Arman mengeluarkan sekotak rokok dari dalam kantong jaketnya, lalu menyalakan satu rokoknya dan menyesapnya dalam-dalam.
"Bos, apa Mama dan saudara tirimu berbuat ulah lagi?" tanya Anto.
"Biasalah, para manusia penjilat itu tidak akan puas kalau belum menyingkirkan ku," sahut Arman dingin.
"Seandainya Bos membiarkan kami untuk menyikirkan mereka, sudah pasti sekarang mereka sudah berada dalam neraka," seru Anto.
"Tidak, mereka berdua urusanku kalian tidak usah ikut campur," sahut Arman.
Tidak lama kemudian, anak buah Arman sampai dengan membawa dua kantong kresek berisi sarapan untuk semuanya. Mereka pun mulai melahapnya begitu pun dengan Arman.
Setelah selesai sarapan, Arman pun siap-siap berangkat ke kampus. Seperti biasa, anak buah Arman akan mengantarkan Arman sampai gerbang kampus.
Arman melajukan motornya dengan kecepatan tinggi, hingga tepat di jalanan yang sepi Arman terkejut dengan mobil yang berada di depannya yang tiba-tiba berhenti.
Arman menekan rem sekuat tenaga, namun sayang, Arman tidak bisa menguasai motornya sehingga Arman terjatuh dari atas motornya.
"Sial, kurang ajar!" geram Arman.
"Bos, tidak apa-apa?"
Arman bangkit dan langsung menghampiri mobil yang berhenti itu, lalu Arman menendang mobil itu dengan sangat keras.
"Keluar kamu, brengsek kamu sudah membuatku terjatuh!" teriak Arman.
"Ayah, bagaimana ini? Zee takut," seru wanita cantik bernama Zee itu.
"Kamu tenang saja, biar Ayah yang hadapi mereka. Ini memang kesalahan kita karena mobil kita mogok tiba-tiba."
"Ayah jangan keluar."
"Kamu tenang saja ya, pokoknya kamu tetap diam di dalam mobil jangan keluar."
"Tapi, Yah...."
Ayah Zee tetap keluar dari dalam mobilnya untuk menghadapi Arman dan yang lainnya.
Arman langsung mencengkram kerah baju Ayah Zee.
"Dasar tua Bangka tidak tahu diri, kamu sudah membuat aku jatuh dari motor kalau kamu tidak becus bawa mobil, lebih baik kamu diam di rumah!" geram Arman dengan kesalnya.
Mobil itu merupakan mobil jadul bahkan mobil Ayah Zee sering mogok tiba-tiba.
"Hai tua Bangka, mobil rongsokan seperti ini sebaiknya kamu jual ke barang bekas, aku yakin di jual pun gak bakalan laku," ledek Anto dengan tertawa terbahak-bahak.
Anak buah Arman menertawakan Ayah Zee karena masih menggunakan mobil rongsokan, Arman yang memang sudah geram hendak melayangkan tangannya ingin memukul Ayah Zee tapi dengan cepat Zee keluar dari dalam mobil dan berdiri di hadapan Ayahnya membuat Arman terkejut.
"Jangan pukul Ayahku," seru Zee.
Arman menahan lengannya yang sudah berada tepat di depan wajah Zee itu. Sesaat mata Zee dan Arman saling tatap satu sama lain, bahkan saat ini jantung Arman untuk pertama kalinya merasa tidak aman.
"Maafkan kami, mobil Ayahku memang sering mogok," seru Zee.
Arman benar-benar serasa terhipnotis dengan tatapan Zee yang teduh itu, untuk pertama kalinya Arman merasakan ketertarikan kepada wanita.
"Sekali lagi kamu minta maaf, jika kamu mengalami luka serius, silakan hubungi aku saja dan ini kartu nama aku."
Zee menyerahkan kartu nama kepada Arman, perlahan Arman menurunkan tangannya dan mengambil kartu nama yang diberikan oleh Zee.
Tidak lama kemudian, sebuah taksi datang dan ternyata itu taksi yang dipesan oleh Zee.
"Sekali lagi maafkan kami, kalau begitu kami pergi dulu. Ayo, Yah."
Zee segera menarik tangan Ayahnya untuk masuk ke dalam taksi sedangkan mobil Ayahnya di biarkan di sana karena sebentar lagi orang dari bengkel akan datang mengambilnya.
