Bab 4 Wanita Taruhan

Pak Hendar duduk di atas sofa dan Zee menghampiri Ayahnya itu.

"Yah, Ayah kenapa?" tanya Zee.

"Ayah tidak apa-apa kok, Zee. Ayah cuma ingat dengan Almarhum Ibu kamu."

"Yah, sudahlah. Ibu sudah tenang dan sekarang Ibu sudah tidak merasakan sakit lagi, jadi Ayah harus bisa mengikhlaskan kepergian Ibu. Zee yakin, kalau Ayah terus-terusan sedih seperti ini, Ibu juga akan ikutan sedih," sahut Zee.

Ayah Hendar menatap putri semata wayangnya itu, lalu mengusap kepala Zee dengan penuh kasih sayang.

"Benar apa yang kamu katakan, mulai sekarang Ayah akan berusaha mengikhlaskan kepergian Ibu kamu dan memulai hidup baru di sini."

"Ingat Yah, pesan terakhir Ibu, jangan sampai usaha toko bunga kita berhenti karena Ibu sangat menyukai bunga. Jadi, kita harus semangat."

"Baiklah, kapan kita mulai buka toko bunga?"

"Kita kan baru sampai di kota, bahkan rumah ini pun belum kita bersihkan. Bagaimana kalau lusa saja? soalnya pengiriman bunga dari kampung pun membutuhkan waktu yang lumayan," sahut Zee.

"Oke."

"Ya sudah, bagaimana kalau sekarang kita rapikan dulu tempat ini?"

"Boleh."

Akhirnya Zee dan Ayah Hendar pun bekerja sama membersihkan rumah baru mereka. Di kampung, Ayah Hendar mempunyai perkebunan bunga. Berbagai macam bunga tumbuh di kebun Pak Hendar dan rencananya, Pak Hendar akan menyuplai bunga dari perkebunannya sendiri.

Sementara itu, Arman terus saja menyunggingkan senyumannya dibalik helm full facenya itu.

"Bagaimana pun caranya, aku harus bisa mendapatkan wanita itu," batin Arman.

Tidak tahu kenapa, Arman langsung jatuh cinta kepada Zee saat pertama kali bertemu.

Tidak membutuhkan waktu lama, akhirnya rombongan Arman pun sampai di kampus.

"Bos, sepertinya Bos tertarik ya sama perempuan tadi?" tanya Anto.

"Kok kamu tahu?" sahut Arman.

"Bisa dilihat dari tatapan Bos."

"Iya, aku memang tertarik dengan perempuan itu dan bagaimana pun caranya, aku harus bisa mendapatkannya," seru Arman.

"Bagaimana kalau kita taruhan?"

"Taruhan apa?"

"Kalau Bos berhasil mendapatkan hati perempuan itu, aku dan anak-anak yang lainnya akan mengabdi kepada Bos selama-lamanya, tapi kalau Bos tidak bisa mendapatkan hati perempuan itu, Bos harus belikan aku motor baru," seru Anto.

Arman mengerutkan keningnya, tapi selang beberapa detik kemudian Arman menyetujuinya.

"Oke, aku setuju."

"Tapi ada waktunya Bos, waktunya 1 bulan."

"Hah, gila kamu kalau begitu caranya ini akal-akalan kamu. Bilang saja kamu pengen ganti motor baru secara gratisan," sahut Arman dengan menoyor kepala Anto.

Anto dan yang lainnya hanya bisa tertawa, mereka memang tahu kalau Bos mereka itu anak dari seorang konglomerat. Jadi, kalau masalah membelikan motor baru untuknya tidak akan ada artinya sama sekali.

"Sudah ah, aku masuk dulu kalian kembali saja ke basecamp."

"Siap Bos."

Anto dan teman-temannya pun akhirnya pergi meninggalkan kampus, Arman dengan cepat segera masuk ke dalam kampus. Di saat Arman akan memarkirkan motornya, dari arah berlawanan mobil Biru pun hendak memarkirkan mobilnya sehingga mobil dan motor mereka berhadap-hadapan.

"Minggir, aku mau parkir!" teriak Arman.

"Kamu yang minggir, ini adalah tempat parkir mobil kalau parkir motor itu di sebelah sana," tunjuk Biru.

Arman yang memang gampang terpancing emosi, langsung turun dari atas motornya dan menghampiri mobil Biru.

"Keluar kamu!" bentak Arman.

Biru pun keluar dari dalam mobilnya dan berdiri di depan Arman.

