Gairah Masa SMA

Gairah Masa SMA

Bab 1. Kantor Polisi

Deru suara mesin motor terdengar membelah sebuah jalanan sepi yang ada di sudut Kota Solo. Dua pemuda yang sedang memacu laju motor balap tampak tak takut mati dengan memutar tuas gas dengan kecepatan penuh. Di ujung jalan, seorang gadis berpakaian minim tampak memegang bendera dengan motif papan catur seraya tersenyum menggoda.

"Sial!" umpat seorang lelaki muda dengan tubuh besar dengan tato kepala singa pada lengan kirinya.

"Stop! Polisi!"

Mendengar seruan dari sang teman, pemuda yang seharusnya memenangkan pertandingan balap liar pun menghentikan laju motor. Matanya terbelalak menatap mobil patroli yang tengah menyalakan sirene. Dia adalah Liam, putra kedua Walikota Solo.

Liam putar balik dan terus memutar tuas gasnya. Suara knalpot bising pun terdengar begitu riuh malam itu. Para pemuda itu langsung kabur dari lokasi balap liar yang ada di sekitar Pasar Klewer.

Selain mobil, ternyata ada beberapa anggota kepolisian yang menggunakan motor untuk mengejar para kawanan pembalap liar tersebut. Liam terus membelah jalanan pada dini hari yang lengang. Sampai akhirnya lelaki tampan berwajah oriental itu menabrak portal jalan yang dipasang pada jalan masuk pasar.

"Sial!" umpat Liam sebelum portal kayu itu dia hantam dengan kecepatan penuh.

Akhirnya Liam pun terjatuh ke atas jalanan karena tidak mampu lagi mengontrol keseimbangan dan laju motornya. Polisi pun langsung membekuk Liam dan membawanya menggunakan mobil patroli. Sepanjang perjalanan polisi yang menangkapnya tersenyum geli.

Ini bukan pertama kalinya Liam tertangkap karena kasus balap liar. Sampai Arjun, sang polisi yang malam itu bertugas hafal dengannya. Selain karena dia adalah putra Walikota, Arjun menghafal Liam hanya dengan mendengar suara cempreng yang keluar dari knalpot motornya.

"Astaga, Liam ... Liam! Kamu itu nggak ada kapok-kapoknya!" Arjun tersenyum geli seraya menggeleng dan menepuk bahu pemuda tersebut.

"Apa kali ini bapakmu akan menjemputmu? Apa kamu berharap hal itu terjadi? Dia hanya akan mengutus sekretarisnya dan memberi kami uang jaminan yang sia-sia!" Tawa Arjun pun pecah.

Liam hanya menunduk seraya mengepalkan jemarinya. Rahang pemuda itu tampak mengeras. Semua kalimat yang diucapkan oleh Arjun memang tidak salah.

Sang ayah tidak pernah memedulikan apa yang dia alami. Liam mencari perhatian dengan cara yang salah karena tidak mau dibandingkan dengan sang kakak. Kakak Liam merupakan seorang mahasiswa tingkat akhir dengan prestasi membanggakan semasa sekolah hingga sekarang.

Ibu serta ayahnya selalu membanggakan putra pertamanya dengan Liam yang bisa dibilang memiliki kepandaian biasa. Perilaku keduanya pun sangat bertolak belakang. Lucas merupakan lelaki yang tenang, sedangkan Liam sosok pemuda bebas serta sulit diatur.

"Turun!" seru seorang polisi kepada para pemuda yang mengikuti ajang balap liar.

Mereka pun turun satu per satu dari mobil patroli, kemudian digiring menuju kantor polisi untuk diperiksa dan dimintai keterangan. Tak ada raut penyesalan di wajah para pemuda pemudi tersebut. Setelah selesai diinterogasi dan diberi arahan, polisi akhirnya meminta mereka untuk menghubungi orang tua masing-masing.

Satu per satu akhirnya dijemput. Liam hanya bisa duduk di balik sel sambil menatap datar pemandangan di hadapannya. Sebuah senyum miris terukir di bibir lelaki tampan bak Idol Korea itu.

"Wah, alamat aku nginep di sini lagi!" Liam tersenyum kecut kemudian melangkah ke arah ranjang kecil yang ada di sudut sel tahanan.

Lelaki itu mulai memejamkan mata. Tempat tersebut sudah tidak asing bagi seorang Liam. Keluar masuk dengan kasus yang sama, justru membuatnya merasa lebih nyaman tinggal di sana daripada di rumah sendiri.

