NovelToon NovelToon

My Bad Husband

01- My bad husband.

Maaf, jika novel ini banyak belepotan, atau tidak sesuai dengan ekspektasi kalian...

꧔꧖.

Jakarta Indonesia.

21.08 Wib.

Seorang pria berbadan tegap dengan wajah bak dewa Yunani kini melangkah dengan satu buah tongkat baseball di tangannya.

Bunyi gesekan benda itu dengan aspal jalanan sangat memekikkan telinga.

Dia Hiza Maladewa, seorang Mahasiswa semester akhir di jurusan ilmu ekonomi. Dia seorang ketua dari geng motor bernama the ruler yang berarti sang penguasa.

“Sudah siap untuk berbaring di rumah sakit?” tanya Hiza mengangkat tongkat baseball di pundaknya.

“Yang harusnya bersiap itu kau, karena kau sekarang yang akan berbaring Hahahah....” jawab Haikal—seorang musuh bebuyutan dari Ezad, Ezad sendiri adalah nama geng yang di pimpin oleh Haikal.

Dia selalu saja mencari ribut dengan geng yang di pimpin oleh Hiza karena tak terima geng yang di pimpin oleh Hiza selalu menjadi pusat perhatian.

“Halah... kebanyakan bicara, serang!!” titah Hiza mengangkat tongkat baseball itu ke atas.

Semua orang di belakang Hiza kini mulai menyerang lawan di hadapan mereka, mereka mulai mencari dan melawan satu vs satu.

Dan kini, Hiza berada di hadapan Haikal.

“Haha, Pemain sepertimu tidak pantas bersama Angelina”

“Baji*gan” umpat Hiza ketika mendengar nama perempuan yang sangat sensitif bagi telinga, jantung bahkan ulu hati Hiza.

Tanpa berlama lama Hiza langsung melayangkan tongkat itu ke bagian bahu Haikal, dan dengan sigap Haikal menangkap, menarik dan membuang tongkat itu ke sembarang arah.

“Hanya lelaki pecundang yang menggunakan alat untuk menghabisi lawan nya....” ucap Haikal lalu mem-bogem pipi Hiza.

Hiza tertoleh ke samping, sudut mata nya sobek dan mengeluarkan setitik darah.

Hiza tersenyum smirik, lalu, ketika melihat Haikal yang lengah melihat anggotanya sudah tumbang oleh anggota Hiza.

Bug...

bug...

bug...

Hiza berdiri, dan langsung mem-bogem wajah Haikal tanpa sedikitpun memberi waktu untuk melawan.

“Kau pemain, kau tidak pantas untuk Angelina” ucap Haikal, dirinya sudah babak belur, maka dengan otak liciknya dia mengucapkan nama yang menjadi kelemahan dari seorang Hiza Maladewa.

Amarah Hiza meningkat ketika kembali mengingat nama Angelina di sebut oleh Haikal. Dengan dada naik turun Hiza kembali mem-bogem Haikal bak orang kesetanan.

Hal itu berlangsung 15 menit tanpa perlawanan dari Haikal sedikit pun.

Semua anggota Haikal pun sudah babak belur dan tumbang. Hanya tinggal anggota Hiza yang tengah berdiri menonton Hiza yang tengah memukul Haikal membabi buta.

“Sudah Hiz, bisa mati anak orang” ucap Sean menarik bahu Hiza agar tidak membunuh Haikal.

Hiza menghentakkan tangan Sean dengan keras.

“Jangan ikut campur!!” bentak Hiza mendorong tubuh Sean dan kembali memukul Haikal tanpa pengampunan sedikit pun.

Semua orang hanya bisa menonton betapa ganasnya seorang Hiza Maladewa membantai lawannya dengan kedua tangannya sendiri.

“Stopp!!” pekik seorang wanita berambut hitam sebahu melerai keduanya. Mendorong dada Hiza dan menjauhkan dari Haikal yang sudah babak belur.

Wanita itu menatap Hiza, mengambil kepala Haikal dan memangku nya di paha yang hanya di lapisi oleh celana denim pendek.

Hiza yang melihat wanita itu hampir saja menangis, namun, dengan cepat ia membalikkan badannya dan pergi dari sana.

Mengendarai motor sport berwarna hitam dengan kecepatan di atas rata rata. 110 km/jam.

Di dalam gelap nya malam Hiza menangis dalam diamnya.

Pikirannya melayang layang, antara masa lalu dan masa Sekarang. Dulu, ketika ia masih menjadi kekasih Angelina, dia masih sangat sayang, bahkan sampai sekarang rasa itu masih ada di dalam lubuk hatinya.

Angelina pergi gara gara dirinya, gara gara kesalahan nya.

Jikalau Angelina mau kembali pada nya ia akan menerimanya kembali, apapun konsekuensinya.

Jika ada yang bilang Hiza belum selesai dengan masa lalunya maka itu benar. Rasa di hatinya masih untuk sang mantan kekasih. Angelina.

Hiza turun dari motornya, kemudian masuk ke dalam sebuah klub mewah kelas atas.

Degan menunjukkan kartu anggota ia pun bisa masuk, Hiza melangkah kemudian duduk di kursi depan bartender.

“Biasa..” ucap Hiza yang langsung di angguk oleh bartender itu.

Tiga menit menunggu, pesanan Hiza pun ada di hadapannya.

Sebuah bir dengan tingkat alkohol 79%.

Hiza menatap segelas carian berwarna bening itu, kemudian menyesapnya dengan khidmat. Rasa panas membakar tenggorokan nya.

Hiza terus menyesap hingga cairan berupa alkohol itu ludes terminum oleh bibir tebal nya.

“Berapa?” tanya Eza memberikan sepuluh uang berwarna merah pada meja di depannya.

“Biasa”

“Gak main dulu bro?” tanya bartender itu mengambil uang yang di berikan oleh Hiza.

“Gak dulu” jawab Hiza.

Begitulah Hiza, ia sudah bersumpah jika ia pergi ke club dan sebelum ia masuk atau berada di perjalanan bertemu atau melihat wajah Angelina, pasti ia tak akan bermain dengan lacur komersial.

Hiza keluar dari club itu, menaiki motor milik nya dan membawa membawa ke apartemen, dengan kecepatan lebih cepat saat ia mengendarai motornya sebelum masuk ke dalam club tadi.

Sesampainya di apartemen nya, Hiza memasuki lift yang kosong dan menekan angka 45. Dan menunggu hampir 3 menit barulah ia sampai pada lorong kamar nya.

Namun, di saat lift terbuka, ia merasakan panas langsung menyerang tubuhnya, membuatnya bernafsu dan terbakar gairah.

Didalam pikirannya sekarang adalah, ia harus mencari seorang wanita untuk ia tiduri, dan kebetulan ia melihat seorang wanita di depan pintu apartemen milik tetangganya, wanita dengan jubah hitam berkerudung cokelat susu tengah berdiri memencet bel apartemen tetangga nya.

Hiza gelap mata, ia sedikit mempercepat langka sempoyongan nya dan mencekal lengan gadis itu kemudian membekap mulut nya.

Hiza membuka pintu apartemen nya, menutup tanpa mengancing terlebih dahulu.

Hiza kembali menyeret Erlita, membawanya kedalam kamar apartemen dan mengunci pintu dengan tangan kiri. Sementara tangan kanannya membekap mulut gadis berkerudung.

Hiza mempertahankan kewarasan nya, ia menggeret tubuh gadis berjubah hitam yang meronta ronta dari cekalannya.

Hap ...

Bruk....

Hiza membanting tubuh gadis itu ke atas ranjang nya, melepaskan segera semua pakaian yang melekat di tubuhnya.

Sementara si gadis mencoba berdiri dan kabur dengan air mata yang mengalir dari kedua matanya, namun sayang, Hiza kembali mencekal lengan nya dan kembali membanting nya ke ranjang pria itu.

Hiza mengukung tubuh gadis itu dan langsung menyikap jubah hitam gadis itu.

“Tolong... Tolong lepaskan aku....” lirih gadis itu menangis sambil meronta ronta. Baik tangan maupun kaki nya ia gerakkan.

Namun, lebih keras ia berusaha maka lebih cepat pula tenaga yang ia habiskan. Dan bagaimana pun ia berusaha dan mengeluarkan semua tenaganya, akan kalah dengan pria yang mengurungnya sekarang.

Hiza geram dengan perlawanan yang di berikan oleh gadis di bawahnya ini, ia menjambak kerudung nya dan mengikat nya di lengan gadis itu agar tidak bisa memberontak.

“Tolong lepaskan aku .. aku tak memiliki salah apapun pada mu” isak gadis itu semakin pilu.

“Ah.. tolong aku, aku udah ga taha—”

“Ahhh... sakit....”

•••

Hai,... salam kenal, aku rerin, boleh minta tolong jika ada bahasa yang tidak di mengerti ataupun kocar kacir bisa komen, agar saya dapat revisi lagi, trimakasih... jangan lupa untuk dukung karya aku...

02- My bad husband.

Seorang pria yang tengah duduk di kursi kerja nya mengeratkan rahangnya, dirinya membanting handphone-nya ketika melihat vidio dan pria baji*gan yang sial nya anaknya tengah meniduri seorang perempuan berhijab yang dikirim oleh anak buahnya.

Di dalam video yang di kirim oleh anak buah nya, terlihat rekaman CCTV yang menunjukkan anak nya berjalan sempoyongan lalu menarik tubuh gadis berhijab yang tengah berdiri di depan pintu apartemen milik tetangganya sambil membawa paper bag.

Di lanjut dengan video CCTV yang berada di dalam apartemen anaknya, anak nya tengah menyeret tubuh gadis yang tengah memberontak dan membawanya ke dalam kamar apartemen nya.

Vidio itu selesai.

Di lanjut dengan foto anak nya dan gadis yang di tiduri berada di selimut yang sama.

Pria itu berjalan keluar tanpa menghiraukan tatapan memuja yang di layang kan kepadanya, pria itu mengendarai mobil nya dengan kecepatan di atas rata rata, dengan mata tajam nya melihat jalanan yang sedikit sepi karena berada di jam kerja.

Tangan kanannya memegang setir sementara tangan kirinya memegang handphone cadangan dan menelepon sang istri agar datang ke apartemen anak nya.

Sesampainya di apartemen anaknya, dirinya menunggu sebentar sang istri yang sudah berada di perjalanan.

“Kenapa dad?” tanya istri pria yang tak lain adalah ibu dari sang anak bajingan nya.

Pria berahang tegas itu melangkah menuju apartemen anaknya tanpa menjawab pertanyaan dari sang istri.

Sementara wanita yang berjalan berada di belakang suaminya merasa cemas akan apa yang terjadi.

Wanita bernama Puteri Lintang Kinasih itu semakin mempercepat langkahnya, demi menyeimbangkan langkah lebar sang suami. Fareed Peterson.

Fareed tak menjawab pertanyaan Lintang, dirinya terus melangkah.

Sesampainya di depan apartemen Hiza, Fareed langsung membuka pintu apartemen Hiza yang kebetulan tidak di kunci.

Masuk dan langsung menuju letak kamar Hiza.

“Ada apa Dad?” tanya Lintang tak mengerti apa yang terjadi.

“Kamu diam saja, sebentar lagi liat kelakuan bejad anak mu” jawab Fareed mencoba mendobrak pintu kamar yang di kunci dari dalam oleh Hiza.

Lintang hanya diam melihat apa yang di lakukan oleh Fareed, dengan perasaan cemas akan apa yang di maksud oleh Fareed.

Brak..

Pintu terbanting dengan sangat keras, Fareed segera masuk dan melihat pemandangan yang bukan hanya menyakiti hatinya, melainkan sangat menyakiti istrinya.

Fareed membalikkan badannya, melihat sang istri berdiri mematung dengan apa yang dilihat sekarang.

Seorang gadis yang tengah menangis dengan anaknya yang tertidur pulas di samping nya.

Lintang mendekati gadis yang tengah menangis sambil menyembunyikan wajahnya di lipatan tangan nya, sepertinya gadis di depannya baru saja terbangun ketika mendengar pintu terjatuh.

Lintang berusaha menahan air matanya agar tidak terjatuh, bagaimana pun juga dirinya adalah seorang wanita yang juga hampir mengalami pelecehan dulu. Tapi takdir nya dulu masih baik, suaminya menolong nya sebelum ia di lecehkan. Sementara gadis di depannya sudah di lecehkan oleh anaknya sendiri.

(Cerita Fareed dan Lintang bisa di baca di novel Menemukan balita genius karya Author)

Lintang menarik kepala gadis yang terbungkus oleh selimut berwarna putih dan menyembunyikan nya di perut rata nya.

Sementara Erlita yang tak tau siapa yang memeluk nya memeluk erat pinggang wanita itu. Menumpahkan semua tangis nya di perut ratanya.

“Hiks..”

“Tidak papa, semuanya akan berakhir” ucap Lintang mencoba meleraikan tangis gadis di pelukan nya.

Sementara Fareed yang melihat istrinya menangis dalam diam semakin emosi.

“Bajing*an ini” Fareed melangkah ke tubuh tela njang anaknya yang tengah tertidur pulas. Menarik tubuh tanpa busana itu dan membanting nya ke atas lantai.

Bruk ...

Hiza meringis kesakitan, kemudian bangun dan duduk, dirinya kaget karena tubuhnya telan jang.

“Sudah puas bajin gan?”

Bugh..

Bugh...

Fareed kembali memukul wajah anaknya, tak peduli lagi dengan luka yang di hasilkan nya.

Lintang dan Erlita mengalihkan pandangan mereka ke arah Fareed yang memukul Hiza dengan membabi buta.

“Tante.. tolong dia” lirih Erlita kasihan. Bagaimana pun juga pria yang telah melecehkan nya adalah seorang manusia.

Manusia harus bisa memanusiakan manusia bukan?.

“Sudah biarkan, biar dia jerah” jawab Lintang menatap Hiza dengan tatapan kecewa. Seumur hidup nya, dia tak pernah mengajarkan Hiza berperilaku bejad.

“Ini pakaian kamu kan?” tanya Lintang menunjuk pakaian di bawah kakinya. Erlita mengangguk lemas.

Dan hanya gara gara 'mantan' nya dulu, Hiza menjadi seorang pembangkang tak bisa di atur kecuali dengan kakaknya. Elivano.

“Dad, apa yang kau lakukan?” ucap Hiza tak sadar sudah melecehkan seseorang.

“Sungguh bajingan ini!” ucap Fareed mencekik leher Hiza dan mengarahkan kepalanya ke arah Erlita yang sedang memakai kerudung nya di bantu oleh Lintang.

“LIHAT!! LIHAT APA YANG KAU PERBUAT BANG SA*!” pekik Fareed kembali membanting tubuh Hiza dan kembali mencekik leher nya.

Hiza yang melihat sekilas wanita berkerudung itu membuatnya kembali ingat, ingat bahwa dirinya sudah melecehkan wanita berkerudung cokelat susu itu.

“Maafkan aku Dad, kemarin aku mabuk” ucap Hiza memohon, agar Fareed melepaskan cekikan nya.

Fareed diam tak menjawab, tangannya semakin kencang mencekik leher anaknya.

“Sudah mas!!, dia bisa mati jika kau terus mencekiknya!” pekik Lintang yang melihat wajah Hiza memerah karena cekikan dari suaminya.

Fareed melepaskan cekikan nya.

“Pakai pakaian mu!” ucap nya membenarkan jasnya dan melangkah mendekati Lintang dan mengecup bibir nya sekilas.

“Namamu siapa?” ujar Fareed dengan nada lembut, mengelus kepala Erlita yang tertutup oleh kerudung.

Erlita menghindar dari elusan tangan Fareed.

“Maaf Om, kita bukan mahram, dan untuk mana, nama saya Erlita” ucap Erlita menunduk, tak berani menatap Fareed.

Fareed tersenyum, melihat ke arah istrinya yang ikut tersenyum ke arah nya.

Lintang mengangguk, pun dengan Fareed.

“Rumah mu di mana?” tanya Lintang mencoba mengurangi suasana canggung antara dia, suaminya, dan gad—wanita bernama Erlita itu.

“Mm, saya tinggal di ruko sama ibu angkat saya tan” jawab Erlita hampir tak terdengar karena menahan isak tangis nya.

Namun, Lintang bisa mendengar suara kecil itu.

Fareed melihat Erlita dengan mata tajamnya yang dapat menilai dengan baik sikap atau watak seseorang dari perilaku, tata bicara dan cara berpakaian nya.

Gadis baik, Fareed tersenyum lagi.

Mata Fareed melirik Hiza yang sudah selesai berpakaian, namun, sudut matanya menangkap sesuatu di atas seprei putih yang di duduki oleh Erlita.

Noda merah.

Mata Fareed menggelap, Lintang yang melihat suaminya seperti menahan emosi mengikuti arah pandang Fareed. Lintang pun menahan nafasnya.

Sedetik kemudian suara pukulan kembali terdengar.

Bugh..

Bugh...

Bugh...

Bruk...

“Besok kalian menikah!”

03- My bad husband.

“Besok kalian menikah!” putus Fareed membuat semua orang yang berada di sana terkejut, tak terkecuali Hiza.

“Daddy apa apaan?!” tanya Hiza tak terima tiba tiba saja dirinya di nikahkan.

Hiza berdiri, menghapus setitik darah yang keluar dari sudut bibirnya karena pukulan ganas dari sang Daddy.

“Lihat seprei itu” suruh Fareed. Dirinya duduk di sofa yang berada di kamar apartemen milik Hiza.

Sementara kedua wanita yang tak lain adalah Lintang dan Erlita masih menangis, bedanya Lintang menangis dalam diam nya sementara Erlita sedikit terisak sambil menahan pening yang menyerang kepalanya.

Hiza menoleh. “Perawan?”

•••

“Tuan, tuan Hiza sudah memperkosa seorang gadis berhijab yang masih perawan” lapor seorang pria kepada atasan nya yang kini sedang menyulut sebuah cerutu sambil memandang indahnya danau di belakang villa nya.

“Perawan?” tanya pria itu.

“Iya tuan, dan lebih parahnya lagi, tuan Hiza di grebek oleh tuan besar dan nyonya”

“Hmm.. baiklah, pergi” suruh pria yang memegang cerutu kepada sekertaris nya.

Pria bernama Elivano Peterson, seorang pemimpin dari sebuah organisasi bawah tanah yang saat ini sedang duduk merenung.

Meskipun dirinya telah keluar dari keluarga itu, Elivan tak memutus rantai persaudaraan dari adik nya, adik yang dulu pernah ia lukai hingga menyebabkan kematian anak yang di kandung oleh selir ayahnya. Fareed.

Elivan tertawa hambar ketika mengingat momen itu. Momen yang menjadi awal mula dirinya masuk ke dalam dunia yang penuh dengan darah.

Dret...

Dret...

Ponsel yang dia khususkan untuk keluarga nya berdering, baik itu keluarga kandung maupun keluarga sambung nya.

Elivan tak menutup mata akan kenyataan bahwa dirinya masih memiliki keluarga kandung meskipun dia keluar dari mereka.

Elivan mengangkat panggilan telepon yang berasal dari mommy nya.

“Halo mom”

“El, ada di mana?” tanya mommy nya dengan suara lembut tapi terdengar nada kesedihan di dalam nya.

“El berada di Villa NTB mom, lagi berlibur” jawab Elivan.

Setelah menjawab pertanyaan itu, Elivan tak lagi mendengar satu pun suara yang keluar dari mulut Mommy nya. Tapi El mendengar isak tangis yang mencoba menenangkan nafas nya.

“Mommy menangis?” tanya Elivan, tangannya mengalihkan kepada panggilan video dan langsung di angkat oleh mommy nya.

Elivan melihat wajah mommy nya yang sembab dan seperti tengah berada di sebuah kamar mandi dari layar persegi yang berada di tangan.

“Tidak” jawab Lintang sembari menghapus air mata nya.

Elivan tertawa sedikit karena perilaku yang sedari dulu melekat pada mommy nya. Tak ingin mengumbar kesedihan kecuali pada dirinya. Bahkan termasuk sang Daddy yang notabene adalah suaminya. Ya meskipun dia hanyalah seorang anak temuan.

“Kenapa mommy menangis?” tanya El tak suka jika melihat mommy nya menangis. Dan itu membuat dirinya tak tahan untuk memeluk tubuh Mommy nya.

“Mom..” panggil Elivan tak mendengar jawaban apapun dari sang mommy, seperti nya masih mencoba menghapus air mata dan mencoba mengatur nafas nya.

