Bab 5 Obsesi Arman

Keesokan harinya, Zee sudah mendaftar kuliah di tempat yang sama dengan Biru.

"Ayah, nanti siang bunga dari kebun kita akan di kirim ke sini, jadi Ayah minta bantuan si pengirim buat beres-beres di sini," seru Zee.

"Iya Nak, kamu jangan khawatir semuanya biar Ayah yang urus."

Tin..tin..

Suara klakson mobil Biru sudah terdengar. "Yah, Biru sudah datang kalau begitu Zee berangkat dulu ya," seru Zee.

"Iya sayang, kamu hati-hati ya."

"Iya, Yah."

Zee mencium punggung tangan Ayah Hendar, setelah itu dia pun pamit pergi ke kampus.

Sementara itu di kediaman Arman, seperti biasa Arman masih terlelap tidur.

"Ma, apa anak urakan itu masih tidur?" tanya Paras.

"Iyalah, memangnya apa lagi yang bisa dia lakukan selain molor dan menghabiskan uang Papanya," sahut Mama.

"Ma, pokoknya Mama harus bisa memanfaatkan Papa dan tentu saja, aku pun akan berusaha supaya perusahaan Papa jatuh ke tanganku," seru Paras dengan nada yang sedikit lemah.

"Tenang saja, Mama sudah tahu itu bahkan semua uang yang Mama dapat dari si Yongki sudah Mama simpan di ATM yang satunya lagi," sahut Mama Venna.

"Bagus Ma, ingat tujuan Mama menikah dengan si tua Bangka itu apa? pokoknya kita kuras semua harta si tua Bangka itu, setelah harta dia pindah tangan sama kita, baru kita lempar mereka ke jalanan," seru Paras.

Mama Venna dan Paras tampak menyunggingkan senyumannya, ternyata Mama Venna menikah dengan Papa Yongki karena ada tujuan tertentu.

Tadi malam, Papa Yongki berangkat ke London karena ada urusan bisnis. Mama Venna dan Paras menaiki anak tangga, lalu masuk ke dalam kamar Arman.

Terlihat Arman masih terlelap tidur, Paras segera masuk ke dalam kamar mandi dan mengambil air ke dalam ember lalu mengguyur Arman yang sedang terlelap itu.

"Bangun anak bodoh, enak sekali kamu jam segini masih tidur. Coba lihat aku, bangun harus pagi-pagi dan pulang ke rumah larut malam demi mengurus perusahaan Papa!" sentak Paras.

Arman langsung terbangun dan mencengkram kerah kemeja Paras.

"Brengsek, berani sekali kalian masuk ke dalam kamarku!" geram Arman.

"Lepaskan Arman, bersikaplah sopan kepada Kakakmu!" bentak Mama Venna.

Arman tersenyum sinis. "Cih, sampai kapan pun aku tidak sudi menganggap dia sebagai Kakakku," seru Arman.

Paras menghempaskan tangan Arman dan balik mencekik leher Arman dan menyudutkan Arman ke dinding.

"Dasar anak urakan tidak tahu diri, kamu hanya pembuat onar dan aku berdo'a semoga kamu mendekam di penjara," seru Paras.

"Aku akan sangat bahagia kalau aku dipenjara karena aku sudah berhasil membunuh dua setan seperti kalian," sahut Arman.

"Kurang ajar."

Paras menekan tangannya mencekik leher Arman, membuat Arman sulit untuk bernapas.

"Sudah Paras, nanti anak berandalan ini bisa mati," seru Mama Venna.

"Biarkan dia mati, Ma."

"Lepaskan Paras, Mama tidak mau kita masuk penjara!" sentak Mama Venna dengan menarik tangan Paras.

Arman terkulai di lantai dengan terbaruk-batuk, sedangkan Mama Venna segera menarik tangan Paras untuk keluar dari dalam kamar Arman.

"Brengsek, awas kalian," geram Arman.

Arman pun bangkit dan masuk ke dalam kamar mandi dengan langkah gontai. Setelah selesai mandi dan mengganti baju, Arman pun segera mengambil tas ransel yang biasa dia bawa ke kampus.

"Tuan muda, Bibi sudah siapkan nasi goreng kesukaan Tuan," seru Bi Sukma.

"Terima kasih, Bi."

Arman duduk dan melahap nasi goreng buatan Bi Sukma, di rumah itu hanya Bi Sukma yang Arman hormati melebihi Papanya sendiri.

