Dunia Roh
Jauh sebelum ilmu silat merambah dunia, manusia dan monster pernah hidup berdampingan.
Di Benua Wuci, setiap manusia dipercaya memiliki satu roh pelindung. Roh pelindung yang dimaksud tidak hanya makhluk berkaki seperti hewan tetapi ada juga yang berasal dari artefak, tanaman bahkan elemen.
Kehidupan manusia dan monster mulai tidak harmonis setelah pengetahuan tentang kebangkitan kekuatan roh tersampaikan ke indra manusia.
Dikatakan kekuatan roh dalam diri manusia dapat bangkit bahkan meningkat dengan cara menyerap inti kehidupan monster yang sesuai dengan jenis roh pelindungnya. Semenjak itu eksistensi monster mulai diburu. Manusia lalu memberi julukan baru untuk makhluk malang itu, monster roh. Sedangkan mereka, mereka yang telah berhasil membangkitkan kekuatan roh menyebut dirinya shiivu.
Hanya dengan membunuh monster roh barulah inti kehidupannya dapat diambil. Namun, sekuat apa pun kekuatan roh yang bangkit, seorang shiivu masih memiliki batasan untuk setiap inti kehidupan yang bisa mereka serap.
Seperti yang dikatakan bahwa ada sebuah batasan, maka ada pula konsekuensi jika melanggarnya.
Dikisahkan pada masa leluhur pertama di mana para shiivu belum sebanyak sekarang. Seorang leluhur di masa itu telah membuat kekacauan dengan menciptakan kekuatan baru. Kekuatan itu kuat, tetapi terlalu kelam dan mampu menenggelamkan. Xiee, begitu mereka menyebutnya. Kekuatan Xiee tidak lain berasal dari tubuh sang leluhur yang menyerap inti kehidupan melampaui batas yang bisa ditampung tubuhnya. Akibatnya sang leluhur ditelan oleh kekuatannya sendiri.
Tidak terbayangkan akibat dari tindakan itu. Bahkan sang leluhur tersebut yang mana telah mencapai tingkat grandmaster—sebentar lagi akan mencapai spirit emperor; gelar teratas yang dapat dicapai seorang shiivu, tetapi ia masih juga kesulitan menghalau kekuatan gelap yang bangkit di tubuhnya.
Adalah hal yang lebih buruk jika itu terjadi pada seorang shiivu yang masih di tingkat dasar. Kekuatan xiee bersifat ganas dan menguasai. Jadi ketika tubuh yang ia naungi tidak lebih kuat maka kekuatan itu mampu mengambil alih kendali tubuh bahkan menyebabkan sang induk kehilangan kesadaran juga ingatannya.
Hal yang dialami sang leluhur tidak jauh berbeda. Walaupun ia seorang grandmaster, tetapi inti kehidupan yang ia serap berasal dari monster roh berumur seratus tahun, itu telah menjadi masalah karena ia menyerapnya tepat setelah gelar grandmaster belum lama ia dapat.
Karena tindakannya, gelar grandmaster yang ia peroleh tidak dapat menolong terlalu banyak. Ia masih mengingat namanya tetapi yang ada dalam hati dan pikirannya hanya tentang keinginan membunuh dan membinasakan.
Penaklukan kekuatan xiee disaksikan langsung oleh seorang wanita paruh baya dengan seorang balita dalam gendongannya.
Saat itu, noda darah menghiasi sebagian permukaan pakaiannya juga kain tipis yang menutupi setengah wajahnya. Melihat dari warna pakaian yang ia kenakan, itu tampak seragam dengan beberapa orang yang kini masih berjuang menaklukkan sang pemilik kekuatan xiee. Wanita itu berlari menjauhi kekacauan sembari memeluk erat balita yang digendongnya. Kecemasan sangat jelas tergambar di matanya.
Rupanya sosok itu tidak berlari hanya karena melindungi anaknya dari amukan sang pemilik kekuatan xiee, tetapi ia tengah diburu. Empat orang menyusul di belakang membuat wanita itu harus mengabaikan napas terengah juga rasa sakit di beberapa bagian tubuhnya.
Dalam pelariannya, wanita itu membatinkan dua kata lalu sejurus kemudian, iris pada bola matanya berubah warna. Bersamaan dengan itu, pemandangan hutan yang sedang dilihatnya kini berganti dengan ujung pulau yang di depannya membentang lautan luas.
Wanita itu tidak menampilkan reaksi berarti, hanya warna matanya yang kembali berubah lalu wanita itu semakin mempercepat larinya. Setelah beberapa saat, seperti yang ia lihat sebelumnya, kini wanita itu telah mencapai ujung pulau dan berhenti tepat di bibir pantai. Susah payah ia mengatur napas, tetapi ia hanya abai dan dengan cepat beralih pada sosok dalam gendongan.
Balita itu terpejam, sangat tenang tidak terusik sama sekali padahal sang ibu tengah menantang bahaya.
Tanpa menunggu lagi wanita itu segera mengeluarkan sang anak dari gendongan, mengangkat tubuh anak itu hingga posisinya sampai pada memeluk. Air mata lolos membasahi kain tipis yang kembang kempis di wajah sang wanita. Ia lalu menarik posisi sang balita hingga beralih mengecup kening anak di tangannya. Tidak lama tetapi penuh penghayatan, seolah itu akan menjadi kecupan terakhirnya.
"Maafkan ibu," lirihnya. Sekali lagi, bulir bening meluruh dari sela kain dan kulit putih pucat itu.
Sang wanita memejamkan matanya. Setelah membatinkan beberapa kata, pusaran angin transparan mengangkat tubuh sang balita membawanya pada posisi berbaring. Itu tidak menggangu sama sekali sehingga sang balita tetap tenang tanpa terusik sedikit pun.
Wanita itu memandang ke depan. Raut keengganan tampak jelas ia perlihatkan namun segera ia tepis. Setelah meyakinkan hati, wanita itu mengangkat tangan lalu pijar kehijauan menguar dari benda yang ia pegang. Benda itu terangkat mengikuti arah tangan yang mendorong benda itu bergerak maju hingga menembus pusaran angin yang melingkupi sang balita, sebelum akhirnya menghilang masuk ke dalam tubuhnya.
Melihat itu, sang wanita menghela napas gusar sebelum kemudian bergumam, "Semoga benda itu akan melindungimu di mana pun kau berada."
Setelah mengucapkan kalimatnya, sang wanita segera berbalik berlari mengambil arah berlawanan. Langkahnya tampak berat tetapi ia tidak ingin berbalik seolah sudah mengetahui kalau pusaran angin itu telah membawa anaknya pergi menyeberangi lautan yang tidak ia tahu di mana akan sampai. Ia menyeka cepat air mata di balik kain tipis yang lagi-lagi turun. Ia sadar tidak ada yang bisa ia perbuat selain menerima ketentuan takdir.
Kuharap kau baik-baik saja, batinnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 5 Episodes
Comments
Apidut
jadi liar :(
2023-04-14
1