Tanpa sepengetahuan dari mommy nya, Elivan mengambil satu handphone nya yang lain dari saku celananya, mengirimkan pesan agar menyiapkan jet pribadi nya selama 10 menit.

“Mom?”

“Eh iya iya..” jawab Lintang kembali ceria.

Elivan yang melihat raut wajah mommy nya yang sudah berubah menggelengkan kepalanya, sungguh mommynya ini sangat handal dalam menyimpan luka.

“Kenapa mommy menangis?” tanya Elivan lagi, sebenarnya dirinya tau bahwa yang telah membuat mommy nya menangis adalah adiknya. Hiza.

“Tidak ada, bisa kah Elivan datang kesini? mommy ingin meminta tolong” pintanya membuat Elivan mengangguk.

“Beri waktu dua jam, aku akan sampai di sana mom..“

|•••

Dengan langkah tegas dan lebar nya, Elivan memasuki sebuah mansion keluarga Peterson yang berada di Indonesia.

“Om... tungguin Lily..” suara itu? Elivan menoleh, dan mendapati seorang gadis kecil yang berusia lima tahun di bawah nya.

Gadis berusia 19 tahun itu tengah melangkah dengan menghentakkan kakinya serta pipi melembung yang membuat siapapun gemas sendiri.

Gadis cantik itu bernama Lilywhites Andres. Satu satu nya putri dari ketua yang telah mewariskan jabatan ketua ke padanya. Lionel Andres.

“Kamu menyempit di mana lagi?” tanya El yang sudah hafal akan kebiasaan Lily itu.

Di antara banyak nya kemampuan yang telah ia gunakan, karena hidup di dunia yang penuh darah. Elivan mempunyai insting yang kuat terhadap sebuah gerakan, karena, dirinya, dulu, pernah di racun oleh musuh sehingga mengalami koma, dan terbangun dengan mempunyai insting yang sangat kuat terhadap gerak sedikit pun.

Namun, insting kuat yang di milikinya tak mampu untuk mendengar ataupun merasakan sebuah gerakan yang di lakukan oleh Lily, langkah gadis itu begitu ringan dan penuh kehati-hatian.

Biasanya, meskipun seseorang melangkah dengan penuh kehati-hatian, dirinya bisa merasakan, tapi jika Lily yang melangkah, ia sama seperti tak memiliki insting tersebut.

“Gendong di pundak om botak” jawab nya cengengesan.

Elivan menghela nafas lelah akan tingkah dari Lily yang setiap hari semakin menjadi jadi.

“Bagaimana bisa?” tanya Elivan, perasaan dirinya dengan sembunyi-sembunyi keluar dari Vila tanpa berpamitan pada Lily, dan dirinya tak membawa koper.

Dan sebenarnya dirinya tak menjalankan misi, hanya sedang bersantai dan NTB adalah pulau yang tepat akan itu.

“Aku bersembunyi di balik jas nya, lalu masuk ke dalam jet pribadi om, dan sembunyi di dapur” jawab Lily menggerakkan jari jarinya.

“Ah... yasudah lah, ayo ikut, tapi... ck.. ayo” ucap Elivan frustasi. Sikap tegas yang di milikinya akan hilang bersama dengan Lily yang selalu menguji ke sabarannya. Dan sekarang yang membuat El hampir menendang Lily adalah, dia ikut tapi memakai baju tidur nya...

Elivan melangkah bergandengan dengan Lily yang memegang lengan nya. Melangkah masuk dengan wajah tegas nya.

Dirinya bisa melihat, semua orang telah berkumpul di ruang tamu.

Elivan sedikit mempercepat langkah nya untuk menghampiri Hiza, tak perduli lagi dengan Lily yang berlari.

“Abang”

Bugh..

Buahk...

Elivan memberi salam pukulan sebagai bentuk kekecewaan nya. Ia tak melarang Hiza untuk bermain **** dengan jala ng komersial yang di bayar, namun dia sangat melarang untuk memperkosa seseorang demi kepuasan batin nya.

“Aku tak pernah sedikitpun melarang mu tidur dengan jala ng, namun, aku sangat melarang mu untuk meniduri seorang gadis banji ngan!”

Bugh...

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!