tandai di dalam ingatan.
"Itu dia, hari ini kamu akan tamat!" Alena menyeringai Devil.
Seseorang mengetuk kaca mobil Alena membuat wanita itu refleks menoleh, ternyata itu salah satu mata-mata suruhannya yang sengaja Ia perintahkan untuk menguntit Sandra. Pria itu masuk dan duduk di kursi samping Alena.
"Apa yang harus saya lakukan selanjutnya, Nona?"
"Masuklah, dan buat kekacauan disana, aku ingin melihat wanita itu di pecat! Aku ingin dia merasakan akibat dari perbuatannya, dia tidak tahu orang seperti apa yang dia usik, aku bukan orang baik, aku adalah orang yang akan membalas rasa sakit yang aku terima berkali-kali lipat." Geram Alena, tangannya mengepal kuat tatapan matanya menyorot tajam tempat incarannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments