"Johan, tolong jemput aku." suara Marvin terdengar seperti kesakitan.
"Baik, Tuan." sahut Johan tanpa pikir panjang kemudian membuka pesan dari Marvin yang memberitahu lokasinya saat ini.
Karena gang yang sempit, Johan memarkirkan mobilnya dipinggir jalan kemudian berlari untuk mencari majikannya.
"Tuan, tuan dimana?" panggil Johan mencari keberadaan Marvin.
"A-aku disini." suara Marvin terdengar lirih namun pendengaran Johan sangatlah tajam sehingga ia mengikuti suara itu.
Alangkah terkejutnya Johan saat melihat majikannya duduk tersimpuh dipinggir jalan sambil memegangi perutnya.
"Tuan, apa yang terjadi? Tuan tidak apa-apa?" tanya Johan panik.
"Jangan banyak tanya. Cepat papah aku ke mobil!" perintah Marvin yang langsung dilaksanakan Johan.
"Baik, Tuan." dengan hati-hati Johan mengangkat tubuh Marvin kemudian memapahnya menuju mobil.
"Sshh.." ringis Marvin.
"Siapa yang berani melakukan ini kepada, Tuan? Apa perlu saya selidiki dan mencari pelakunya, Tuan?" tanya Johan penasaran.
"Tidak perlu. Hanya seekor kelinci kecil." jawab Marvin semakin membuat Johan kebingungan.
"Hah? Kelinci kecil?" tanya Johan.
"Sudah. Cepat jalankan mobil, kita pulang." titah Marvin tidak ingin bawahannya itu terus bertanya dan membuatnya semakin pusing.
"Baik, Tuan." sahut Johan kemudian melajukan mobilnya.
Sepanjang jalan Johan memerhatikan tuan mudanya yang sedari tadi senyam-senyum sendiri. Johan merasa merinding dengan tingkah majikannya yang tidak biasa itu.
"Kenapa Tuan Muda aneh sekali hari ini. Atau jangan-jangan salah minum obat." gumam Johan dalam hati.
"Perhatikan saja jalanan didepanmu jika tidak ingin kucongkel dua bola matamu!" hardik Marvin mengetahui asisten pribadinya itu sedang mencuri-curi pandang dan menyelidikinya.
"Ba-baik, Tuan. Maafkan saya." ucap Johan yang langsung fokus dengan kemudinya. Johan tidak berani lagi menatap tuannya, ia takut jika Marvin benar-benar melakukan ucapannya.
Marvin kembali tersenyum kemudian mengingat pertemuannya dengan gadis incarannya itu.
"Kelinci kecil, aku pasti akan mendapatkanmu." gumam Marvin percaya diri.
"Besok pagi antarkan aku ke Kampus Y." ucap Marvin.
"Baik, Tuan." jawab Johan yang tidak ingin mengajukan pertanyaan lagi. Bisa-bisa bola matanya benar-benar dicongkel oleh Marvin.
Johan merupakan asisten pribadi Marvin. Sudah 10 tahun mereka bekerjasama. Orangtua Johan juga sudah mengabdikan dirinya kepada Tuan Besar Harris. Untuk itu, Johan pun mengikuti jejak orangtuanya untuk melayani tuan muda Harris.
Sebenarnya umur Johan hanya 3 tahun lebih tua dari Marvin. Bukan hanya hubungan pekerjaan, lebih tepatnya mereka sudah seperti sahabat. Tapi tetap saja Johan selalu menghormati Marvin sebagai majikannya.
Johan juga merangkap sebagai pengawal Marvin. Ilmu bela dirinya tidak perlu diragukan lagi, begitu juga dengan Marvin. Menjadi satu-satunya penerus keluarga Harris mewajibkan Marvin harus menjadi pria terkuat di negaranya. Pendidikan militer yang kejam dan keras sudah berkali-kali Marvin lalui demi keberlangsungan hidupnya. Keluarga Hariss juga memiliki kekuasaan di dunia gelap, jadi tidak heran jika Marvin juga ikut terjun didalamnya.
Butuh waktu 30 menit, akhirnya mobil Marvin memasuki sebuah mansion mewah. Para pelayan sudah siap diposisinya masing-masing untuk menyambut kepulangan tuan mudanya.
Johan dengan cepat turun dari mobil kemudian memapah Marvin untuk masuk kedalam mansion. Kondisi Marvin membuat seluruh pelayan bertanya-tanya apa yang terjadi dengan majikannya. Namun tidak ada satupun yang berani mengeluarkan suara.
Johan langsung mengantarkan Marvin masuk kedalam kamar yang berada dilantai 2.
"Aish.. Tendangan gadis itu kuat juga." lirih Marvin melihat luka memar dibagian kiri perutnya.
"Biar saya ambilkan kotak P3K dulu, Tuan." ucap Johan kemudian bergegas mengambilnya diruang keluarga yang ada dilantai 1.
Johan yang ingin kembali ke kamar majikannya segera menghentikan langkahnya saat berpapasan dengan Nyonya Besar, nenek dari Marvin.
"Selamat malam, Nyonya." sapa Johan sopan.
"Siapa yang terluka?" tanya Julia, nenek Marvin.
"I-itu tuan muda, Nyonya." jawab Johan jujur.
"Siapa yang berani melukai cucuku? Kurang ajar sekali." kata Julia kemudian bergegas menuju kamar cucu kesayangannya.
Nenek Marvin terbilang usianya sudah 70 tahunan, namun paras dan fisiknya masih terlihat sangat bugar. Mungkin orang yang tidak tahu akan mengira kalau Julia adalah ibu kandung Marvin.
"Apa yang terjadi padamu? Siapa yang berani melukai cucu kesayanganku?" teriak Julia membuat Marvin kaget.
Marvin mengusap kasar wajahnya kemudian menghela nafas.
"Aku tidak apa-apa, Nek." jawab Marvin.
"Jangan berbohong. Aku pasti tidak akan membiarkan orang yang berani menyakitimu hidup tenang." ucap Julia membuat Marvin melirik tajam ke arah Johan.
Johan menggeleng-gelengkan kepalanya pertanda bahwa ia tidak mengatakan apapun pada nyonya besar Harris.
"Nenek, duduklah." ucap Marvin lembut yang kemudian dituruti oleh Julia.
"Nenek masih ingin aku menikah bukan?" tanya Marvin yang langsung disetujui dengan anggukan kepala Julia.
"Luka ini disebabkan oleh calon istriku, Nek. Aku sedang mengejarnya, jadi Nenek jangan berpikir yang tidak-tidak." jawab Marvin membuat Julia terdiam sejenak.
"Maksudmu? Kau sudah menemukan calon istrimu?" tanya Julia penasaran.
"Iya, Nek." jawab Marvin malu-malu.
"Siapa namanya? Dia dari keluarga mana?" tanya Julia semakin penasaran.
"Aku belum tahu, Nek. Aku bertemu dengannya hari ini, saat ingin mencoba berkenalan dengannya malah mendapat luka ini." jawab Marvin polos.
PLAK!
"Nenek kenapa memukulku?" tanya Marvin saat bahunya ditepuk kencang oleh neneknya.
"Dasar bodoh! Kenapa kau bilang dia calon istrimu? Kau saja tidak tahu siapa namanya!" ucap Julia kesal.
"Nenek tenang saja. Aku pasti akan mendapatkannya." kata Marvin yakin membuat Julia memutar kedua bola matanya.
"Sudahlah, cepat obati lukamu itu. Setelah itu kita makan malam bersama. Johan tolong bantu cucuku merawat lukanya." titah Julia setelah keluar dari kamar cucunya.
"Baik, Nyonya." sahut Johan menurut.
"Permisi Tuan, saya akan membantu untuk mengobati luka Tuan." kata Johan kemudian mendekati Marvin dan duduk disampingnya.
"Sepertinya besok aku akan kembali ke tempat itu lagi." ucap Marvin sembari membuka kemejanya.
