14. Dijagain Kakak

Gue udah sadar dari pingsan gue. Gue ngelihat ada banyak orang, semua anggota keluarga berkumpul. Ini aneh banget! Bokap sama nyokap berada di samping gue.

"Pa ... Ma ... ini Faza lagi berada di mana sih? Kok semuanya pada ngumpul gini?" kata gue dengan bingung.

"Alhamdulillah, Pa. Akhirnya anak kita siuman," kata mama.

"Iya Ma ... doa kita langsung diijabah sama Allah," kata papa dengan pandangan berbinar.

"Ini sebenarnya ada apa, sih?" tanya gue masih bingung.

"Kamu baru saja terbangun dari tidur panjang," kata mama.

"Maksud mama apa sih? Faza ga ngerti," kata gue.

"Kamu baru saja terbangun dari koma," kata papa.

"Apa, koma? Enggak mungkin, Faza itu baru tidur kemarin, masa udah dibilang koma. Orang Faza cuma tidur biasa, Papa sama Mama lebay, masa tidur aja dibawa ke rumah sakit," kata gue.

Nyokap gue panik, dia manggil dokter. Dokter datang. "Dok, ini anak saya kenapa dok, dia ga ingat peristiwa yang udah menimpanya. Bahkan dia ga tau kalo dia koma," kata mama.

"Ibu tenang saja, anak ibu baik-baik saja. Mungkin akibat pukulan yang keras di kepala anak ibu, sehingga mengakibatkan sebagian ingatannya menghilangkan," kata dokter.

"Pukulan dok, saya dipukul siapa?" tanya gue ke dokter.

"Nga ada yang mukul kamu kok, Sayang," kata mama. Tangan mama merambat ke kepala, mengelusnya dengan perlahan. "Kemarin Rizki ngabarin mama, kalo kamu masuk rumah sakit."

"Terus Rizkinya kemana, Ma?" tanya gue.

"Tadi Rizki sama temennya sama temen kamu juga, ke sini lihat keadaan kamu. Mereka baru aja pulang," kata mama.

"Ya udah, Papa sama Mama pulang dulu ya, kasian adik kamu di rumah sendirian. Kamu tenang aja, kamu bakal dijagain sama kakak-kakak kamu. Mereka bakal di sini buat jagain kamu, sampai kamu sembuh total," kata papa. Gue cuma bisa senyum.

"Elvin, Kirana, Mia, Putra, Papa sama Mama mau pulang dulu, kalian jaga adik kalian!" kata papa.

"Pasti Pa, selalu!" kata kak Elvin, selaku Kakak tertua gue.

Oh ya, gue lupa, gue terlahir dari enam bersaudara. Yang pertama ada Kak Elvin, yang kedua Kak Kirana, yang ketiga Kak Mia, yang keempat Kak Putra, yang kelima gue, dan yang terakhir adik gue, Rasti.

Gue ga tau kenapa jarak kelahiran mereka itu berdekatan, sedangkan jarak gue sama adik gue itu jauh banget. Mungkin dulu gue sama adik gue kebobolan kali yaa, makannya jaraknya jauh banget.

Kakak-kakak gue nyamperin gue.

"Faza kangen banget sama kalian," kata gue.

"Kita juga kangen sama kamu. Kita langsung balik ke Kediri setelah di telpon Papa kalo kamu masuk rumah sakit. Kita khawatir banget sama kamu," kata Kak Mia.

"Kalian ko ga ngajak suami/istri sama anak-anak kalian. Padahal aku kangen lo sama keponakan-keponakan aku," kata gue.

"Kamu kan tau kalo istri kita baru lahiran, jadi nga mungkin dong kalau ngajak baby, kasian kan baby-nya," kata Kak Elvin.

"Terus alasan kalian?" kata gue sambil ngelirik Kak Kirana sama Kak Mia.

"Kita udah dapet ijin sama suami, terus dibolehin. Suami kita itu sibuk banget, jadi mereka ga bisa ikut ke sini. Kalo anak-anak, kan mereka pada sekolah, jadi mereka ga bisa ikut," kata Kak Mia.

"Kalian tau nga aku koma kenapa?" tanya gue.

"Ga tau, kita nyampe sini kamu udah di rumah sakit," kata Kak Kirana. "Kamu tenang aja, Papa sama Mama udah lapor polisi, polisi pasti bisa nemuin pelakunya. Kamu jangan khawatir, kamu aman kok di sini," sambung Kak Kirana.

Gue senyum, itu pertanda bahwa gue percaya sama mereka. Gue bercanda-bercanda sama kakak-kakak gue. Ketawa-ketiwi ke sana ke mari. Tiba-tiba gue ngerasain nyeri di perut. "Akhhhhh ... Kak, perut aku kok nyeri, ya?" tanya gue.

"Mungkin itu bekas jahitan," kata Kak Putra.

"Jahitan?" tanya gue.

"Iyah, jahitan. Kamu kan kena tusuk, jadi dijahit," kata Kak Putra lagi.

Gue masih ga percaya kalo gue kena tusuk, kok bisa yahh. Gue udah ngantuk.

"Kayaknya kamu udah ngantuk, kamu tidur, ya!" kata Kak Mia.

"Ya udah, aku tidur, kalian juga harus tidur. Aku ga mau kalian sakit gegara jagain aku semaleman," kata gue.

"Uhhh, makin sayang deh kakak sama kamu," kata Kak Putra setelah ngacak-ngacak rambut gue, bangsyul emang. Gue akhirnya senyum kepaksa. Mereka pergi ninggalin gue.

Di ruang istirahat hanya ada dua sofa, Kak Kirana sama Kak Mia tidur di atas. Sedangkan Kak Elvin sama Kak Putra tidur di bawah, mereka hanya beralaskan tikar. Gue nemuin selimut yang dibawa sama papa gue tadi, gue ga gunain selimut itu.

Gue manggil kak Putra, dia ngedeketin gue. "Kak, ini ada selimut, kalian buat alas tidur aja, lantainya kan dingin. Aku ga mau kalian kedinginan gara-gara jagain aku di sini," kata gue.

"Ini beneran nga kamu pake?" tanya Kak Putra.

"Ngak, aku udah cukup kok, make selimut ini. Aku nga suka yang terlalu hangat," kata gue.

"Makasih ya ...," kata Kak Putra.

Kak Putra deketin wajahnya ke gue, dia ngecup kening gue lama. "Tidur yang nyenyak, Sayang," kata Kak Putra.

Gue cuma ngangguk. Dia langsung pergi. Mereka semua cepet banget terlelapnya, kayaknya mereka semua benar-benar capek. Gue aja masih belum bisa tidur, padahal tadi udah nguap. Gue manggil suster, gue minta dua selimut tambahan buat kakak-kakak gue, kasian mereka kedinginan. Suster ngelarang gue turun dari tempat tidur, jadi suster yang selimutin kakak-kakak gue. Setelah itu gue baru bisa tidur.

Terpopuler

Comments

@Risa Virgo Always Beautiful

@Risa Virgo Always Beautiful

Mamanya Faza dan papanya Faza bahagia karena Faza sadar dari siuman

2023-07-02

1

ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ

ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ

ih suka deh kalo kk ade akur2 ky mereka saling sayang dan support kita😍😍🤗

2023-02-19

0

ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ

ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ

hai kk2nya Faza salken yaa,aku ayy👋

2023-02-19

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!