CINTA GILA SANG GENGSTER
*
*
*
Flash back on....
Disebuah rumah megah nan mewah, seorang anak kecil berusia 5 tahun masuk ke dalam rumahnya dengan baju dan tubuh yang kotor karena dia baru saja bermain bola dengan teman-temannya.
"Astaga Arman! siapa suruh kamu boleh masuk dengan tubuh kotor dan menjijikan seperti itu!" teriak Mama Venna.
Mama Venna dengan cepat menghampiri Arman dan menjewer telinga Arman dengan sangat kencang membuat Arman meringis kesakitan.
"Aduh, sakit Ma," seru Arman.
"Dasar anak tidak tahu diri!" bentak Mama Venna dengan menoyor kepala Arman.
"Ya Allah Nyonya, kasihan Tuan Muda jangan disiksa terus," seru Bi Sukma yang berlari dan langsung memeluk Arman.
"Kamu siapa berani menasehati saya? kamu itu hanya pembantu di sini, jadi jangan sok-sokan menasehati saya," seru Mama Venna dengan mendorong tubuh Bi Sukma.
Bi Sukma terjatuh ke lantai bersama Arman. "Astagfirullah, Tuan Muda tidak apa-apa, kan?" seru Bi Sukma.
Arman hanya bisa menggelengkan kepalanya, Bi Sukma pun bangun bersama dengan Arman.
"Tuan muda sekarang mandi dulu ya, setelah itu makan," seru Bi Sukma dengan mengusap kepala Arman.
Arman menganggukkan kepalanya, lalu Bi Sukma segera membawa Arman ke dalam kamarnya.
"Anak itu sungguh sangat menjengkelkan, kalau setiap hari aku harus marah-marah terus seperti ini, bisa-bisa aku punya penyakit darah tinggi," kesal Mama Venna.
"Mama seharusnya pukul Arman, biar anak itu tahu rasa," seru Paras sembari mulut penuh dengan makanan.
"Tadi Mama mau pukul dia, tapi kan kamu juga lihat kalau wanita tidak tahu diri itu selalu saja datang untuk membela si Arman," sahut Mama Venna dengan kesalnya.
Mama Arman sudah meninggal di saat melahirkan Arman, dan 1 tahun kemudian Papanya menikah lagi dengan Mama Venna yang tidak lain sekertaris Papa Yongki di kantor.
Mama Venna merupakan janda beranak satu, anak Mama Venna bernama Paras dan usia Paras saat ini 7 tahun, lebih tua dua tahun dari Arman. Awal menikah, Mama Venna sangat menyayangi Arman tapi lama-kelamaan sifat asli Mama Venna pun terungkap. Jika Papa Yongki pergi ke kantor, Ia akan bersikap kasar kepada Arman bahkan Mama Venna juga sering menyiksa Arman.
Bi Sukma baru saja selesai memandikan Arman, Arman duduk di ujung ranjang dengan tatapan kosongnya membuat Bi Sukma merasa sangat iba.
"Tuan muda, pakai baju dulu ya."
Arman lagi-lagi menganggukkan kepalanya, Bi Sukma mengoleskan minyak kayu putih di tubuh Arman. Bi Sukma selalu menangis jika melihat tubuh Arman, bagaimana tidak, tubuh putih mulus itu sudah penuh sekali dengan luka memar baik akibat cubitan maupun akibat pukulan dari Mama Venna.
"Maafkan Bibi, Bibi tidak bisa membantu Tuan muda," seru Bi Sukma dengan deraian airmata.
Arman mengusap airmata Bi Sukma. "Bibi jangan menangis, Arman tidak apa-apa kok," seru Arman dengan senyumannya.
Airmata Bi Sukma semakin deras, walaupun Arman tersenyum tapi terlihat jelas di matanya kalau Arman menyimpan kepedihan yang sangat mendalam.
Bi Sukma memeluk tubuh kecil itu. "Kalau seandainya Nyonya Kirana masih hidup, Tuan muda tidak akan merasakan hal seperti ini," seru Bi Sukma.
Cukup lama Bi Sukma memeluk Arman, hingga Bi Sukma pun segera melepaskan pelukannya dan menghapus airmatanya.
"Tuan muda mau makan? Bibi sudah memasakkan makanan kesukaan Tuan muda."
"Iya, Bi."
"Ya sudah, ayo kita ke bawah."
Bi Sukma menarik tangan Arman dan membawanya ke meja makan untuk makan siang.
Bi Sukma bukannya tidak mau melaporkan kelakuan keji Mama tiri Arman kepada Papa Yongki, tapi Mama Venna selalu mengancam akan memecat Bi Sukma kalau berani melaporkannya.
Bi Sukma tidak bisa berbuat apa-apa, karena Bi Sukma sangat menyayangi Arman, jadi kalau sampai Bi Sukma dipecat, dia tidak akan tahu bagaimana nasib Arman dan Bi Sukma tidak mau sampai itu terjadi.
Jadi, Bi Sukma memutuskan untuk tidak melaporkannya tapi setidaknya Bi Sukma masih bisa menjaga Arman.
Paras menghampiri Arman yang sedang makan disuapi Bi Sukma, lalu merebut robot-robotan yang sedang di pegang oleh Arman.
"Kak Paras, kembalikan robot-robotan Arman!" teriak Arman.
"Ambil saja kalau bisa," sahut Paras.
Arman langsung berlari mengejar Paras untuk mengambil robot-robotannya.
"Ya Allah Tuan muda, jangan lari-lari, nanti jatuh!" teriak Bi Sukma.
"Kembalikan robot aku!" teriak Arman.
Paras terus saja membawa lari robot-robotan kesayangan Arman, hingga tidak lama kemudian, kaki Paras tersandung kaki meja dan Paras pun terjatuh sedangkan robot-robotan Arman terlempar dan hancur berantakan.
"Tidaaaaaaakkk...."
Arman dengan cepat mengambil robot-robotan miliknya yang saat ini sudah hancur, airmata Arman langsung menetes dengan derasnya sembari melihat robot-robotannya.
"Ya Allah, robot-robotannya sudah hancur," seru Bi Sukma.
Arman mengepalkan tangannya, dengan cepat dia melempar robot-robotan yang sudah hancur itu ke arah Paras dan ternyata mengenai kening Paras sampai berdarah.
"Kakak, sudah menghancurkan robot-robotanku!" teriak Arman dengan deraian airmata.
"Huawaaa...Mama, tolongin Paras, kening Paras berdarah!" teriak Paras dengan airmata buayanya.
Mama Venna yang sedang bersantai ria, segera berlari menghampiri Paras.
"Astaga, kening kamu kenapa, sayang?" tanya Mama Venna.
"Anak setan itu melempar Paras dengan robot-tobotannya," adu Paras.
"Apa!"
Mama Venna menghampiri Arman dan menarik tangan Arman, lalu membawa Arman ke dalam kamar mandi.
"Nyonya, mau bawa Tuan muda ke mana?" seru Bi Sukma.
"Jangan ikut campur, kamu urus Paras dan obati lukanya!" bentak Mama Venna.
"Tapi Nyonya-----"
"Tidak ada tapi-tapian, atau kamu mau saya pecat!"
Bi Sukma tidak bisa membantah lagi, akhirnya dengan terpaksa Bi Sukma menuruti perintah Mama Venna untuk mengobati luka Paras.
Sementara itu, Mama Venna membawa Arman ke dalam kamar mandi dan mengguyur Arman dengan air.
"Ampun Ma, dingin."
"Rasakan itu anak bodoh, berani sekali kamu melukai Paras."
"Ampun Ma, ampun."
Rintihan Arman terdengar begitu sangat memilukan, tapi Mama Venna dengan kejamnya terus saja mengguyur tubuh Arman dengan air. Setelah puas, Mama Venna mengunci Arman di kamar mandi dengan tubuh yang basah kuyup dan juga menggigil.
"Ma, jangan kunci Arman Ma, Arman takut!" teriak Arman dengan menggedor pintu kamar mandi.
"Rasakan, itulah akibatnya jika kamu melakukan kesalahan, sekarang nikmatilah hukuman dari Mama!" seru Mama Venna dengan senyumannya.
Mama Venna mematikan lampu kamar mandi membuat Arman semakin histeris dan berteriak ketakutan. Arman sangat takut akan kegelapan, Bi Sukma yang mendengar teriakan Arman langsung berlari.
"Nyonya, saya mohon keluarkan Tuan muda, dia sangat takut akan kegelapan," mohon Bi Sukma.
"Tidak akan, itu adalah sebagai hukuman karena dia sudah berani melukai anak kesayangan saya."
"Nyonya, tapi Den Paras yang memulainya duluan sehingga Tuan muda marah."
Mama Venna menjambak rambut Bi Sukma. "Berani sekali kamu menyalahkan anak saya, pokoknya jangan ada yang membuka pintu ini sebelum saya perintahkan. Dan satu lagi, berani kamu mengadu kepada Mas Yongki, kamu tahu kan, apa yang akan saya lakukan?"
Bi Sukma menganggukkan kepalanya sembari menahan sakit, Mama Venna dengan kasar menghempaskan tubuh Bi Sukma sampai tersungkur ke lantai, lalu Mama Sukma meninggalkannya.
Bi Sukma mendekati pintu kamar mandi, terdengar suara tangisan histeris dari Arman tapi Bi Sukma tidak bisa berbuat apa-apa.
"Maafkan Bibi, Tuan muda," gumam Bi Sukma dengan deraian airmatanya.
Flash back off....
*
*
*
Hallo guys, bertemu lagi dengan karya terbaru Author. Novel ini ikutan lomba, jadi mohon dukungannya ya🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
Patrick Khan
.br awal wes mewek q kak😔
2024-01-03
1
☠☀💦Adnda🌽💫
baru mulai udah menyedihkan aj y.... jadian arman sabar y nak 😭😭
2023-06-07
2
Yach Yulianah
mampir d karyamu yg lain KK🤗
2023-05-26
1