"Vin.. Vina!" panggil suara gadis yang juga seorang mahasiswi di kampus yang sama dengan Davina.
Davina membalikkan badannya matanya menyipit melihat seorang gadis tengah berlari dengan nafas yang tersengal-sengal.
"Kenapa kau berlari seperti itu? Apa kau sedang dikejar anjing?" tanya Davina kepadanya yang tak lain teman masa SMA, Luna.
"Bagaimana kalau kita duduk dulu? Aku capek." jawab Luna yang terlihat kepayahan.
"Dasar aneh." ucap Davina kemudian mengikuti Luna menuju tempat duduk yang ada dibawah pohon rindang dihalaman kampus.
"Sebenarnya ada apa? Jangan membuang-buang waktuku. Aku ada kelas pagi ini." tanya Davina tidak sabar menunggu Luna yang belum juga bicara.
"Kau ini selalu saja tidak sabaran. Aku punya berita yang sangat penting." jawab Luna serius.
"Berita penting apa? Paling juga gosip tentang para pria idaman kehaluanmu itu." sarkas Davina membuat Luna mengerucutkan bibirnya.
"Jangan meledekku. Justru berita ini ada sangkut pautnya denganmu. Apa kau menyembunyikan sesuatu dariku?" tanya Luna penuh selidik.
"Jika ada yang aku sembunyikan, dengan tingkat kekepoanmu itu pasti sudah langsung bisa mengetahuinya bukan? Jadi tidak perlu aku ceritakan." jawab Davina santai.
"Dasar tidak berperasaan! Kita sudah berteman lama tapi kenapa kau masih suka menyembunyikan masalahmu." sahut Luna kesal.
"Aih.. Bukannya itu bagus? Aku sudah membantumu melatih insting detektif yang kau miliki." ucap Davina membuat Luna tidak mampu membalasnya lagi.
"Dasar pelit! Untung saja aku ini teman yang berlapang dada dan setia kepadamu." ucap Luna membuat Davina mencebikan bibirnya.
"Cih narsis sekali." ledek Davina namun hanya dibalas kekehan Luna.
"Apa kau sudah melihat sosmed?" tanya Luna memulai pembicaraan serius.
"Tidak. Aku sudah beberapa minggu tidak bermain sosmed. Banyak berita tidak berfaedah." jawab Davina santai.
"Lalu apakah kau tau kalau Nathan memposting sesuatu?" tanya Luna penasaran.
"Tidak." jawab Davina singkat.
"Kau tidak penasaran dengan yang kumaksud?" tanya Luna memastikan.
"Itu bukan urusanku." jawab Davina ketus.
"Apa kalian sudah putus?" tanya Luna lagi.
"Kau ini cerewet sekali. Jika ingin memberi berita langsung beritahu saja jangan banyak tanya." ucap Davina yang tidak ingin pusing mendengar ocehan Luna.
"Galak sekali!" gerutu Luna.
"Aku tadi tidak sengaja melihat cerita yang Nathan upload di akunnya. Dia memposting foto undangan pernikahan dan juga dua pasang cincin. Aku pikir kau yang akan menikah dengannya tapi yang tertulis bukan namamu." cerita Luna dengan hati-hati takut melukai perasaan Davina.
Davina terdiam cukup lama kemudian membuang nafasnya.
"Baguslah kalau begitu." sahut Davina tenang.
"Kau santai sekali? Bukankah kau dan dia sudah lima tahun bersama? Bagaimana mungkin dia menikahi wanita lain bukan dirimu?" tanya Luna tidak terima.
PLETAK!
Luna meringis saat jari Davina menyentil keningnya.
"Sepertinya mulutmu itu memang tidak bisa diam ya? Suka sekali kepo dengan urusan orang lain." ucap Davina ketus.
"Kau adalah temanku jadi bukan suatu masalah kan kalau aku ingin tahu urusanmu?" tanya Luna lagi yang dibalas dengan hembusan nafas kasar Davina.
"Aku sudah putus dengan Nathan." jawab Davina jujur.
Luna membulatkan kedua matanya seolah tak percaya dengan jawaban Davina.
"Kau serius? Sejak kapan?" tanya Luna memastikan.
"Iya baru kemarin." jawab Davina singkat.
"Bagaimana bisa? Bukankah kalian berdua saling mencintai? Lima tahun bukanlah waktu yang singkat." tanya Luna lagi semakin penasaran.
