Janda Kembang Paman CEO

Janda Kembang Paman CEO

EPISODE 1

Malam itu di sebuah desa yang terpencil dan terpelosok terlihat banyak cahaya remang-remang bersinar bagaikan ribuan kunang-kunang.

Desa itu masih sangat kental akan adat istiadat serta ritual yang sakral serta desa yang jauh dari keramaian kota, dimana pada saat itu sedang berlangsung pernikahan seorang gadis muda belia yang cantik dan pria muda tampan.

Mereka menjadi pasangan yang serasi dengan balutan gaun serta setelen jas yang senada.

Magdalena, gadis cantik yang hidup bersama sang nenek akhirnya mau menikah atas dasar perjodohan, Magdalena adalah gadis yang baik dan patuh, ia pekerja keras selalu membantu di ladang, dan juga mandiri, namun sayangnya Magdalena harus menikah ketika usianya masih 18 tahun.

Para penduduk desa dan para tetua meyakini,dan meramalkan jika pernikahan Magdalena dengan pemuda pilihan yang ada di desa mereka akan membawa keberuntungan untuk hasil panen berikutnya.

Magdalena sendiri diasuh oleh sang nenek karena orang tuanya telah lama meninggal, hingga suatu hari Magdalena yang yatim piatu baru saja pulang dari sekolahnya dan dia di kejutkan oleh para tetua yang datang ke rumahnya.

Para tetua dan salah satu pemuda itu sudah duduk di ruang tamu bersama sang nenek.

Keputusan para tetua adalah mutlak dan tidak dapat di bantah karena semua penduduk meyakini ramalan dari para tetua.

Namun, Magdalena berbeda.

Tidak sedikit pria yang sudah mengincar Magdaleni, bahkan kecantikan Magdalena telah di dengar dimana-mana hingga ke luar kota namun hati Magdalena teguh dan tetap menjaga kesuciannya hingga ia benar-benar akan menemukan tambatan hatinya.

Tak sedikit juga gadis-gadis muda di desa itu yang memilih putus sekolah dan melangsungkan pernikahan. Namun, sekali lagi Magdalena berbeda.

"Seiring berjalannya waktu kalian pasti akan saling mencintai, ramalan tetua tidak akan pernah salah, kalian harus menikah demi kelangsungan desa kita, panen tahun depan pasti akan melimpah." Itulah kalimat para tetua yang meyakinkan Magdalena agar mau menikah.

"Kalau tidak mau, desa akan mendapatkan kesialan terus menerus. Kau mau di salahkan atas semua itu? Kalau kau tidak mau menikag maka nenek mu yang harus menjadi persembahan untuk para dewa pertanian. Dia harus di korbankan dan di kubur hidup-hidup." Kalimat para tetua yang tak bermoral dan tak manusiawi saat itu membuat Magdalena mencengkram tangannya, dadanya sesak dan air matanya pun mengalir.

Meski pria yang akan menikahi Magdalena terbilang pria yang baik dan sopan, dia adalah seorang pria tampan pendatang baru yang tinggal di desa Magdalena dan bekerja sebagai keamanan di kota, layaknya seperti polisi kota, namun tetap saja Magdalena tidak tertarik, ia adalah gadis dengan wawasan yang luas.

Tidak ada yang bisa Magdalena lakukan, ia tidak ingin kehilangan sang nenek, akhirnya Magdalena setuju menikah namun dengan mengajukan 2 syarat.

"Saya mau menikah namun dengan 2 syarat. Pertama, pernikahan ini harus di rahasiakan dari siapapun. Kedua saya tetap harus bersekolah, dan saya tidak ingin berhubungan badan sebelum saya lulus dari sekolah." Kata Magdalena kala itu.

Akhirnya pesta pernikahan di gelar sederhana saat usia Magdalena genap menginjak 18 tahun, Magdalena yang masih muda, cantik, dan energik.

Meski pesta terbilang sederhana namun karena banyaknya tamu yang datang membuat semuanya menjadi meriah penuh canda gelak tawa, pesta itu di hadiri oleh seluruh desa. Semua di persiapkan dengan suka cita dan rasa syukur.

Banyak lampu-lampu bulat berwarna-warni menggantung di atas kepala mereka, lalu berjejer di sepanjang jalan obor api, semua juga memasang obor api yang ada di sekitar rumah mereka, nuansa remang-remang dan cahaya oranye berpendar menjadi pelita yang romantis dan hangat.

Semua acara dari pagi hingga malam berjalan lancar, hingga malam pun pesta masih berlanjut, semua orang tenggelam dalam minum-minuman yang memabukkan.

Namun, kesenangan para penduduk desa di malam pernikahan itu tak sampai hingga pagi, tengah malam, ketika semua orang masih asyik berpesta dengan minuman-minuman yang ada di tangan mereka.

Sebuah ledakan tiba-tiba saja mengguncang seisi desa.

"DUAAARRRR!!!"

Malam itu pasangan pengantin sedang berada di dalam kamar pun terkejut, karena rumah mereka bergetar hebat.

Pasangan pengantin saling menatap, hingga kemudian si pria hendak memeriksa apa yang sedang terjadi di luar, namun sebelum beranjak turun dari ranjang, seseorang lebih dulu mendobrak pintu kamar mereka.

"BRRAAAKKK!!!"

"Aaaa!!!" Magdalena yang kala itu berdiri di dekat jendela kamar berteriak histeris ketika seorang pria berkulit hitam memiliki tubuh besar dan kekar memegang senapan laras panjang di tangannya.

