"Tapi tuan Reid, apakah anda yakin pernikahannya dilaksanakan di sini?" Tanya Tetua.
"Tidak masalah."
"Ba... Baik Tuan."
Akhirnya ritual sakral untuk mengubur hidup-hidup Magdalena agar terhindar dari kesialan, menjadi acara pernikahan bertema berkabung.
Semua orang memakai pakaian serba merah senada dengan pakaian Reid yang berwarna merah darah, bahkan lubang makam masih utuh belum di tutup, sang Tetua kemudian membacakan doa untuk pernikahan Reid dan juga Magdalena.
"Aku tak percaya, pada akhirnya ritual pemakaman ini berakhir dengan pernikahan. Apa ini pertanda buruk?'" Bisik salah satu orang.
"Ssstt... Jika Tuan Reid mendengar, kita akan kehilangan kepala kita."
"Aku bersumpah, aku lebih ingin di kubur daripada menikah dengan pria yang tidak aku tidak kenal." geram Magdalena.
Reid menatap Magdalena dengan dingin.
"Maka bayar hutang suamimu, dan kau bisa melanjutkan debut sirkus mu di kubur hidup-hidup." Kata Reid dingin.
Magdalena menelan ludahnya dan menggigit bibir, ia juga menahan air matanya agar tidak turun, Magdalena berusaha agar pria itu tidak mengintimidasinya, tapi apapun caranya ia tidak memiliki semua kekuatan itu, bahkan yang paling ia butuhkan sekarang hanya makanan.
Setelah Tetua membacakan mantra-mantra doa, kemudian Tetua menepukkan tangannya berkali-kali dan mengambil tangan Reid serta tangan Magdalena, untuk di satukan.
"Kalian sah menjadi suami istri." Kata Tetua.
"Bagus. Ayo pulang. Qartel, urus dokumen pernikahan kami." Kata Reid berjalan lebih dulu.
"Baik Tuan." Kata Qartel menunduk.
Kemudian Qartel melihat ke arah tetua dan para penduduk.
"Mohon untuk di rahasiakan tentang pernikahan ini. Siapapun yang membocorkannya akan mendapatkan hukuman yang tidak pernah di bayangkan sebelumnya." Kata Qartel dingin.
Para penduduk desa langsung bergidik dengan tatapan buas Qartel, mereka langsung menutup rapat-rapat mulut dan menutup telinga serta mata.
Magdalena berjalan pelan, namun ia benar-benar kehabisan tenaga, dan tiba-tiba ambruk di tanah. Reid melihat kebelakang, dan Qartel pun menolong.
Keacuhan dan ketidak pedulian Reid membuat semua orang menjadi lebih ngeri, mereka tidak bisa membayangkan apa yang akan Magdalena dapatkan dengan pria itu, mereka tidak bisa membayangkan apa yang akan Magdalena jalani, terlebih pria itu yang awalnya ingin melajang dan sangat kasar pada wanita, kini tiba-tiba menjadikan Magdalena istrinya.
Apakah setelah menikah pria itu bersedia di sentuh istrinya, apakah setelah menikah pria itu mau berbagi ranjang? Jadi untuk apa sebenarnya pernikahan itu? Semua orang satu pikiran ketika melihat acuh tak acuh Reid pada Magdalena yang tersungkur jatuh di tanah. Reid pria gila, ia hanya akan menyiksa Magdalena. Semua pikiran-pikiran buruk melintas di kepala orang-orang.
Qartel menggendong Magdalena yang pingsan dan akan membawa nya ke mansion bersama mereka.
Pesawat pribadi telah menunggu di landasan pribadi mereka, Magdalena sudah terbaring di atas ranjang di dalam pesawat.
"Tuan..." Sapa Qartel berdiri di hadapan Reid yang duduk dan menyesap sampanye.
"Ubah lokasi, kita akan ke kota A." Perintah Reid.
"Tapi kenapa tidak tetap tinggal di sini Tuan?"
Reid memandang melalui jendela kecil pesawat pribadinya yang telah mengudara, awan-awan berwarna putih seperti kapas terlihat sangat indah.
"Terlalu banyak orang yang mengenali Magdalena, jujur saja, Magdalena sangat populer, jika tetap berada di sini, berita akan cepat menyebar, di sini, kota X adalah tempat dimana para musuh ku ingin menjatuhkanku. Jika dia ada di kastil ku, cepat atau lambat semua orang akan tahu siapap istriku, dan di Kota A adalah tempat paling aman, dimana semua wilayah sudah menjadi milikku." Kata Reid kemudian meneguk sampanye lagi.
Qartel mengerti dan menunduk.
*****
Siang semakin terik dan waktu terus berjalan hingga kemudian matahari semakin condong untuk tenggelam, sinar senja pun masuk ke dalam kamar, sorot cahaya menyinari wajah Magdalena.
Perlahan ia merasakan kepanasan di wajahnya dan memiringkan kepala ke sisi kiri, matanya yang memiliki bulu lentik yang lebat bergerak-gerak.
Sedikit demi sedikit Magdalena sadar, dan melihat ke sekelilingnya. Pandangannya masih buram, namun ia melihat infus menggantung dan bergoyang ketika ia menggerakkan tangannya.
Magdalena, membuka matanya lebar, ia melihat ruangan kamar yang sangat luas, dengan tirai-tirai besar dan berat menjuntai dari atas hingga ke lantai.
"Nona anda sudah bangun." Kata seorang wanita yang memakai seragam.
"Di... Dimana aku..." Magdalena merasa kepalanya masih terasa sangat sakit.
"Anda berada di mansion Tuan Reid."