"Bangun!" Arjun membuat suara berisik dengan menggoyangkan puluhan anak kunci di depan pintu sel.

Liam tersentak. Lelaki itu mengerjapkan mata beberapa kali kemudian mulai beranjak dari pembaringan. Setelah kesadarannya benar-benar terkumpul, Liam menatap Arjun yang mulai membukakan pintu.

"Keluarlah, sekretaris ayahmu tadi sudah ke sini. Dia meminta kamu untuk pulang sendiri kali ini."

Liam menarik napas panjang, lalu mengembuskannya perlahan. Dia pun beranjak dari ranjang kemudian berjalan keluar dari sel tahanan. Pemuda itu mulai melangkah untuk keluar dari kantor polisi.

Akan tetapi, saat hampir sampai ambang pintu tiba-tiba seseorang menabraknya dengan keras. Tubuh perempuan itu malah tersungkur karena kalah besar dengan perawakan Liam yang tinggi dan kekar. Kantong plastik yang dibawa gadis itu pun terlempar hingga isinya berserakan di atas lantai.

Gadis itu adalah Liona. Dia merupakan siswi SMA yang sering mengantarkan sarapan sambil berangkat ke sekolah. Liam menatap gadis itu sambil memasukkan tangan ke dalam saku celana.

"Ma-maaf, Mas. Aku buru-buru!" Liona menunduk sekilas kemudian bergegas memunguti nasi bungkus yang keluar dari kantong plastik.

Entah mengapa ada gelenyar aneh di hati Liam ketika melihat gadis itu. Gadis dengan penampilan polos itu tampak menarik perhatiannya. Liam terus mengamati Liona sampai dia selesai memasukkan kembali semua nasi bungkus ke dalam plastik.

Ketika tatapan keduanya bertemu, jantung Liam berdegup begitu kencang. Liona berhasil mengalihkan dunia Liam. Dia menjadi magnet tersendiri untuk putra sang Walikota tersebut.

Tanpa sadar, Liam membatu dan menunggu Liona keluar dari dalam kantor polisi. Ketika Liona kembali, Liam langsung menghadangnya. Lelaki itu terus menghentikan langkah Liona.

"Maaf, Mas. Bisa minggir? Saya bisa terlambat ke sekolah."

"Siapa namamu?"

Mendengar pertanyaan Liam, sontak membuat Liona mendongak. Mata bulat gadis itu membuat Liam tersihir. Jantungnya sekarang berpacu dua kali lebih cepat.

"Li-Liona, Mas." Liona kembali menunduk kemudian meremas rok abu-abunya.

"Kamu sekolah di SMA 7?"

Liona hanya mengangguk. Sebuah ide jahil pun melintas di kepala Liam. Dia menarik lengan Liona, kemudian mengajaknya ke tempat parkir.

Liona tidak berani berontak karena takut dengan Liam. Akhirnya gadis itu hanya bisa mengikuti langkah Liam hingga ke tempat parkir. Setelah sampai di deretan motor yang tertata rapi, Liam melepaskan genggaman tangannya.

"Mana motormu? Aku pinjam!"

"Ja-jangan, Mas! Aku bisa terlambat!" seru Liona panik.

Liam tersenyum lebar. Lelaki itu sedikit menunduk untuk menyamakan tinggi dengan Liona. Liona terus menunduk, tidak berani menatap mata lelaki di hadapannya itu.

"Aku antar ke sekolah! Setelah itu aku pinjam motormu! Mana kuncinya?" Liam menegakkan punggung kemudian menengadahkan tangan seraya menggerakkan ujung jarinya.

Liona menelan ludah kasar. Tangan gadis itu gemetar karena rasa takut berlebih. Kenangan buruk kembali terlintas di benak Liona hingga membuat wajah gadis itu tampak pucat pasi.

"Aku pasti mengembalikan motor ini. Kamu tenang saja!"

Mau tidak mau Liona menyerahkan kunci motornya kepada Liam. Liam pun segera naik ke atas motor dan menyalakan mesinnya. Setelah itu, dia menepuk jok motor dan meminta Liona untuk naik ke kendaraan roda dia tersebut.

"Naiklah!"

Terpopuler

Comments

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Waah Liam cinta pandang pertama nih..😄😜

2024-02-15

0

Baby_Miracles

Baby_Miracles

aku dah mampir ya? seru cerita. up yang banyak ya? ☺

2023-04-21

1

UQies (IG: bulqies_uqies)

UQies (IG: bulqies_uqies)

Aku mampir kak, ceritanya seru 👍

2023-04-19

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!