Magdalena masih memakai gaun pengantinnya yang berwarna putih, sedangkan pria yang ada di atas ranjang yang baru beberapa jam menjadi suaminya telah bertelanjang dada, naas peluru menembus kepalanya.

"DOOORRR!!!"

Darah pun muncrat hingga mengenai gaun pengantin Magdalena, leher Magdalena pun juga berwarna merah karena percikan darah suaminya.

Tubuh Magdalena mendadak kaku, ia hanya bisa berdiri terpaku melihat jasad suaminya yang membuka mata lebar dengan kepala berlubang.

Tanpa terasa pipi Magdalena basah karena air mata yang keluar, ia berharap semua ini hanyalah mimpi buruk belaka, namun ketika si pria penembak mencengkram rahang dan pipi Magdalena, ia pun merasakan sakit dan ngilu, membuat Magdalena sadar bahwa ini bukan mimpi.

Pernikahan yang seharusnya menjadi sesuatu yang membahagiakan sepanjang hidup Magdalena, kini justru menjadikan kenangan buruk seumur hidupnya.

Desa yang sedang dipenuhi pesta meriah, suka cita dan penuh doa berkat dari para tamu lalu makanan yang enak, serta gelak tawa dari sang mempelai dan para tamu pun menjadi lautan berdarah yang mengerikan.

Magdalena yang masih terkejut dan syock melihat kondisi suaminya hanya bisa terpaku seperti patung, ia tidak dapat berfikir dengan akal sehatnya lagi, dan air matanya mengalir tanpa celah di pipi.

Si pria bongsor berotot kemudian menggendong Magdalena yang masih syock dengan satu tangan lalu menaikkannya di atas pundaknya dengan posisi tubuh Magdalena menggantung.

Rambut Magdalena yang panjang menjuntai kebawah, dalam keadaan syock Magdalena hanya bisa pasrah, entah apa yang akan terjadi kepadanya.

"Kumpulkan semua orang yang masih hidup!" Perintah si pria hitam bertubuh kekar yang menggendong Magdalena di pundaknya.

Kemudian si pria hitam menaruh Magdalena di dekat orang-orang desa yang masih hidup namun dalam keadaan ketakutan, mata Magdalena kosong, seperti tanpa jiwa.

Ketika ia melihat kesekeliling halaman rumahnya, sudah banyak jasad mati berlumuran darah berserakan bagaikan sampah tak berharga.

"Kumpulkan semua uang dan barang berharga yang mereka punya!" Teriak si pria hitam lagi dengan meminum beberapa botol alkohol.

"Tuan kami telah mengumpulkan semua perhiasan, lalu apa selanjutnya."

"Bawa semua bahan makanan ke dalam truk dan kita pergi." Kata Si pria hitam.

"Baik Tuan."

Beberapa orang telah selesai mengerjakan apa yang di perintahkan, truk-truk besar telah terisi penuh bahan makanan, entah itu mentah atau matang, tak lupa juga harta benda milik para warga desa.

"Sayangnya aku lebih suka harta dan makanan daripada tubuh wanita." Kata si pria hitam melihat Magdalena.

"Tuan semua sudah siap." Kata salah seorang pria.

"Kita pergi sekarang." Perintah si pria hitam.

Kemudian si pria hitam melewati Magdalena yang gemetaran.

"Tuan mengapa anda tidak membawa gadis itu, dia bahkan belum menyelesaikan malam pertama, artinya dia janda perawan." Kata bawahan yang lain.

"Bukan janda perawan bodoh, tapi janda kembang!" Sahut bawahan yang lain lagi.

"Semua wanita merepotkan!" Kata si pria hitam.

"Kalau begitu bagaimana jika saya menikmatinya sebentar Tuan?" Tanya salah satu bawahannya lagi.

"Kita merampok harta dan makanan, kita membunuh dan membantai, tapi kita tidak memperkosa wanita! Apa kau mau kehilangan leher dan benda kerasmu itu!" Kata si Pria hitam menodongkan senapannya di antara ************ si bawahan.

"Aa... Aampunn Tuan... Saya tidak berani!" Kata si bawahan lagi.

Kemudian para perompak itu masuk ke dalam truk-truk mereka, total mereka ada sekitar belasan orang, Magdalena hanya sekilas mengira-ngira karena pikirannya masih tidak stabil.

Setelah para perompak pergi, semua orang menangis histeris mencari keluarga mereka masing-masing.

Magdalena tanpa alas kaki menuju sebuah jasad yang paling ia kenali, tubuh gemuk, dengan rambut yang seluruhnya telah beruban, dan kulit putih yang keriput.

"Neennneekkk....!!!!" Magdalena berteriak sembari menangis menahan dadanya yang sesak.

Tubuh nenek tua itu, telah berlumuran darah, bahkan kulitnya telah sedingin es.

"Neneeeekkkk....!!! Bangunlaahhh....!!!" Teriak Magdalena lagi.

"Aku hanya memiliki dirimu!!! Apa yang telah mereka semua perbuat pada kita!!! Mereka semua peenjahat!!! Biadaaapp!!!!"

Magdalena menangis tergugu di atas jasad sang nenek yang mulai membiru karena kehabisan darah.

Bersambung

Terpopuler

Comments

𝔐𝔢𝔩𝔦𝔞𝔫𝔞 𝔰𝔦𝔯𝔢𝔤𝔞𝔯

𝔐𝔢𝔩𝔦𝔞𝔫𝔞 𝔰𝔦𝔯𝔢𝔤𝔞𝔯

mampir

2023-04-29

0

johanna

johanna

nyimak

2023-04-13

0

Rohan

Rohan

Nyimak

2023-04-13

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!