Bab 4. Terlalu Cepat

Cinta yang dirasakan pasangan kekasih itu benar-benar menggebu. Terkadang keduanya pergi bersama, tetapi tidak semata-mata agar orang tahu. Suatu hari, Jizelle yang berniat pergi lagi mendadak harus membatalkan rencananya.

Orang tuanya mendapat undangan makan malam di tempat Ezra. Jizelle pun diharuskan untuk datang.

"Haruskah malam ini, Ma?"

"Iya, Sayang. Mereka mendadak mengabari mama. Untung aja mama tidak ada pekerjaan penting hari ini. Iya kan, Pa?"

Tentu saja Belinda dan Henry tidak bisa menolak. Apalagi selain sebagai sahabat, sebentar lagi akan menjadi keluarga karena pernikahan Jizelle dan Ezra.

"Benar, Jizelle. Kalau kau memang sedang memiliki janji temu dengan orang lain, papa harap agar kau bisa membatalkannya detik ini juga."

Pilihan tersulit. Cintanya juga penting, tetapi untuk tetap menjaga keberlangsungan masa depannya, Jizelle harus bermain cantik dengan menyembunyikan Shane.

"Oke, Papa. Jizelle ke kamar dulu untuk menyiapkan gaun malam ini. Papa dan Mama tentunya akan bersiap juga, bukan?"

Tentu saja mereka harus bersiap. Apalagi tinggal beberapa jam dan mereka harus segera berangkat. Jangan sampai membuat keluarga Ezra menunggu.

Kecantikan Jizelle memang tiada duanya. Apalagi dia memiliki perpaduan wajah mama dan papanya. Sangatlah feminim sekali dipadukan dengan gaun bertali kecil di pundaknya. Tidak hanya itu, punggungnya terekspos setengah sehingga terlihat semakin cantik.

"Kau sangat cantik, Sayang," puji Belinda.

"Terima kasih, Mama."

Setelah sampai di kediaman keluarga Ezra, Jizelle disambut dengan hangat. Veronica, mama Ezra lantas meminta Ezra untuk menyambut calon istrinya.

Ezra segera menyodorkan tangannya untuk menggandeng mesra Jizelle menunju ke meja makan. Jizelle pun menerima uluran tangan itu seperti ratu pada rajanya.

"Kau cantik sekali, Sayang."

Kali ini tidak boleh ada yang terlewatkan. Jizelle hampir saja lupa memakai cincin pertunangannya. Selama ini aman-aman saja karena mama dan papanya sibuk. Kalau sampai mereka tahu, habislah Jizelle.

"Terima kasih."

Semua berkumpul di meja makan. Mereka tidak langsung menyantap makanan itu, tetapi Veronica ingin berbasa-basi dulu sebelum masuk ke inti pembicaraan.

"Bagaimana perjalanan kalian? Lancar dan tidak mengalami kendala, bukan?" tanya Veronica.

"Tentu. Kami datang lebih awal agar bisa berbincang denganmu dulu," sahut Belinda.

"Bagaimana kabar kalian?" tanya Evan.

"Kabar kami baik, Evan. Seharusnya kau tanyakan kabar calon menantumu itu. Kurasa dia seringkali keluar untuk menikmati kehidupannya sebelum terikat pernikahan selamanya," canda Henry.

Ezra tersenyum. Sejak Bertunangan, mereka baru bertemu kembali pada malam ini. Alasannya karena Jizelle tidak begitu dekat. Sedangkan Ezra berniat mengajaknya untuk pergi, takut ditolak.

"Biarkan saja, Om. Nanti juga akan terbiasa dengan kehidupan barunya. Mungkin saat ini ingin menikmati kesendiriannya dulu. Nanti kalau sudah menikah denganku, dia pasti akan menjadi istri yang berada di rumah untuk mengurus suami dan anak," sahut Ezra.

Jizelle tersenyum. Batinnya juga tersenyum, tetapi bukan senyum kebahagiaan. Dia lebih banyak diam ketimbang berinteraksi dengan orang Ezra dan Ezra sendiri.

"Jangan mimpi, Ezra! Aku tidak akan pernah menjadi istrimu sampai kapan pun. Hati dan pikiranku hanya milik Shane, bukan kau. Kalau bisa memilih, aku akan kabur bersamanya," gumam Jizelle.

Veronica memandangi Jizelle. Calon menantunya itu memang sangat cantik, tetapi pikirannya seakan tidak berada di sini. Sebagai seorang wanita yang pernah mengalami fase seperti Jizelle, tentunya ada rasa gugup dan takut menghadapi hari esok.

"Jizelle, kenapa melamun? Apa kau gugup?" tegur Veronica.

"Ah, iya, Tante. Maaf, ya," ujar Jizelle dengan terpaksa.

Sementara para maid sedang lalu lalang menyiapkan makanan. Memang sepenuhnya belum, tetapi obrolan ini akan tetap berlangsung.

"Henry, sebenarnya kami meminta kalian datang karena ingin membicarakan hal serius. Sebelumnya aku minta maaf karena kita harus bicara di meja makan seperti ini," ujar Evan.

"Tidak masalah, Evan. Memangnya ada apa, ya?" Henry memang belum tahu alasan apa keluarga Ezra memintanya datang.

"Kami akan mempercepat jadwal pernikahan anak kita," sahut Veronica.

"Apa? Dipercepat?" Jizelle terkejut.

Bagaimana ini? Jizelle tidak akan mungkin mau terjerumus dalam pernikahan tanpa cinta. Andaikan Shane ada di sini, dia pasti sudah meminta pria itu untuk jujur pada semua orang yang ada di sana. Bahwa mereka saling mencintai dan tidak ingin dipisahkan sama sekali.

"Jizelle, dengarkan alasan Tante Veronica dulu," tegur Belinda.

"Ma, kenapa kalian suka sekali memutuskan sesuatu tanpa berunding lebih dulu? Aku juga terkejut dan tidak siap dengan pernikahan yang dipercepat ini. Banyak yang harus diurus lebih dulu, kan?" Ini merupakan wujud protes Jizelle supaya dia memiliki kesempatan untuk mengubah alur kehidupannya.

"Sayang, tante melakukan ini sudah dengan beberapa pertimbangan. Jadi, tante harap kalau kau bisa menerimanya." Veronica memberikan kode pada maid untuk segera menyiapkan semua makanannya.

"Kapan, Tante?" tanya Jizelle cemas.

"Maaf, Veronica. Kurasa wajar kalau Jizelle terkejut. Padahal rasanya baru kemarin mereka bertunangan. Tiba-tiba sudah mau menikah saja," ujar Belinda.

"Satu bulan lagi." Veronica tampak tenang karena Ezra pun setuju.

"Iya, Om, Tante, dan Jizelle. Maaf sudah membuat kalian terkejut. Aku yang meminta pernikahan ini dipercepat. Aku hanya berjaga-jaga bila ada pekerjaan di luar negeri, aku bisa segera membawa istriku. Benar begitu, kan?" Kali ini Ezra turut ambil bagian.

"Ehm, kita lanjutkan nanti, ya. Makanan sudah siap. Lebih baik kita makan dulu," ujar Veronica mempersilakan makan.

Jizelle tampak tidak nyaman. Pikirannya tertuju pada Shane yang katanya bisa menghalangi bahkan membatalkan pernikahan ini. Namun, sampai saat ini Shane juga belum menunjukkan tanda-tanda ataupun rencananya.

"Jizelle, ambilkan calon suamimu makanannya, Sayang," pinta Belinda.

Mamanya ini benar-benar membuat Jizelle semakin kesal. Ezra bisa makan dari tangan maid, mengapa harus Jizelle yang menyiapkan?

"Tidak, Ma. Biarkan Ezra ambil makanannya sendiri. Aku belum terbiasa," tolak Jizelle.

Veronica memberikan kode pada Belinda supaya membiarkan mereka sebagaimana mestinya. Nanti juga akan terbiasa bersama-sama jika sudah menikah.

Makan malam itu terasa sangat nikmat sekali karena kedua keluarga sudah berkumpul. Terlebih sebentar lagi Jizelle akan menjadi bagian keluarga mereka.

"Nah, kita kembali lagi membahas hari bahagia untuk anak-anak kita. Jadi, Ezra sudah mengatakan padaku kalau dia ingin menikah satu bulan lagi setelah hari ini. Makanya aku meminta kalian datang. Apakah kalian keberatan?" tanya Veronica.

"Aku, Tante. Menurutku ini terlalu cepat," ujar Jizelle yang berniat kabur dari jeratan Ezra.

"Tidak, Sayang. Tante sudah mempertimbangkan segalanya. Jadi, kau jangan khawatir, ya," ujar Veronica meyakinkan.

Inilah yang tidak disukai Jizelle pada orang tuanya maupun orang tua Ezra. Mereka seolah mendominasi menyusun rencana kehidupan anak-anaknya. Mereka tidak pernah peduli dengan perasaan maupun masa depan yang masih ingin Jizelle raih, terutama menggapai mahligai pernikahan bersama Shane.

"Aku harus bagaimana sekarang?" gumam Jizelle.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!