Jika kabur dari pertunangan tidak bisa, maka solusinya adalah kabur di hari pernikahannya. Namun, dia tidak tahu harus ke mana dan pada siapa Jizelle bisa mencurahkan kegundahan hatinya. Dia pun melepaskan cincin pertunangan yang baru beberapa hari dipakai.
Tujuan Jizelle kali ini untuk membahagiakan dirinya sendiri. Dia tidak tahu hari esok akan berpihak padanya atau tidak. Justru di saat seperti ini, dia harus memikirkan rencananya di masa depan.
Jizelle memilih duduk di sebuah restoran. Berharap mendapatkan keajaiban di sana. Saat melihat sekelilingnya terlalu sibuk, dia pun sibuk dengan makanannya. Namun, sebuah kejadian mengejutkan. Tiba-tiba seorang pria marah pada pelayan.
"Kau ini bagaimana? Bisa bekerja atau tidak? Aku memesan menu makanan A, tetapi kenapa kau hidangkan makanan B? Kalau kau tidak bisa profesional bekerja, lebih baik kau keluar saja. Jika tidak, maka aku yang akan meminta pemilik restoran ini memecatmu secara tidak hormat!" maki pria itu.
Jizelle pun terpaku melihat kejadian itu. Seandainya posisi Jizelle sebagai konsumennya, dia tidak perlu marah seperti itu. Cukup menyampaikan kalau pesanannya tertukar. Biarkan pelayan yang akan menyelesaikan segalanya.
"Maaf, Tuan. Kami tidak bermaksud menukar makanannya. Mungkin tertukar dengan meja yang ada di sebelah sana." Pelayan menunjuk meja yang tidak jauh dari tempat duduk Jizelle.
Tiba-tiba seorang pria berkacamata hitam bangkit dari tempat duduknya. Dia menghampiri pria yang sedang memaki pelayan itu.
"Kalau begitu segera bawa makanan ini ke sana. Aku sudah tidak ingin lagi makan di restoran ini. Pelayanannya saja payah seperti ini!" ungkap pria itu lagi.
"Baik, Tuan. Maaf, kami yang salah," ujar pelayan yang terus meminta maaf.
"Kau harus ganti rugi!"
Sontak pelayan itu terkejut. Sudah dimaki, dia yang harus mengganti rugi. Saat pria berkacamata hitam itu mendekat, pelayan semakin takut lantaran pria itu terlihat sangat menakutkan.
"Tuan, kalau pelayan salah jangan dimaki seperti itu. Dia tidak hanya melayanimu saja, tetapi hampir seluruh pengunjung restoran ini. Kalau memang dia salah mengantarkan pesananmu, tinggal kau katakan bahwa ini bukan pesananku. Tolong dicek lagi barangkali tertukar," ujar pria berkacamata.
Fokus Jizelle saat ini pada pria berkacamata. Tubuhnya tegap, kekar, rahangnya kokoh, dan potongan rambutnya begitu rapi. Sangat mewakili seluruh tipe pria idaman Jizelle selama ini. Yang membuatnya semakin tertarik adalah kehangatan sikapnya yang bisa menjadi penengah keributan itu.
"Anda siapa? Kenapa ikut campur urusanku?" bentak pria itu.
"Aku juga sama seperti Anda, Tuan. Aku konsumen di sini. Aku pun sama memesan makanan sepertimu, tetapi aku tidak arogan!" ujar pria berkacamata mengeraskan suaranya.
"Oh, Anda mau membela pelayan yang tidak becus itu rupanya. Kalau semua orang dibiarkan dengan kecerobohannya, semakin lama restoran ini akan bangkrut!" maki pria itu.
"Maka aku akan membuat restoran baru dan menampung orang-orang seperti mereka. Setidaknya dia sudah meminta maaf pada Anda. Harusnya cara Anda menyikapi tidak seperti itu. Pelayan, tolong bawa makanan itu ke mejaku yang ada di sana!"
Pria berkacamata itu sebenarnya menunjuk tempat duduknya, tetapi karena posisinya rancu dengan tempat duduk seorang gadis cantik. Maka pelayan itu meletakkan makanan di hadapan gadis itu.
Kesalahan pelayan meletakkan makanan membuat pria berkacamata itu duduk di depan Jizelle. Dia juga meminta maaf atas kesalahan pelayan padanya.