Terlihat tubuh Marvin yang kekar dengan roti sobek diperutnya yang membuatnya semakin terlihat menawan. Pantas saja banyak sekali wanita yang menggilai fisik Marvin. Namun tidak akan ada yang berani mendekatinya karena sifatnya yang terkenal kejam dan tidak berperasaan.
"Besok pagi antar aku ketempat itu lagi." ucap Marvin kepada Johan.
"Apakah Tuan ingin balas dendam?" tanya Johan yang langsung mendapat sebuah tinju diperutnya.
"Kenapa Tuan memukul saya? Apakah saya salah bicara?" tanya Johan bingung yang meringis namun tetap melanjutkan untuk mengobati luka sang majikan.
"Dasar bodoh! Untuk apa aku membalas dendam? Aku hanya ingin menemui calon istriku." jawab Marvin membuat Johan terkejut.
"Jadi Tuan sudah menemukan calon istri?" tanya Johan penasaran.
"Tidak perlu banyak tanya. Besok ikutlah denganku." jawab Marvin ketus sebelum Johan semakin banyak tanya dan membuatnya pusing.
"Baik, Tuanku." sahut Johan antusias.
"Wah wanita seperti apa yang bisa menggerakkan hati pria berdarah dingin ini? Apakah dia benar-benar perempuan waras?" tanya Johan dalam hati.
"Apa kau sedang memakiku didalam hatimu?" tanya Marvin seketika membuat Johan terlonjak kaget.
"A-pa? Mana mungkin, saya tidak berani Tuan." jawab Johan gugup.
"Jangan memiliki pikiran yang tidak-tidak tentangku. Aku tidak akan segan-segan untuk mengeluarkan isi kepalamu itu." ancam Marvin seketika tubuh Johan merinding mendengarnya.
"Tidak Tuan. Saya tidak berani." sahut Johan.
"Tidak mungkin Tuan bisa membaca pikiran dan isi hatiku, kan?" gumam Johan ketakutan.
Johan yang mendapat tatapan tajam dari majikannya seketika segera mempercepat tugasnya.
"Sudah selesai, Tuan bisa langsung istirahat agar cepat pulih." ucap Johan basa-basi kemudian segera keluar dari kamar Marvin.
"Aku harus lebih berhati-hati dengan Tuan Marvin. Sepertinya Tuan sudah memiliki ilmu membaca isi hati dan pikiran." batin Johan.
Marvin yang melihat ketakutan diwajah Johan hanya tertawa kecil kemudian merebahkan dirinya diatas kasur.
"Gadis itu menarik sekali. Aku pasti akan mendapatkanya." gumam Marvin percaya diri mengingat kembali pertemuannya dengan gadis yang tanpa sadar sudah mencuri perhatiannya.
"Setelah aku mengetahui namanya, aku akan menyelidikinya dan akan membuatnya tidak akan bisa lepas dari genggamanku." batin Marvin tertawa jahat.
Pria itu belum tahu saja siapa gadis yang sedang ia hadapi saat ini. Menaklukan Davina dengan mudah? Tidak mungkin!
Bagaimanakah perjuangan Marvin untuk mendapatkan Davina? Apakah Marvin benar-benar menaruh hati kepada Davina? Drama seperti apa saja yang akan Marvin lalui untuk menaklukan Davina? Kita tunggu dan lihat saja kedepannya.
*
*
*
Terimakasih atas antusiasnya untuk cerita baru Minthor ❣️ Mohon dukungannya ya untuk novel keduaku ya! Jangan lupa like, komen dan subscribe ISTRI BRUTAL MR. AROGAN dan juga GEJOLAK CINTA TUAN DAN NONA MUDA. Terimakasih 😍🤗
-BERSAMBUNG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 173 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Waahh udah di klaim aja..😂
2024-06-04
0
Qaisaa Nazarudin
Kapan ketemunya nih,Kok aku gak tau,terlepas pandang ya aku..🤭
2024-06-04
0