Arman terus saja melihat kepergian Zee, rasanya dia tidak ingin berpisah dengan wanita cantik itu.
"Bos, kok malah melamun? kenapa tadi Bos gak jadi mukul tua Bangka itu? padahal dia sudah membuat Bos hampir kecelakaan," seru Anto.
Arman tidak menjawab, dia malah tersenyum sembari melihat kartu nama yang diberikan oleh Zee.
"Zyvanya Ariska," batin Arman.
Zyvanya Ariska, gadis cantik berusia 20 tahun dan biasa di panggil Zee.
Zee dan Ayahnya baru saja sampai Jakarta, Ayah Zee pemilik sebuah toko bunga. Semenjak Ibu Zee meninggal 2 bulan yang lalu akibat penyakit yang di deritanya, Zee memutuskan untuk pindah ke Jakarta karena Zee tidak mau melihat Ayahnya terus-terusan murung dan memikirkan Ibunya.
"Zee, Ayah benar-benar kaget dengan pemuda di kota, mereka berani sekali melawan kepada orang yang lebih tua bahkan sampai berani mau mukul," seru Ayah Hendar.
"Yah, orang-orang kota memang seperti itu beda dengan pemuda di kampung yang sopan-sopan, mungkin karena pergaulan juga, Yah," sahut Zee.
"Sepertinya mereka berandalan, pokoknya amit-amit kalau sampai Ayah punya menantu seperti dia," kesal Ayah Hendar.
Zee hanya tersenyum dengan ucapan Ayahnya itu, tidak lama kemudian taksi yang ditumpangi Zee dan Ayahnya sampai di sebuah bangunan bertingkat dua.
"Ayo Yah."
Mereka berdua keluar dari dalam mobil, dan seorang pria tampan sudah berdiri di sana dengan senyumannya yang mengembang.
"Selamat datang di Jakarta, Zee dan Pak Hendar," seru Biru.
"Bir, terima kasih ya, kamu sudah mengurus semua kebutuhan aku dan Ayah," seru Zee.
"Yaelah Zee, kamu seperti sama siapa aja. Ayo masuk, kalian bisa lihat-lihat dulu keadaan bangunannya," seru Biru.
Mereka bertiga pun akhirnya masuk ke dalam bangunan 2 lantai itu. Rencananya, bangunan yang di bawah mau dijadikan toko bunga dan bangunan yang berada di lantai dua, akan dijadikan tempat tinggal untuk Zee dan Ayah Hendar.
"Bagaimana Pak Hendar, apa Pak Hendar suka dengan tempat ini?" tanya Biru.
"Iya, saya suka dengan tempat ini. Bagaimana dengan kamu, Zee?" tanya Ayah Hendar.
"Kalau Ayah suka, Zee pun suka."
"Nak Biru, terima kasih ya, sudah mencarikan tempat untuk kami kalau gak ada Nak Biru, mungkin kami sudah kelabakan mencari tempat tinggal."
"Sama-sama Pak, kalian jangan sungkan kalau ada perlu apa-apa, kalian hubungi aku saja."
Biru melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya.
"Zee, Pak Hendar, sepertinya aku harus pergi dulu soalnya aku harus pergi kuliah," seru Biru.
"Iya, sekali lagi terima kasih ya, Bir."
"Iya, Zee."
Biru pun segera meninggalkan tempat itu. Biru Cakrawala, pria tampan berusia 22 tahun merupakan sahabat Zee dari kampung. Biru merupakan anak dari seorang pengusaha, Biru harus pindah ke Jakarta karena Papanya membuka cabang perusahaannya di Jakarta.
Sudah sejak dulu Biru menyukai Zee, namun Biru tidak berani untuk mengungkapkannya.
Ternyata memang benar kata pepatah, tidak ada persahabatan yang murni antara wanita dan pria karena pada kenyataannya, pasti akan ada tumbuh rasa cinta. Baik dari pihak wanita, maupun dari pihak pria dan saat ini itu yang sedang dirasakan oleh Biru.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
☠☀💦Adnda🌽💫
terpesona ku pada pandangan pertama huy... huy.... 💃💃💃
2023-06-07
1
рaᷱyͥmͩeꙷnͣᴛ⁰³🇮🇩
jatuh cinta pada pandangan pertama
2023-05-11
1
рaᷱyͥmͩeꙷnͣᴛ⁰³🇮🇩
berani berbuat harus berani bertanggung jawab dong, Zee
2023-05-11
1