"Kamu tidak tahu siapa aku? tidak ada yang berani melawanku," seru Arman dengan mencengkram baju Biru.

Biru menghempaskan tangan Arman. "Aku tahu siapa kamu? kamu Arman kan? anak geng motor yang selalu meresahkan semua orang? asalkan kamu tahu, semua anak-anak di sini boleh saja takut sama kamu tapi jangan harap aku akan takut sama anak urakan seperti kamu," seru Biru dengan mendorong dada Arman.

"Brengsek."

Bughh...

Arman memukul perut Biru dengan sangat kencang membuat Biru tersungkur ke tanah dengan memegang perutnya.

"Kalau kamu ingin nyaman kuliah di sini, jangan pernah macam-macam sama aku," ancam Arman.

Arman kembali memakai helmnya dan segera menaiki motornya, lalu Arman memarkirkan motornya di tempat yang akan Biru tempati. Sebelum pergi, Arman kembali menendang mobil Biru dan pergi begitu saja dengan gayanya yang tengil.

"Sial, dasar anak pembuat onar," gumam Biru.

Biru pun kembali bangkit dengan masih memegang perutnya yang terasa sangat sakit, lalu Biru masuk ke dalam mobil dan memarkirkan mobilnya di tempat lain.

Papa Yongki yang tidak lain adalah Papanya Arman, merupakan donatur tetap di kampus itu jadi tidak ada satu pun pihak kampus yang berani menegur Arman.

Tidak ada yang tahu siapa Arman, hanya pihak-pihak tertentu di kampus yang tahu siapa Arman selain itu tidak ada yang mengetahuinya. Mereka hanya tahu kalau Arman anak orang kaya.

***

Waktu pun berjalan dengan sangat cepat, Arman terburu-buru menaiki motornya karena rencananya saat ini Arman ingin menuju alamat yang diberikan oleh Zee.

Anto dan teman-temannya sudah standby menunggu Arman, setelah motor Arman keluar, mereka pun langsung mengikuti Arman dari belakang.

Beberapa saat kemudian, Arman sampai di dekat rumah Zee. Arman mengangkat satu tangannya sebagai pertanda kalau semua teman-temannya harus berhenti.

"Kenapa berhenti, Bos?" tanya Anto.

Arman memperhatikan gedung dengan dua lantai itu dari jarak yang lumayan jauh, setelah menunggu beberapa saat tiba-tiba Zee keluar dari dalam rumah itu hendak membuang sampah membuat senyuman Arman seketika mengembang.

"Oh, ini rumah perempuan itu?" seru Anto.

"Mulai saat ini kalian harus jaga perempuan itu, jangan sampai ada pria yang mendekatinya kalau kalian melihat ada pria yang dekat dengannya, kalian sikat saja kalau perlu lenyapkan," seru Arman.

"Siap, Bos."

Tidak lama kemudian, sebuah mobil yang Arman kenal berhenti di depan Zee dan Zee pun tampak menyunggingkan senyumannya. Biru keluar dari dalam mobil dan menyerahkan sebuah paper bag berisi makanan kepada Zee membuat Zee kembali menyunggingkan senyumannya.

"Siapa pria itu?" tanya Anto.

Zee dan Biru masuk ke dalam rumah, membuat Arman mengepalkan tangannya.

"Brengsek, ternyata dia sudah berani macam-macam sama aku. Anto, kamu harus lenyapkan pria brengsek itu karena aku tidak mau gadisku di dekati oleh dia," geram Arman.

"Tenang Bos, itu adalah pekerjaan kecil," sahut Anto.

Arman memang benar-benar sudah terobsesi kepada Zee, hatinya sudah jatuh kepada Zee dan Arman tidak mau ada orang yang menghalangi perjalanan cintanya itu.

Terpopuler

Comments

☠☀💦Adnda🌽💫

☠☀💦Adnda🌽💫

persaingan dimulai.... jreng... jreng

2023-06-07

2

☠ᵏᵋᶜᶟ Fiqrie Nafaz Cinta🦂

☠ᵏᵋᶜᶟ Fiqrie Nafaz Cinta🦂

nty biru membuhungi temanya merah hitam putih dan kuning..

2023-05-13

1

🦢ᵇᵍᶠ🕋💈🕌JUMEYR⃟ESINGAᵈᵐᵗʳ

🦢ᵇᵍᶠ🕋💈🕌JUMEYR⃟ESINGAᵈᵐᵗʳ

sungguh bengex kurasa si arman

2023-05-07

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!