Ingatan Magdalena kembali pada saat ia menjalani pernikahan paksa dan dalam keadaan tekanan mental tiba-tiba saja jatuh pingsan.
Magdalena kemudian perlahan duduk.
"Hati-hati Nona, tubuh anda masih sangat lemah. Saya akan memanggil para pelayan lain untuk membawakan makanan."
Magdalena tidak menanggapi dan acuh, ia lebih memikirkan tubuhnya yang masih terasa sangat lemah meski ia bukan orang yang memiliki pendidikan tinggi, namun ia tahu, infus yang terpasang adalah elektrolit untuk tubuhnya, ia tahu dirinya dehidrasi parah.
Beberapa menit kemudian para pelayan masuk membawa beberapa troli penuh dengan makanan dan buah-buahan, dan kemudian seorang wanita paruh baya ikut bersama dengan mereka.
Seragam wanita paruh baya itu berbeda, meski telah memiliki umur yang tak muda lagi, namun masih terlihat wawasan yang tinggi, ulet, dan kuat, apalagi gerakannya juga elegan.
"Nona anda harus makan." Kata wanita paruh baya itu yang memakai seragam hitam dengan rok sebatas lutus.
"Aku lebih baik mati."
"Jangan berkata seperti itu Nona. Nenek anda pasti akan sedih."
Magdalena langsung menatap wanita itu, usianya memang tak muda lagi, namun bisa terbilang masih sangat kuat.
"Saya mengenal nenek anda dengan baik, dia adalah orang yang sangat baik dan ramah."
"Kepala pelayan, ada pesan dari Tuan Reid, jika Nona sudah bangun katanya..."
Dengan cepat wanita yang di panggil kepala pelayan langsung memberikan kode agar pelayan itu berhenti.
Kemudian para pelayan menundukkan kepala, dan kompak undur diri.
"Makanlah..."
Magdalena ragu, ketika wanita itu mengambilkan beberapa makanan dan hendak menyuapinya.
"Saya sudah menganggap anda sebagai cucu saya sendiri, anda tahu apa yang terakhir nenek anda katakan pada saya? Jika dia pergi, saya harus menjaga anda dan membawa anda ke sini, setidaknya di sini anda bisa bekerja dengan tubuh yang tetap bersih, dari pada anda bekerja dan meneruskan pekerjaan nenek anda di ladang dan persawahan. Tapi ternyata, Dewa memiliki rencana lain, anda datang sebagai majikan yang harus saya layani dengan segenap hati saya."
Magdalena menahan air matanya, saat tangan wanita itu terulur maju untuk menyuapi, Magdalena mulai membuka mulutnya sembari menangis.
"Panggil saya Deborah, saat anda membutuhkan sesuatu." Katanya sembari menyuapi Magdalena.
Magdalena tidak berbicara dia hanya tetap mengunyah dengan pelan dan menangis.
"Nenek anda dulu adalah seorang bangsawan terpandang."
Saat itu, Magdalena langsung melihat ke arah Deborah, ia berhenti mengunyah dan berharap mendapat penjelasan lebih lanjut.
Deborah kembali menyuapi Magdalena dan melanjutkan kalimatnya.
"Namun nenek anda memilih hidup bersama pria yang sangat dia cintai, keluarganya menentang dengan keras."
Magdalena mendesahkan nafasnya dan menghapus air matanya.
"Kedua orang tua ku dan nenekku tidak pernah menceritakan itu bahkan sampai akhir hayat mereka."
"Itu karena mereka tidak ingin membuka luka lama dan tidak ingin anda menjadi sedih, dulu nya saya adalah pelayan setia keluarga nenek anda, saat itu umur saya terbilang masih muda, nenek anda sangat cantik, dan saya seperti melihat dirinya ada di dalam diri anda. Saya senang melayani nenek anda karena dia berbeda dengan para bangsawan lain."
Magdalena kemudian mengambil piring dari tangan Deborah dan kemudian makan sendiri dengan lahap.
Melihat semangat dan kesungguhan Magdalena ingin tetap hidup membuat Deborah pun tersenyum.
"Anda harus makan dengan banyak, saya ada sesuatu yang harus di urus." Kata Deborah membelai punggung Magdalena.
"Jika anda memerlukan saya, di sini sudah ada buku catatan pelayan." Kata Deborah dan mengeluarkan buki dari laci.
Kemudian Deborah pergi, sedangkan Magdalena makan dengan air mata mengalir, ia harus tetap kuat, ia tahu neneknya akan marah dan sedih jika melihatnya hancur dan bahkan tak ingin hidup.
Magdalena ingat bagaimana neneknya berjuang demi menghidupinya agar tetap hidup.
Magdalena ingat bagaimana neneknya selalu menggendongnya agar dia tidak kelelahan.
"Nenek..." Kata Magdalena berhenti makan.
Mulut Magdalena telah penuh dengan makanan, dan ia menangis sejadinya, tangannya pun memukul-mukul dada karena makanan yang tersangkut di dadanya membuatnya sesak. Magdalena menangis dan menangis.
"Apapun yang akan terjadi, aku akan bertahan. Nenek, aku janji padamu aku tak akan kalah pada siapapun, aku tak akan menjadi gadis lemah yang mudah di tindas siapapun, aku akan melawan mereka, aku tidak akan terjerumus dalam lubang yang sama lagi, pria brengsek yang telah menipu kita, dia layak mati, dan untungnya dia mati, jika tidak, aku sendiri yang akan membunuhnya dan mengotori tanganku dengan darahnya."
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
istri king kurkan
Magdalena ada darah bangsawannya ternyata😃
2025-02-21
0
graver el mubarak
Masih gw pantau
2023-04-13
0