More Than Love
"Surprise! Pertunanganmu dengan Ezra akan diselenggarakan minggu depan," ujar Belinda setelah pulang dari dinner bersama keluarga besar Ezra Abraham.
"What?" pekik Jizelle Merrivale.
Jizelle adalah anak tunggal dari pasangan Belinda dan Henry. Kedatangan orang tuanya setelah pergi makan malam bersama keluarga Ezra nyatanya membawa kabar buruk untuk gadis yang berusia 25 tahun itu.
"Kenapa terkejut begitu? Harusnya kau senang. Mama dan Papa sudah sepakat dengan keluarganya."
"Kenapa kalian mengambil keputusan sepihak? Aku sama sekali tidak menyukai Ezra. Jangankan untuk menikah, bahkan bertunangan pun tidak ada di dalam benakku!" ujar Jizelle menunjukkan rasa kesalnya.
"Itu bukan sepihak, Sayang. Ezra juga ada di sana. Dia setuju menerimamu menjadi calon istrinya," sahut Henry.
"Aku tidak, Pa! Sampai kapan pun aku tidak akan mau bertunangan dengan Ezra!"
"Jizelle, tolong jangan permalukan keluarga kita. Semua persiapan pertunangan sudah disiapkan. Jadi, kau harus datang pada akhir pekan nanti," tegas Belinda tidak bisa dibantah.
Jizelle memutuskan meninggalkan kedua orang tuanya untuk masuk ke kamar. Kabar yang dibawa mereka bukan kabar yang baik. Terlebih Jizelle hanya mengenal Ezra sebatas anak dari sahabat orang tuanya. Tidak pernah terbersit rencana konyol itu.
"Ma, bagaimana cara kita menghadapi Jizelle? Sudah papa katakan sejak awal kalau anak itu pasti menolaknya," ujar Henry cemas.
"Papa jangan khawatir. Kita sudah sepakat dengan keluarga Ezra. Veronica dan Evan pun sudah setuju. Lalu, apalagi sekarang? Aku cuma tinggal memastikan kalau Jizelle datang di hari pertunangannya. Itu saja," ujar Belinda tetap tenang.
Sementara Jizelle sendiri sudah melemparkan beberapa bantal dari ranjangnya. Kamar yang semula rapi mendadak seperti telah terjadi perang di sana. Ya, perang batin dalam diri Jizelle sendiri.
"Ini tidak benar! Aku sama sekali tidak suka dengan Ezra. Walaupun aku belum memiliki pasangan, bukan berarti Ezra menjadi pilihan terakhirku."
Mau menolak pun sudah tidak bisa. Semua seakan sudah dikendalikan oleh keluarga Ezra. Gaun pertunangan sudah dikirim ke rumah keluarga Jizelle. Tidak hanya itu, undangan sudah disebar kepada beberapa keluarga dan koleganya.
Seperti waktu yang sudah dijanjikan, saat ini Jizelle duduk di depan meja riasnya. Dia sedang di-make up oleh profesional make up artist yang sudah disiapkan oleh mamanya, Belinda.
Sebelum mereka pergi ke hotel yang menjadi tempat pertunangan itu, Belinda menyempatkan diri untuk melihat putrinya. Dia hanya ingin memastikan bahwa semuanya berjalan dengan baik.
"Oh, anak mama cantik sekali," puji Belinda.
"Harusnya aku kabur saja," gerutu Jizelle yang ternyata masih bisa didengar oleh mamanya.
"Jangan seperti itu, Sayang. Kau kan sudah lama tidak bertemu dengan Ezra. Hari ini kau pasti akan langsung jatuh cinta padanya."
Bulshit! Sampai kapan pun Jizelle tidak akan jatuh cinta pada Ezra. Alasannya karena Ezra bukan tipe pria yang diharapkan Jizelle.
Suasana hotel yang akan menjadi pertunangan dua keluarga berada itu sudah dipenuhi dengan beberapa bunga di bagian depan. Sebenarnya ini baru pertunangan, tetapi sudah seperti acara pernikahan saja.
Seorang pria muda dengan rambut yang agak panjang diikat dengan rapi. Hidung mancung dengan rahang kokohnya memperlihatkan betapa tampannya dia. Dialah Ezra yang baru saja keluar dari mobil ditemani oleh kedua orang tuanya, Evan dan Veronica.
"Ini akan menjadi pertunangan yang luar biasa, Ma," ucap Ezra saat menggandeng tangan mamanya untuk masuk ke ballroom.
"Tentu saja, Ezra. Jizelle adalah satu-satunya gadis yang menjadi pilihan mama. Sudah lama kan kalian tidak bertemu. Dia semakin cantik saja. Mama berharap kalian selalu bahagia."
"Iya, Ma. Sudah sejak lama aku suka padanya. Saat aku tahu kalau tante Belinda datang dan Mama membahasa pertunangan itu, Ezra rasanya sudah tidak sabar bertunangan lalu menikah."
Tinggal beberapa menit lagi untuk menunggu kedatangan Jizelle dan keluarganya. Tidak ada raut kekhawatiran di wajah Veronica karena dia sudah berhasil memastikan pada Belinda kalau Jizelle akan datang.
Saat Jizelle dan keluarganya datang, sambutan keluarga Ezra sangat luar biasa. Ezra yang melihat lagi wajah Jizelle semakin yakin kalau pilihannya tidak pernah salah.
"Hai, Jizelle. Apa kabar?" sapa Ezra saat berhadapan dengan calon tunangannya.
Jizelle tidak menjawab. Dia masih belum bisa terima menjadi korban pertunangan paksa yang dilakukan kedua orang tuanya. Walaupun Jizelle berada di sini, tetapi pikirannya ke mana-mana.
"Sayang, balas sapaan Ezra," tegur Belinda pelan.
"Jizelle tidak mau, Ma!" tolak Jizelle dengan nada suara yang sengaja diperdengarkan pada semua orang terdekatnya.
"Maafkan Jizelle, Ezra. Sepertinya dia sangat gugup sekali. Bukan begitu, Veronica?" ujar Belinda mencairkan suasana.
"Ah, iya. Seperti kita dulu, Belinda. Aku dulu juga malu-malu menerima Evan. Namun, setelah menikah ternyata aku baru sadar kalau Evan adalah pria sempurna," ujar Veronica membanggakan suaminya.
Acara pertunangan itu pun segera digelar. Tidak hanya pertunangan saja, tetapi Veronica sempat mengumumkan bahwa pernikahan mereka tidak akan lama. Cuma waktunya masih memerlukan kesepakatan dari kedua keluarga.
"Ezra, pasangkan cincin pada jari manis Jizelle, Sayang," perintah Belinda yang sudah tidak sabar.
Jizelle yang menyembunyikan tangannya di balik gaun itu sebenarnya enggan untuk melanjutkan pertunangan ini. Namun, Belinda tidak tinggal diam. Dialah yang menarik tangan Jizelle dan memposisikan agar Ezra mudah memasang cincinnya.
Setelah berhasil memasang cincin di jari manis Jizelle, semua orang bertepuk tangan. Sekarang giliran Jizelle yang harus memasang cincin pada jari Ezra. Sebenarnya dia tidak mau, tetapi Belinda terus saja mengancamnya.
"Jangan permalukan Mama dan Papa! Di sini banyak rekan bisnis keluarga besar kita. Kau tidak mau kan kehilangan semua fasilitasmu itu? Jika tidak, maka segera lakukan apa yang seharusnya!" bisik Belinda.
Perlahan Jizelle memasang cincin itu di jari Ezra. Setelah itu, Ezra berniat memberikan kecupan di punggung tangan Jizelle. Namun, Jizelle segera menepisnya.
"Jangan kurang ajar!" tegur Jizelle.
Ezra pun menarik mundur tangannya. Ternyata bertunangan dengan Jizelle menjadi tantangan terbesarnya. Gadis itu terus saja menjaga jarak sampai pada acara foto bersama. Jizelle dipaksa berdekatan oleh fotografer.
"Terima kasih karena kau tidak kabur dari pertunangan ini," bisik Ezra saat melakukan foto bersama.
"Jangan mimpi kalau kau bisa memiliki aku, Ezra. Pertunangan ini hanya formalitas. Aku bisa saja kabur kapan pun. Kita lihat saja siapa yang akan menang di sini," ujar Jizelle berusaha mematahkan niat Ezra.
"Silakan saja, Calon istriku. Keluarga kita sudah sepakat dan kau tidak akan pernah bisa lari dari kenyataan ini, bukan? Aku beruntung bisa memiliki gadis secantik dirimu."
Sejujurnya Jizelle sangat muak. Jika bukan karena orang tuanya, Jizelle pasti sudah kabur. Dia tetap berusaha bertahan dan memikirkan cara lain untuk lepas dari jeratan Ezra.
"Kita lihat saja, Ezra. Mungkin aku belum memiliki keberanian untuk melawanmu. Saat aku memilikinya, kau pasti akan menyerah," gumam Jizelle.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments
Erni Fitriana
lanjuttt thor
2023-05-14
1