"Nona, maafkan pelayan restoran ini. Tempat dudukku dan Anda memang sekilas berada di arah yang sama," ujar pria itu yang kemudian duduk lalu menikmati makanannya.
Jizelle gugup. Jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. Entah, apa yang terjadi pada dirinya saat ini? Sejujurnya Jizelle mengagumi pria di hadapannya dari sudut pandang berbeda.
"Tidak masalah, Tuan. Senang bisa bertemu denganmu. Aku Jizelle," ujar Jizelle mengulurkan tangannya untuk menjabat tangan pria berkacamata.
"Shane. Shane Carolyn," ujar pria berkacamata membalas jabatan tangan Jizelle.
"Nama yang indah," puji Jizelle.
"Namamu juga. Agaknya keributan barusan membawa kita untuk saling mengenal seperti ini. Apa kau sering makan di sini?"
Jizelle tidak merespon. Justru dia penasaran dengan mata di balik kacamata hitam itu. Rasanya ingin melepasnya dan menatap lekat.
"Nona, kenapa Anda diam saja?" Shane mengangkat tangannya untuk melambai pada Jizelle agar lamunan gadis itu berakhir
"Oh, maaf. Aku hanya penasaran dengan matamu, Tuan. Mengapa kau sembunyikan di balik kacamata hitam itu?"
Shane tersenyum. "Aku hanya takut saat kau memandang mataku, kau pun tidak bisa berpaling dariku."
"Benarkah? Bisakah aku mencobanya?" Rasa penasaran Jizelle melebihi apa pun.
Shane melepaskan kacamata. Sorot matanya yang hangat, lembut, teduh, dan langsung menjadi candu bagi Jizelle. Dia sama sekali tidak berkedip melihat keindahan mata itu.
Dari mata turun ke hati. Itu adalah ungkapan yang tepat disematkan pada Jizelle. Mata, hati, dan jantungnya merespon hal yang berbeda. Getarannya sungguh kuat. Bahkan Jizelle tidak mampu memprediksi perasaannya saat ini.
"Rasanya aku tidak kuat melihat matanya. Dia sempurna. Apakah aku jatuh cinta?" gumam Jizelle.
"Bagaimana? Apakah aku sangat menarik?" ujar Shane dengan bangga.
"Sangat menarik, Shane. Apakah kau baru pertama kali di kota ini?"
Wajar kalau Jizelle bertanya demikian. Pasalnya baru kali ini bertemu dengan pria yang mampu menarik hati dan memporak-porandakan perasaannya.
"Aku baru pindah ke sini. Ada bisnis yang harus kau kerjakan. Kenapa?"
"Ah, tidak apa-apa, Shane. Aku hanya ingin tahu saja."
Shane lagi-lagi tersenyum. Dia tahu kalau Jizelle mulai salah tingkah padanya. Namun, Shane tetap mencoba tenang.
"Ini pertemuan pertama kita. Adakah yang bisa kulakukan untukmu?"
Jizelle langsung terpikirkan pada satu kata, yaitu komunikasi. Ya, dia menginginkan Shane di pertemuan selanjutnya.
"Aku ingin nomor ponselmu dan berharap bahwa ini bukan pertemuan terakhir kita. Aku ingin bertemu lagi di lain kesempatan," ujar Jizelle seperti sedang mengutarakan permohonannya.
Shane berdiri. Dia meninggalkan uang untuk membayar bill di meja Jizelle saat ini. Bahkan nominalnya pun digunakan untuk membayar pesanan Jizelle.
Shane kemudian pergi. Tidak lupa meninggalkan kartu nama untuk Jizelle. Gadis itu menerimanya dengan senang hati.
"Shane Carolyn. Nama yang indah dan wajah yang menentramkan. Sepertinya aku sudah jatuh cinta padanya. Ah, rasanya aku tidak ingin mengakhiri semuanya begitu cepat," gumam Jizelle setelah mengecup kartu nama pemberian Shane.
Jizelle segera meninggalkan restoran itu. Dia tidak sabar untuk bertemu Shane lagi. Mungkin saat itu Jizelle akan mengungkapkan betapa cintanya pada pria yang baru dikenalnya dan melupakan pertunangannya dengan Ezra.
"Ah, sial! Kenapa aku jatuh cinta setelah pertunangan ini terjadi? Apakah Shane bisa menerimaku dengan baik bila nantinya aku dipertemukan kembali?" Tentu saja Jizelle cemas karena cintanya terhalang ikatan pertunangan pria lain.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments