My Bad Husband
Maaf, jika novel ini banyak belepotan, atau tidak sesuai dengan ekspektasi kalian...
꧔꧖.
Jakarta Indonesia.
21.08 Wib.
Seorang pria berbadan tegap dengan wajah bak dewa Yunani kini melangkah dengan satu buah tongkat baseball di tangannya.
Bunyi gesekan benda itu dengan aspal jalanan sangat memekikkan telinga.
Dia Hiza Maladewa, seorang Mahasiswa semester akhir di jurusan ilmu ekonomi. Dia seorang ketua dari geng motor bernama the ruler yang berarti sang penguasa.
“Sudah siap untuk berbaring di rumah sakit?” tanya Hiza mengangkat tongkat baseball di pundaknya.
“Yang harusnya bersiap itu kau, karena kau sekarang yang akan berbaring Hahahah....” jawab Haikal—seorang musuh bebuyutan dari Ezad, Ezad sendiri adalah nama geng yang di pimpin oleh Haikal.
Dia selalu saja mencari ribut dengan geng yang di pimpin oleh Hiza karena tak terima geng yang di pimpin oleh Hiza selalu menjadi pusat perhatian.
“Halah... kebanyakan bicara, serang!!” titah Hiza mengangkat tongkat baseball itu ke atas.
Semua orang di belakang Hiza kini mulai menyerang lawan di hadapan mereka, mereka mulai mencari dan melawan satu vs satu.
Dan kini, Hiza berada di hadapan Haikal.
“Haha, Pemain sepertimu tidak pantas bersama Angelina”
“Baji*gan” umpat Hiza ketika mendengar nama perempuan yang sangat sensitif bagi telinga, jantung bahkan ulu hati Hiza.
Tanpa berlama lama Hiza langsung melayangkan tongkat itu ke bagian bahu Haikal, dan dengan sigap Haikal menangkap, menarik dan membuang tongkat itu ke sembarang arah.
“Hanya lelaki pecundang yang menggunakan alat untuk menghabisi lawan nya....” ucap Haikal lalu mem-bogem pipi Hiza.
Hiza tertoleh ke samping, sudut mata nya sobek dan mengeluarkan setitik darah.
Hiza tersenyum smirik, lalu, ketika melihat Haikal yang lengah melihat anggotanya sudah tumbang oleh anggota Hiza.
Bug...
bug...
bug...
Hiza berdiri, dan langsung mem-bogem wajah Haikal tanpa sedikitpun memberi waktu untuk melawan.
“Kau pemain, kau tidak pantas untuk Angelina” ucap Haikal, dirinya sudah babak belur, maka dengan otak liciknya dia mengucapkan nama yang menjadi kelemahan dari seorang Hiza Maladewa.
Amarah Hiza meningkat ketika kembali mengingat nama Angelina di sebut oleh Haikal. Dengan dada naik turun Hiza kembali mem-bogem Haikal bak orang kesetanan.
Hal itu berlangsung 15 menit tanpa perlawanan dari Haikal sedikit pun.
Semua anggota Haikal pun sudah babak belur dan tumbang. Hanya tinggal anggota Hiza yang tengah berdiri menonton Hiza yang tengah memukul Haikal membabi buta.
“Sudah Hiz, bisa mati anak orang” ucap Sean menarik bahu Hiza agar tidak membunuh Haikal.
Hiza menghentakkan tangan Sean dengan keras.
“Jangan ikut campur!!” bentak Hiza mendorong tubuh Sean dan kembali memukul Haikal tanpa pengampunan sedikit pun.
Semua orang hanya bisa menonton betapa ganasnya seorang Hiza Maladewa membantai lawannya dengan kedua tangannya sendiri.
“Stopp!!” pekik seorang wanita berambut hitam sebahu melerai keduanya. Mendorong dada Hiza dan menjauhkan dari Haikal yang sudah babak belur.
Wanita itu menatap Hiza, mengambil kepala Haikal dan memangku nya di paha yang hanya di lapisi oleh celana denim pendek.
Hiza yang melihat wanita itu hampir saja menangis, namun, dengan cepat ia membalikkan badannya dan pergi dari sana.
Mengendarai motor sport berwarna hitam dengan kecepatan di atas rata rata. 110 km/jam.
Di dalam gelap nya malam Hiza menangis dalam diamnya.
Pikirannya melayang layang, antara masa lalu dan masa Sekarang. Dulu, ketika ia masih menjadi kekasih Angelina, dia masih sangat sayang, bahkan sampai sekarang rasa itu masih ada di dalam lubuk hatinya.
Angelina pergi gara gara dirinya, gara gara kesalahan nya.
Jikalau Angelina mau kembali pada nya ia akan menerimanya kembali, apapun konsekuensinya.
Jika ada yang bilang Hiza belum selesai dengan masa lalunya maka itu benar. Rasa di hatinya masih untuk sang mantan kekasih. Angelina.
Hiza turun dari motornya, kemudian masuk ke dalam sebuah klub mewah kelas atas.
Degan menunjukkan kartu anggota ia pun bisa masuk, Hiza melangkah kemudian duduk di kursi depan bartender.
“Biasa..” ucap Hiza yang langsung di angguk oleh bartender itu.
Tiga menit menunggu, pesanan Hiza pun ada di hadapannya.
Sebuah bir dengan tingkat alkohol 79%.
Hiza menatap segelas carian berwarna bening itu, kemudian menyesapnya dengan khidmat. Rasa panas membakar tenggorokan nya.
Hiza terus menyesap hingga cairan berupa alkohol itu ludes terminum oleh bibir tebal nya.
“Berapa?” tanya Eza memberikan sepuluh uang berwarna merah pada meja di depannya.
“Biasa”
“Gak main dulu bro?” tanya bartender itu mengambil uang yang di berikan oleh Hiza.
“Gak dulu” jawab Hiza.
Begitulah Hiza, ia sudah bersumpah jika ia pergi ke club dan sebelum ia masuk atau berada di perjalanan bertemu atau melihat wajah Angelina, pasti ia tak akan bermain dengan lacur komersial.
Hiza keluar dari club itu, menaiki motor milik nya dan membawa membawa ke apartemen, dengan kecepatan lebih cepat saat ia mengendarai motornya sebelum masuk ke dalam club tadi.
Sesampainya di apartemen nya, Hiza memasuki lift yang kosong dan menekan angka 45. Dan menunggu hampir 3 menit barulah ia sampai pada lorong kamar nya.
Namun, di saat lift terbuka, ia merasakan panas langsung menyerang tubuhnya, membuatnya bernafsu dan terbakar gairah.
Didalam pikirannya sekarang adalah, ia harus mencari seorang wanita untuk ia tiduri, dan kebetulan ia melihat seorang wanita di depan pintu apartemen milik tetangganya, wanita dengan jubah hitam berkerudung cokelat susu tengah berdiri memencet bel apartemen tetangga nya.
Hiza gelap mata, ia sedikit mempercepat langka sempoyongan nya dan mencekal lengan gadis itu kemudian membekap mulut nya.
Hiza membuka pintu apartemen nya, menutup tanpa mengancing terlebih dahulu.
Hiza kembali menyeret Erlita, membawanya kedalam kamar apartemen dan mengunci pintu dengan tangan kiri. Sementara tangan kanannya membekap mulut gadis berkerudung.
Hiza mempertahankan kewarasan nya, ia menggeret tubuh gadis berjubah hitam yang meronta ronta dari cekalannya.
Hap ...
Bruk....
Hiza membanting tubuh gadis itu ke atas ranjang nya, melepaskan segera semua pakaian yang melekat di tubuhnya.
Sementara si gadis mencoba berdiri dan kabur dengan air mata yang mengalir dari kedua matanya, namun sayang, Hiza kembali mencekal lengan nya dan kembali membanting nya ke ranjang pria itu.
Hiza mengukung tubuh gadis itu dan langsung menyikap jubah hitam gadis itu.
“Tolong... Tolong lepaskan aku....” lirih gadis itu menangis sambil meronta ronta. Baik tangan maupun kaki nya ia gerakkan.
Namun, lebih keras ia berusaha maka lebih cepat pula tenaga yang ia habiskan. Dan bagaimana pun ia berusaha dan mengeluarkan semua tenaganya, akan kalah dengan pria yang mengurungnya sekarang.
Hiza geram dengan perlawanan yang di berikan oleh gadis di bawahnya ini, ia menjambak kerudung nya dan mengikat nya di lengan gadis itu agar tidak bisa memberontak.
“Tolong lepaskan aku .. aku tak memiliki salah apapun pada mu” isak gadis itu semakin pilu.
“Ah.. tolong aku, aku udah ga taha—”
“Ahhh... sakit....”
•••
Hai,... salam kenal, aku rerin, boleh minta tolong jika ada bahasa yang tidak di mengerti ataupun kocar kacir bisa komen, agar saya dapat revisi lagi, trimakasih... jangan lupa untuk dukung karya aku...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
Dua author
Jangan lupa untuk dukungannya ya, saya tunggu saran dan kritik nya.
2023-04-21
0