"Kau benar 5 tahun bukan waktu yang singkat. Tapi seiring berjalannya waktu manusia bisa berubah dan isi hati tidak bisa ditebak. Benarkan, Lun?" ucap Davina seketika hati Luna ikut merasakan luka yang dialami teman baiknya itu.
"Apakah kalian putus tidak dengan baik-baik?" tanya Luna lagi namun sangat hati-hati takut akan menyinggung perasaan Davina.
"Apakah sebuah hubungan yang dikhianati bisa berakhir dengan baik?" tanya Davina menatap Luna dengan wajah sendu.
Luna langsung memeluk Davina erat seolah ingin membantu meluapkan rasa sakit dan kecewa yang dirasakan oleh Davina.
"Dia sudah berhubungan dengan wanita lain bahkan juga akan menjadi seorang ayah." ucap Davina getir.
"Semua akan baik-baik saja, Vin. Jika kau ingin menangis, menangislah." kata Luna sambil menepuk pelan punggung Davina.
"Huh.. Aku rasa airmataku terlalu berharga untuk menangisi masa lalu yang tidak penting itu." ucap Davina menguraikan pelukannya kemudian menampilkan senyuman manis diwajahnya.
"Kau memang wanita tangguh, Vin. Itu yang aku kagumi darimu. Pria brengsek seperti Nathan memang tidak pantas untukmu. Kalau aku bertemu dengannya ingin aku cincang tubuhnya dan akan kuberikan pada buaya di kebun binatang." kata Luna mengumpati Nathan membuat Davina terkekeh mendengarnya.
"Sudahlah jangan membahasnya lagi. Aku berharap di kehidupanku sekarang ini tidak akan bertemu dan tidak ingin berurusan dengannya lagi." ucap Davina yang disetujui langsung oleh Luna.
"Kau benar sekali, Vin. Aku berharap kau akan bertemu dengan pria baik yang akan mencintaimu sepenuh hati dan tidak akan pernah menyakitimu." kata Luna penuh harapan.
"Aku hanya ingin menjalani saja, Lun. Tidak tahu kejutan apa yang sedang menantiku. Terimakasih sudah menghiburku." ucap Davina lembut disambut senyuman dari Luna.
"Itulah gunanya teman. Jangan habiskan energi demi pria yang tidak pantas untuk cinta kita." sahut Luna.
"Ngomong-ngomong aku baru saja membaca sebuah novel yang menceritakan seorang presdir yang tampan, berkuasa namun sangat mencintai istrinya. Itu romantis sekali. Aku harap kau..."
"Jangan terlalu banyak mengkhayal. Novel itu adalah imajinasi sang penulis. Terlihat indah karena itu hanya karangan fiktif. Realitanya hanya satu banding seribu yang beruntung memiliki kisah cinta harmonis seperti itu." sela Davina seolah sedang mencurahkan isi hatinya.
"Hey jangan berkata seperti itu. Kita tidak tahu rencana Tuhan seperti apa, Vin. Kau cantik dan memiliki kharisma yang cocok menjadi nona besar seperti kisah didalam novel-novel itu." ucap Luna mencoba menghibur Davina.
"Aish.. Sudahlah terserah kau saja. Aku masuk kelas dulu, sudah terlambat. Bye!" pamit Davina yang langsung bergegas meninggalkan Luna.
"Kau gadis yang baik, Vin. Semoga hidupmu bahagia." gumam Luna mendoakan temannya setulus hati.
Tanpa disadari sejak tadi ada sosok yang ikut mendengarkan obrolan dua wanita itu. Pria yang sengaja menyamar sebagai mahasiswa hanya untuk mencari informasi tentang Davina.
"Rupanya si kelinci kecil sedang patah hati ya. Ironis sekali." ucap Marvin yang diikuti seringai diwajahnya.
"Vina, nama yang cantik. Sesuai dengan orangnya." batin gumam Marvin lalu tersenyum tipis.
Pagi-pagi sekali Marvin meminta Johan untuk mengantarnya ke kampus Y. Marvin memang sudah mempersiapkan diri untuk mencari tahu tentang gadis yang baru ia temui kemarin. Namun siapa sangka malah mendengarkan cerita tragis dari gadis yang ia cari. Entah apa yang membuat Marvin tertarik dengan Davina, pria itupun tidak tahu. Jatuh cinta pada pandangan pertama? Mungkin saja. Atau Marvin punya maksud tersembunyi lainnya? Entahlah.
-BERSAMBUNG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 173 Episodes
Comments