“Assalamu'alaikum” ucap Erlita menyalami tangan ibu angkat nya yang sedang merakit sebuah buket.
Ruko itu sepanjang 25 meter dengan 15 meter untuk di jadikan seperti kos kosan, dan 10 meter di jadikan sebuah toko bunga yang sangat lengkap.
“Ya Allah, dari mana saja kamu nak?” tanya Rosa—sang ibu angkat memeluk tubuh Erlita.
“Mm.. itu bun, ada yang mau bertemu” jawab Erlita mengalihkan pembicaraan dengan menunjuk dengan jari jempolnya satu keluarga berisi tiga orang di belakang nya.
“Siapa nak?” tanya Rosa melihat satu keluarga yang seperti nya kalangan atas.
“Mm..”
“Perkenalkan, nama saya Lintang, saya ke sini mau berbicara dengan ibu nya Erlita” ucap lintang memperkenalkan diri dan menjabat tangan Rosa.
“Oh saya Bu, silahkan masuk, sebentar ya saya panggil karyawan dulu buat rakit pesanan” pamit Rosa.
Erlita menangguk kikuk, meskipun dirinya tak lagi menangis, namun di lubuk hati nya yang paling dalam dirinya sangat terluka.
“Sebentar ya tan” ucap Erlita menunduk, tak berani menatap keluarga di depannya.
Sementara Hiza yang melihat perilaku Erlita menurutnya terlalu kudet (kurang update) dengan dunia luar.
Di zaman sekarang, dia sangat kesulitan menemukan perempuan yang memakai Kerudung seperti Erlita.
“Ayo Bu, silahkan masuk” ujar Rosa kembali dengan seorang pegawai di belakang nya.
“Mm, kita akan membahasnya di rumah saya Bu, bukan nya apa, tapi seluruh keluarga saya sudah berkumpul di sana” ucap Lintang membuat Rosa mengangguk.
“Mm, maaf, kita akan membahas apa ya bu?” tanya Rosa, perasaan nya sudah tidak nyaman sedari Erlita mengantarkan pesanan yang tidak sampai pada penerima nya. Dan akibat dari itu dia kelimpungan dan kembali mengirimkan pesanannya.
Rosa berpikir positif, mungkin Erlita pergi ke rumah temannya, dan tidak mengantarkan pesanan karena lupa. Makanya dirinya tadi mencoba bersikap santai meskipun di lubuk hatinya sangat cemas.
Dan kini, bertambah kecemasan nya ketika dia di datangi oleh keluarga yang nampak nya bukan dari kalangan seperti nya.
“Kita akan membahas nya di rumah saya, ikut saja!” suara bariton keluar dari bibir Fareed membuat Rosa mengangguk.
“Baiklah, tolong berikan saya alamat nya ke Erlita, saya akan mencari taxi dulu” ucap Rosa beranjak dari sana, namun, di cegah oleh Lintang.
“Ikut kita saja bu”
•••
Dan di sini lah mereka, dengan duduk di ruang tamu mewah dengan secangkir kopi di depan meja mereka.
“Begini Bu, saya mengajak anda ke sini untuk membicarakan tentang pernikahan antara Hiza dan Erli—”
“Abang...” ucapan Lintang terhenti karena aksi dari salah satu anaknya yang tiba tiba memukul Hiza.
“Aku tak pernah sedikitpun melarang mu tidur dengan jala ng, namun, aku sangat melarang mu untuk meniduri seorang gadis banji ngan!” ucap Elivan berbisik dan hanya dapat di dengar oleh Hiza.
Bugh...
Para wanita di sana histeris karena aksi pukulan bertubi-tubi yang di layangkan oleh El ke Hiza yang masih duduk di atas sofa.
“Sudah, dia sudah babak belur” lerai Fareed menyentuh bahu Elivan.
Elivan menepis tangan yang berada di bahu nya, membuat Fareed lagi lagi menghela nafasnya.
Memang semua kesalahannya.
“El, duduk!” titah Lintang.
“Mm” deham Elivan, dia duduk, tangannya terulur untuk menarik tangan Lily dan mendudukkan dirinya ke samping tubuh tegap nya.
“Halo Tan, om, mm... kak” sapa Lily pada semua orang yang di sana, pandangan nya tertuju pada seorang paru baya dengan seorang gadis berkerudung di samping nya.
“Duduklah di samping perempuan berkerudung itu” bisik Elivan yang langsung di lakukan oleh Lily.
Lily berpindah, duduk di samping Erlita.
“Hai kak” sapa Lily ceria.
Erlita kikuk, dirinya menghapus air mata dan tersenyum ke arah Lily.
“Haii”
“Perkenalkan, nama ku Lily nama kakak siapa?” tanya Lily menyodorkan tangannya.
Erlita menatap wajah polos Lily, “Erlita,” jawab Erlita menerima tangan Lily.
“Hem..” deham Fareed membuat perkenalan mereka usai dan semua mata tertuju pada Fareed kecuali Erlita yang kini menunduk, tak berani menatap wajah yang bukan mahramnya.
“Jadi, mrs. Rosa, saya meminta maaf yang sebesar besarnya atas kelakuan putra saya pada putri anda” ucap Fareed langsung pada point nya. Ia tak suka berbasa-basi kecuali pada sang istri.
“Kalau boleh tau apa yang di lakukan oleh putra anda sehingga anda meminta maaf kepada saya tuan?” tanya Rosa, hatinya semakin takut dan cemas.
“Putra saya sudah memperkosa putri anda”
Deg..
Rosa melihat wajah anaknya, sedetik kemudian dia kehilangan kesadaran nya, dia pingsan.
•••
Seorang gadis berkerudung cokelat susu kini sedang duduk berjauhan dari seorang lelaki di sampingnya.
Mereka tengah duduk di sebuah kursi taman yang berada di rumah mewah pria di samping nya.
Mereka adalah Hiza dan Erlita. Sembari menunggu bunda Rosa bangun dari pingsan nya, Erlita di paksa untuk berbicara dengan Hiza oleh Kedua orang tua Hiza.
“Ck.. kenapa kamu tidak mau dekat denganku? apa aku sejelek itu?” tanya Hiza merasa terhina atas sikap yang di tunjukkan oleh Erlita.
Padahal setiap hari dirinya selalu di dekati oleh gadis gadis di luaran sana, melemparkan tubuhnya ke hiza hanya untuk bisa memandang wajah tampan nya meskipun harus merelakan keperawanan nya.
Erlita menggeleng.
“Maaf, bukan seperti itu, saya hanya menjaga pandangan saya dari yang bukan mahram” jawab Erlita dengan suara yang lembut dan kecil.
“Mahram, apa itu?”
Deg...
••
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments