Beberapa hari kemudian setelah pembantaian~
Serangkaian acara dan upacara ritual telah di siapkan oleh para penduduk desa, setelah pembantaian dan perompakan besar-besaran di desa itu.
Magdalena, janda yang masih perawan. Dia adalah pengantin yang di tinggal mati suaminya sebelum malam pertama.
Dalam aturan adat istiadat di desa itu yang telah berlangsung sejak jaman nenek moyang, seorang pengantin yang di tinggal mati suaminya sebelum malam pertama di percaya akan menjadi pertanda buruk dan kesialan bagi seluruh penduduk.
Maka, telah menjadi warisan turun temurun si pengantin wanita akan di kubur hidup-hidup atau di bakar hidup-hidup.
Jika kematian sang suami siang hari, maka pengantin wanitanya akan di bakar hidup-hidup, jika itu malam hari maka pengantin wanitanya akan di kubur hidup-hidup.
Magdalena sudah tahu itu, sejak awal Magdalena adalah gadis yang paling kuat menentang hal yang tak manusiawi dan tak masuk akal itu, namun para tetua desa justru mendiskriminasikannya dan menghukumnya.
Magdalena pernah di penjara tanpa makan dan hanya di berikan minum selama 2hari karena keteguhannya menolak berbagai macam ritual yang tak logis.
Beberapa hari sebelum Ritual utama, Magdalena harus memakai pakaian merah dan di haruskan mengurung diri di dalam rumah tanpa boleh menginjakkan kaki di tanah, akhirnya kini sampailah pada ritual utama. Magdalena akan di kubur hidup-hidup.
Di saat para penduduk masih berkabung kehilangan keluarga mereka dan harta benda, kini seolah mereka pun melampiaskan semua amarah dan kekesalannya pada ritual Magdalena.
Seolah Magdalena lah yang telah membawa segala tragedi itu. Para tetua meyakini, Magdalena yang selalu menentang ritual-ritual mereka membuat para dewa marah dan mengirimkan para penjahat untuk membantai mereka.
"Itu adalah pembalasan yang keji dari para dewa karena mereka telah murtad, karena Magdalena telah menentang para dewa." Kata salah satu tetua yang saat itu sangat membenci Magdalena.
Hari ini seluruh penduduk memakai pakaian serba merah dengan penutup wajah kain transparan yang merah pula.
Dua wanita paruh baya yang menggunakan gaun merah memegangi kedua lengan Magdalena yang juga menggunakan pakaian serba merah, semua wanita memakai penutup kepala kain transparan merah, bahkan sebelumnya para wanita paruh baya itu juga telah mengecat semua kuku Magdalena dengan warna merah.
Tanpa alas kaki Magdelan di tuntun, tubuh Magdalena yang beberapa hari tidak di perbolehkan makan dan minum terhuyung-huyung karena pusing dan lemas.
Seorang pendeta tua, yang memiliki kekuasaan sebagai tetua di desa tersebut kemudian membentangkan kain merah yang besar lalu menutupi tubuh Magdalena.
Perlakuan itu, sebagai simbol bahwa Magdalena adalah sesuatu yang di anggap sebagai pembawa sial dan harus di tutupi dengan kain merah untuk melawan dan agar tidak dapat menyebarkan kesialannya di desa.
"Semua ini karena dia selalu menentang ritual para tetua, dia juga yang paling pandai bicara saat berdebat dengan para tetua, dia bilang segala ritual yang di lakukan tidak masuk akal, bahkan dia menyelamatkan gadis perawan yang akan di bakar hidup-hidup karena ditinggal mati suaminya sebelum malam pertama. Sekarang dimana gadis yang pernah ia selamatkan itu? Cih! Dasar! Seandainya dia tidak menyinggung para dewa desa ini pasti tidak akan di bantai habis-habisan!!! Aku kehilangan suami dan anak-anakku juga!!" Kata salah satu wanita dengan tatapan kebencian dan uraian air mata.
"Sekarang bukan hanya dia yang harus menanggung amarah para dewa, tapi kita semua juga ikut menanggung!! Dasar, dia harus secepatnya di kubur, agar kita semua terhindar dari kesialan yang berlanjut!" Lanjut wanita lain nya lagi.
"Artinya Magdalena telah di kutuk bahkan sebelum dia menjadi janda dan membuat kita semua menanggung juga kesialan yang telah ia perbuat."
"Magdalena akan merasakan hukuman yang lebih berat dari dewa setelah di kubur!!!"