Setelah selesai sarapan, Arman segera pergi menaiki motornya menuju kampus. Di dalam perjalanan, Arman mendapat info dari Anto kalau Zee tadi pagi sudah berangkat ke kampus yang sama dengan Arman dengan Biru.

"Dia kuliah di kampus yang sama denganku? sejak kapan?" gumam Arman.

Arman semakin melajukan motornya dengan kecepatan tinggi, dia ingin segera sampai di kampus dan bertemu dengan gadis pujaan hatinya.

Tidak membutuhkan waktu lama, Arman pun sampai di kampus. Mata Arman memperhatikan setiap sudut kampus, berharap dia akan menemukan Zee.

Senyuman Arman mengembang saat dari kejauhan, Arman melihat Zee sedang duduk di kursi taman sembari membaca sebuah buku.

"Itu dia," gumam Arman.

Arman berjalan hendak menghampiri Zee, tapi tidak lama kemudian Arman melihat Biru datang dengan membawa minuman untuk Zee.

"Ini minuman untukmu," seru Biru.

"Terima kasih," sahut Zee.

"Ayo, aku antar kamu daftar dulu."

"Baiklah."

Zee dan Biru pun pergi dari sana, sedangkan Arman hanya bisa mengepalkan tangannya. Zee daftar ke fakultas bisnis dan ternyata satu fakultas dengan Arman, sedangkan Biru berada di fakultas kedokteran.

Zee masuk ke dalam ruangan fakultas bisnis, dia memperhatikan setiap kursi dan ternyata ada satu kursi yang kosong.

"Maaf, apa kursi ini kosong?" tanya Zee ramah.

"Kosong."

Zee tersenyum dan duduk di kursi itu, Zee kembali membuka buku dan membacanya kebetulan jam masuk masih setengah jam lagi. Tidak lama kemudian, Arman datang dan melihat ada Zee di kelasnya. Arman segera menghampiri Zee.

"Minggir, aku mau duduk di sini," seru Arman kepada anak yang duduk di samping Zee.

Anak itu segera pergi, dia takut kalau harus berurusan dengan Arman.

"Hai!" sapa Arman.

Zee menoleh ke sampingnya, dan betapa terkejutnya Zee saat melihat siapa orang yang sudah duduk di sampingnya itu.

Kesan pertama bertemu, Arman sudah memperlihatkan sifat jeleknya membuat Zee benci dan tidak mau dekat-dekat dengan Arman.

Zee membuang wajahnya dan sedikit menggeser kursinya.

"Kamu kenapa?" tanya Arman.

"Tidak apa-apa," ketus Zee.

Zee tahu kalau Arman anak berandalan, bahkan sama orang yang lebih tua saja Arman berani seperti itu membuat Zee sedikit takut dan juga ilfil.

"Hai, boleh kita tukeran tempat duduk?" seru Zee kepada teman yang ada di sampingnya.

"Boleh."

Seketika Arman merasa emosi karena Zee ingin menjauhinya, sehingga saat Zee hendak bangkit dari duduknya, Arman langsung mencengkram pergelangan tangan Zee membuat Zee kaget.

"Tetap duduk di situ, atau laki-laki yang selalu bersamamu akan celaka," ancam Arman dengan tatapan tajamnya.

Seketika nyali Zee ciut, Zee tahu kalau orang seperti Arman tidak akan pernah main-main dengan ucapannya.

Akhirnya dengan perasaan takut, Zee pun kembali duduk. Arman mulai mendekati Zee, membuat Zee semakin ketakutan.

"Jangan macam-macam denganku, kamu adalah milikku sekarang dan tidak ada yang boleh mendekatimu kecuali aku," bisik Arman.

Zee menatap Arman, Zee benar-benar baru kali ini bertemu dengan laki-laki gila seperti Arman.

Terpopuler

Comments

☠☀💦Adnda🌽💫

☠☀💦Adnda🌽💫

arman jd keras dan kaku begitu y... buat arman jd baik zee... kyknya dia bkn nurut sama kamu dech 🤔🤔

2023-06-15

1

☠ᵏᵋᶜᶟ Fiqrie Nafaz Cinta🦂

☠ᵏᵋᶜᶟ Fiqrie Nafaz Cinta🦂

gila karnamu zee

2023-05-13

1

🦢ᵇᵍᶠ🕋💈🕌JUMEYR⃟ESINGAᵈᵐᵗʳ

🦢ᵇᵍᶠ🕋💈🕌JUMEYR⃟ESINGAᵈᵐᵗʳ

ibu tiri yang maruk

2023-05-07

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!