Istri Brutal Mr. Arogan
"Hari ini cerah sekali. Sepertinya sangat mendukung pertemuanku dengan kekasihku." gumam Davina.
Davina memandang cermin kemudian memoles wajahnya dengan riasan tipis. Sepanjang hari ia bersenandung kecil pertanda betapa bahagianya dirinya karena sebentar lagi akan bertemu dengan kekasihnya yang sudah beberapa bulan berpisah.
Davina Almira gadis 20 tahun sekaligus seorang mahasiswi disalah satu Universitas terbaik di kota A.
Hari ini Davina memiliki janji bertemu dengan sang kekasih yang juga mahasiswa di kota K. Mereka berdua sudah menjalin hubungan sejak di bangku SMA. Jarak antara kota A dan K yang lumayan jauh membuat mereka hanya bisa bertemu jika hari libur kuliah.
"Bagaimana tampilan Nathan sekarang ya?" gumam Davina penasaran.
Meskipun sering melakukan panggilan video, tetap saja Davina penasaran dengan perubahan yang terjadi pada kekasihnya.
Waktu sudah menunjukkan pukul 10 pagi. Sebenarnya pertemuan Davina dengan Nathan jam 7 malam. Davina sengaja ingin membeli beberapa barang terlebih dahulu sebagai hadiah yang akan diberikan kepada sang kekasih.
Davina bergegas menuju pusat perbelanjaan sebelum hari semakin terik. Davina mengenakan kaos oblong warna hitam, celana jeans dengan perpaduan sneakers putih dan tas selempang hitam. Rambutnya hanya dikuncir kuda, karena memang Davina tidak terlalu ribet dengan urusan penampilan. Baginya asal dia nyaman maka apapun yang ia kenakan tidak menjadi masalah.
Dengan taxi online yang sudah dipesan, Davina butuh waktu 20 menit untuk sampai di pusat perbelanjaan kota.
Kruk Kruk
Suara perut Davina berbunyi, ia tersadar sedari pagi belum mengisi perut sama sekali.
"Aih, ternyata begini rasanya orang yang dimabuk cinta." batin Davina merutuki kebodohannya sendiri.
Karena saking bersemangatnya ia akan bertemu dengan sang kekasih sampai lupa makan paginya.
"Sepertinya resto itu lumayan."
Davina bergegas memasuki resto kemudian bergegas duduk ditempat yang kosong. Setelah selesai memesan makanan, Davina membuka ponselnya untuk mengirim pesan kepada Nathan, sang kekasih.
"Kenapa tidak ada balasan dari Nathan? Biasanya dia akan langsung membalas pesanku." tanya Davina dalam hati.
"Ah mungkin dia sedang dalam perjalanan." batin Davina mencoba berpikir positif.
Tak butuh waktu lama, makanan yang dipesan Davina sudah datang. Tak perlu pikir panjang, Davina langsung menyantap makanan yang ada dihadapannya itu.
"Sayang, apa kau tidak ingin mengatakan yang sebenarnya pada kekasihmu itu?"
Suara seorang gadis terdengar ditelinga Davina, kebetulan ada sepasang kekasih yang duduk dibelakangnya.
"Apa-apaan wanita itu? Jadi dia itu adalah simpanan?" gumam Davina kemudian melanjutkan makannya.
"Sayang aku pasti akan mengatakan yang sebenarnya kepada gadis polos itu. Tapi aku masih menunggu waktu yang tepat. Kau mau bersabar, kan?"
Davina berhenti mengunyah makanannya. Suara pria itu terdengar sangat tidak asing ditelinga Davina. Banyak kemungkinan hal buruk yang terlintas dipikiran Davina, namun sekuat tenaga ia mengusir pemikiran itu.
"Nathan adalah pria yang baik, dia tidak mungkin berkhianat." batin Davina memastikan.
"Tentu saja aku akan bersabar. Aku sudah mengandung anakmu, aku yakin kau tidak akan lari dari tanggungjawabmu kan?" ucap wanita itu lagi membuat Davina semakin merinding.
"Kau tenang saja, aku pasti bertanggungjawab. Aku hanya butuh waktu agar kekasih polosku itu memutuskanku tapi aku tidak ingin aku yang dinilai bersalah. Maka aku harus menunggunya melakukan kesalahan agar aku mempunyai alasan yang tepat untuk melepaskannya." ucap pria itu.
Hati Davina terasa pedih mendengar perkataan pria itu, tapi sekuat tenaga ia mencoba untuk melawan kalau pria itu pasti bukanlah Nathan, kekasihnya.
"Davina memang gadis yang polos. Dia berpikir kau adalah pria yang baik dan benar-benar jatuh cinta padamu." ucap wanita itu yang disambut tawa oleh Nathan.
DEG!
Hati Davina semakin nyeri saat mendengar namanya disebut. Apa yang ia takutkan sedari tadi akankah benar-benar terjadi? Davina mencoba menguatkan hatinya, ia mengambil ponselnya lalu memberanikan diri untuk mendial nomor Nathan.
Suara dering ponsel terdengar dari meja belakang Davina. Saat ini Davina merasa bagai disambar petir disiang bolong. Bagaimana mungkin 5 tahun yang sudah ia habiskan bersama dengan sang kekasih harus berakhir dengan pengkhianatan?
"Ah, pacar bodohmu itu pasti menelpon kan?" tanya wanita itu.
"Ya biarkan saja dia. Aku sudah muak dengannya." ucap pria itu yang ternyata adalah Nathan.
"Memangnya kau sudah tidak mencintainya?" tanya wanita itu lagi.
"Cinta? Jaman sekarang mana ada cinta yang murni. Sudah 5 tahun aku menjalin hubungan dengannya, tapi tak pernah sekalipun aku bisa menyentuhnya." ucap Nathan kesal.
"Gadis bodoh itu selalu bilang ingin menjaga dirinya sampai aku dan dia sudah dalam hubungan yang sah. Cih! Aku pria normal, mana sanggup menahan nafsu! Dia benar-benar berpikir masih ada pria yang seperti itu." ejek Nathan membuat Davina seketika meluruhkan airmatanya mendengar perkataan laki-laki yang sudah bersamanya selama 5 tahun ini.
"A-aku sungguh tidak menyangka ternyata kau pria yang seperti itu." batin Davina tak percaya.
"Gadis yang malang. Rupanya dia telah tertipu dengan dirimu, serigala berbulu domba." ucap wanita itu.
"Haha memang dia bodoh." kata Nathan membuat Davina tak sanggup untuk mendengarnya lagi.
Davina merasa jijik karena sudah menghabiskan waktu 5 tahun untuk pria yang tidak pantas ia cintai sama sekali. Davina tidak habis pikir bagaimana bodohnya ia bisa tertipu dengan kekasihnya itu. Namun dalam hati kecilnya ia benar-benar bersyukur bisa mengetahui kenyataan pahit ini sebelum melangkah semakin jauh.
"Terimakasih Tuhan sudah menyelamatkanku dari pria iblis ini." batin Davina.
Tak bisa dipungkiri hati Davina merasa sakit, kecewa dan terluka. Namun Davina adalah wanita yang bijaksana, ia selalu bisa mengambil hikmah dari setiap persoalan yang ia hadapi. Entah bagaimana perasaan Davina saat ini, tapi sebenarnya ia merasakan lega setelah mendengar kebenaran yang menyakitkan ini.
Setelah selesai makan, Davina bergegas menuju kasir untuk membayar pesanannya.
"Mbak sekalian total dengan meja itu ya." Davina menunjuk meja dimana sang kekasih bersama selingkuhannya.
"Baik, Kak."
Davina melihat sekilas kearah kedua orang itu yang saling bermesraan membuatnya semakin jijik.
"Sepertinya aku tidak perlu lagi berpura-pura menjadi gadis lemah lembut." ucap Davina tersenyum.
"Saatnya menjadi diri sendiri, Davina. Selamat datang kehidupan baru." kata Davina bersemangat kemudian menuju beberapa toko pakaian untuk membeli beberapa pasang pakaian yang sesuai dengan dirinya yang sebenarnya.
Selama ini sejak menjalin hubungan dengan Nathan, ia tidak bisa menjadi dirinya sendiri. Davina selalu dituntut kalau wanita harus berpenampilan feminim, dan lemah lembut. Itu membuat Davina harus mempunyai kepribadian ganda.
Setelah melihat kenyataan dengan mata kepalanya sendiri, akhirnya Davina bisa melepaskan beban yang ia pikul selama ini. Melepaskan rantai yang selama ini menjerat dan memperangkapnya, Davina bisa bernafas lega dan bebas menjalani kehidupan sesuai dengan yang ia inginkan. Tidak perlu menjadi pribadi orang lain lagi.
Dengan cepat Davina memilih beberapa pakaian kasual yang sesuai dengan selera dan jati dirinya. Davina termasuk anak dari orang yang berpengaruh, kekayaannya dan kekuasaanya tidak bisa dianggap remeh. Hanya saja Davina dilarang oleh keluarga besar mengungkapkan identitasnya untuk melindunginya dari hal-hal yang tidak diinginkan. Jadi banyak orang yang tidak tahu siapa dia sebenarnya termasuk Nathan sang mantan kekasih.
Ya, saat ini Davina sudah menganggap Nathan adalah mantan kekasihnya. Setelah mengetahui kebenarannya tadi, Davina langsung memblokir dan menghapus kontak Nathan. Davina tidak ingin terganggu lagi dengan pria parasit seperti Nathan yang sudah menghamili anak orang saat masih menjalin hubungan dengan dirinya.
"Ternyata cinta yang tulus itu hanya ada di dalam komik dan negeri dongeng." gumam Davina.
Di resto, Nathan dan Amel kebingungan saat kasir berkata kalau makanannya sudah dibayar oleh seorang wanita.
"Siapa wanita itu?" tanya Amel yang tak lain wanita yang saat ini mengandung anak Nathan.
"Entahlah. Aku tidak menyadarinya daritadi." jawab Nathan.
"Jangan-jangan dia wanita simpananmu yang lain?" tanya Amel curiga.
"Jangan sembarangan bicara. Aku tidak menjalin hubungan dengan wanita lain selain kau dan Davina." jawab Nathan jujur.
Nathan dan Amel saling berpandangan.
"Davina?" tanya mereka serempak.
"Tidak mungkin dia ada disini. Kalaupun ada aku pasti bisa langsung mengenalinya." ucap Nathan berpikir kalau kekasihnya adalah gadis yang masih polos dan bodoh.
"Kau benar. Kalaupun dia disini, dia tidak mungkin berpura-pura tidak melihatmu. Dengan kebodohannya itu pasti dia akan langsung melabrakku karena cintanya kepadamu." tambah Amel membuat mereka saling menganggukkan kepalanya.
"Yasudahlah, siapapun wanita itu setidaknya dia membantu kita mengurangi pengeluaran hari ini. Kau bisa berbelanja sesukamu." kata Nathan membuat mata Amel berbinar.
"Ah, kau memang pria yang paling pengertian. Aku mencintaimu." ucap Amel bergelayut manja di lengan Nathan.
"Aku juga mencintaimu." balas Nathan kemudian membelai lembut rambut panjang Amel.
Dua sejoli itu pun menuju ke outlet yang lain untuk menghabiskan uang mereka. Beruntung saja mereka tidak bertemu dengan Davina, karena Davina sudah meninggalkan pusat perbelanjaan setelah puas membeli pakaian yang ia inginkan.
Davina kembali memesan taxi online, kali ini dia tidak berniat untuk langsung pulang ke rumah. Barang belanjaannya tadi sudah ia kirimkan ke kos lewat bantuan anak buahnya. Selama kuliah, Davina memang sengaja tinggal di tempat kos yang sederhana. Dengan begitu identitasnya tidak akan mudah terungkap. Sedangkan anak buahnya, Davina punya bodyguard perempuan yang berbeda 2 tahun lebih tua darinya. Bodyguard itu juga menyamar sebagai teman kuliah Davina, jadi tidak akan ada mengetahui kebenarannya. Mereka juga tinggal di kos yang sama, jadi tidak ada yang mencurigainya ketika teman kuliahnya itu membawakan barang-barangnya.
"Sepertinya aku perlu menghirup udara segar." batin Davina.
Kali ini taxi yang dipesan Davina sudah berhenti di sebuah tempat. Sebuah telaga yang dipenuhi dengan taman bunga disekelilingnya. Davina bergegas turun dari mobil dan menuju bangku yang ada pinggir telaga itu. Davina dapat melihat kilatan air yang terkena teriknya matahari siang ini. Namun karena pepohonan besar yang tumbuh mengitari telaga itu membuat angin terasa sejuk dan sinar matahari tidak langsung menembus kulit putih Davina.
"Segar sekali. Ternyata rasanya tidak terlalu pedih juga kehilangan Nathan." gumam Davina kemudian memejamkan matanya.
Hembusan angin menerpa wajahnya membuat rambutnya sedikit berantakan.
"Ah seandainya aku mengetahui Nathan yang sebenarnya dari dulu pasti tidak akan aku sia-siakan lima tahunku untuk mencintai pria ular sepertinya." gerutu Davina merutuki kebodohannya selama ini.
Bisa-bisanya dia tertipu dengan cinta palsu Nathan. Pria yang ia anggap baik dan akan menjadi pendamping hidupnya, kini berakhir sudah. Beruntungnya lagi, Davina tidak pernah mengungkapkan identitas dirinya yang sebenarnya kepada mantan kekasihnya itu. Entah kenapa Davina tidak bisa menaruh kepercayaan sepenuhnya pada Nathan, dan kini terungkap sudah alasan itu.
"Udara disini benar-benar membuat mood-ku kembali." batin Davina.
Davina menyadari ternyata perasaan yang ia miliki pada Nathan bukanlah cinta sebenarnya. Davina akhirnya mengerti bahwa rasa yang ia miliki selama ini pada Nathan tidak lebih dari sekedar teman. Ya hanya sebatas teman, Davina sama sekali tidak pernah bertingkah mesra dengan Nathan. Namun tetap saja Davina kecewa dengan pengkhianatan. Andai saja Nathan mengatakan yang sejujurnya maka Davina akan mengakhiri hubungan dengan cara yang baik dan membiarkan Nathan memilih wanita yang ia cintai.
"Masa lalu telah berlalu. Saatnya kembali menata masa depan." ucap Davina menengadahkan kepalanya menatap dedaunan yang bergoyang karena tertiup angin.
-BERSAMBUNG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 173 Episodes
Comments
CaH KangKung,
mampir kak....🥀
2023-11-08
1
°nina°
Strong woman
2023-11-02
1