Semua omongan menyakitkan itu sampai di telinga Magdalena, bahkan ketika itu dia melihat janda perawan yang pernah ia selamatkan saat akan di bakar hidup-hidup. Magdalena melirik janda perawan itu, namun ternyata janda perawan itu lebih memilih untuk pergi meninggalkan Magdalena.
"Aku jijik padanya!! Magdalena yang sok pintar!!!" Kata salah satu wanita lainnya menatap nanar.
Magdalena mendengar semua cacian itu, namun ia hanya diam dan menerimanya begitu saja, ia pasrah dan tak dapat berbuat apapun.
Sang tetua kemudian maju dan berdoa.
"Ya Dewa... Terimalah jiwa pendosa yang kami kirimkan padamu, dia yang telah murtad dan menghakimimu, dia yang membuatmu marah, hukumlah dia dan jangan hukum kami, bebaskan kami dari segala kesialan dan keburukan, berikan kami kejayaan kembali!!!"
Kemudian Tetua melihat kearah pengiring Magdalena dan mengangguk bahwa Magdalena siap untuk di masukkan ke dalam tanah.
Saat para pengiring memapah Magdalena agar Magdalena masuk ke dalam galian tanah yang sudah di buat, terlihat dari kejauhan mobil-mobil mewah saling berurutan dan menuju desa mereka.
Mobil-mobil itu kemudian terparkir rapi, seorang pria kemudian keluar dari salah satu mobil yang berukuran lebih panjang.
Para pengawal juga sudah bersiap dan saling menjaga situasi.
Pria yang keluar lebih dulu kemudian membuka pintu mobil yang panjang, lalu sebuah kaki yang jenjang dan memakai sepatu mengkilat terlihat keluar dan menapak di tanah yang sedikit basah, sedikit demi sedikit tubuh besar yang kuat akhirnya menyembul keluar dari mobil.
Para wanita berdecak setelah si pria benar-benar keluar dari mobil dan berdiri tegak.
Pria tampan dengan setelan jas mahal dan rapi berwarna merah hati laksana warna darah, serta mantel hitam yang besar menggantung di bahu. Pria itu menyembunyikan kedua tangannya di dalam saku celana.
Rambut berwarna hitam tertata rapi, dengan hidung yang mancung dan garis rahang yang kuat, lalu pria itu juga memiliki mata yang tajam dan kejam.
"Si... Siapa mereka..." Kata salah satu wanita.
"Apa mereka juga akan merampok kita..." Kata salah satu pria yang ketakutan.
Seorang tetua pun juga merasa tubuhnya gemetar, aura pria yang baru saja datang itu memang sungguh luar biasa.
Hanya dengan tatapan mata yang jauh, dan terlihat dingin, membuat semua orang dapat paham dan mengerti jika pria yang baru saja keluar dari mobil itu bukanlah orang sembarangan.
Pria itu berjalan perlahan, mantel yang menggantung tertiup oleh angin yang sepoi-sepoi datang dari persawahan yang luas.
Seorang tetua yang telah uzur berjalan tertatih di dampingi sang cucu pria.
Meski telah memegang tangan cucunya, namun tetua yang telah uzur itu masih saja gemetaran, entah karena ia telah berumur ataukah karena ia ketakutan dengan pria yang ada di hadapannya.
"Tu... Tuan... Reid Armond..." Kata Tetua itu berusaha menundukkan kepala sebaik mungkin.
Semua orang langsung terkejut dan seperti terkena serangan panik berjamaah.
Pasalnya Reid Armond adalah pria penguasa yang sangat kejam dan dingin, bahkan ia adalah pria yang tidak suka turun ke daerah pelosok atau pun daerah kotor.
Reid Armond si penguasa wilayah, pemilik lahan paling besar, dan konglomerat paling di takuti.
"Ku dengar ada pesta pernikahan di sini, aku ingin menyapa mempelai nya, kenapa tidak ada yang mengundangku?" Kata Reid Armond dingin, wajahnya datar tanpa ekspresi apapun.
Para penduduk merasa takut dan ngeri, belum lagi rumor yang mengatakan bahwa siapapun yang tidak sengaja menyinggung Reid Armond maka di pastikan mereka langsung terpenggal dan keluarganya hancur, bahkan para bangsawan di wilayah kota pun ketakutan.
"Aaa.. Aa.. Apaa... Yang dia cari di desa pelosok ini...." Kata wanita pengiring dengan ketakutan.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
istri king kurkan
minggir semua!! 🫷🫸paduka Reid armond mau lewat 😎
2025-02-20
0
graver el mubarak
Keren lanjut
2023-04-13
0