Bab 3. Cinta Rahasia

Tidak ada kata mustahil untuk bertemu kembali. Terlebih Jizelle memiliki perasaan pada Shane. Shane pun merespon pertemuan keduanya dengan sangat baik. Jika biasanya dia menggunakan kacamata hitamnya, tidak untuk hari ini.

Shane sengaja karena ingin memandang lekat wajah Jizelle yang menurutnya sangat menarik. Terlebih pertemuan pertamanya sangat berkesan di hati Shane.

"Hai, Shane. Kita bertemu lagi," sapa Jizelle.

"Hai, Jizelle. Apa kabar? Apa kau merindukanku?"

Sungguh pertanyaan Shane membuat jantung Jizelle tidak aman. Semakin Shane memandangnya, Jizelle semakin gugup.

"Apakah kau gugup?" tanya Shane lagi.

"Iya, Shane. Sejak pertemuan pertama kita, aku–"

"Kau pasti jatuh cinta padaku, kan?"

Jizelle tersenyum. Rasanya senang sekali saat tahu kalau Shane bisa membaca pikirannya.

"Dari mana kau bisa tahu?" Selidik Jizelle.

"Kemarilah!" pinta Shane menarik tangan Jizelle dengan lembut.

Saat ini keduanya berada di kantor Shane. Dialah yang meminta Jizelle untuk datang ke sana karena di kantor, Shane masih memiliki beberapa pekerjaan. Lagi pula dia tidak terbiasa jalan berduaan dengan lawan jenisnya.

Sofa yang menjadi tempat duduk keduanya yang semula berjarak, sekarang sudah begitu dekat. Shane meletakkan tangan Jizelle tepat di dadanya. Debaran jantung Shane sangat keras. Seperti yang dirasakan Jizelle saat pertama kalinya bertemu.

"Shane? Kau?" Jizelle tidak percaya. Cintanya berbalas. Ini seperti sebuah kebahagiaan yang perlu diraih.

"Ya, aku jatuh cinta padamu, Jizelle."

"Jadi?"

"Apakah kita saling mencintai?" tanya Shane.

Semula tangan Jizelle masih berada di dada bidang Shane. Namun, perlahan Jizelle menarik mundur tangan itu. Tangan yang sebenarnya di salah satu jarinya sudah menjadi milik orang lain.

Ada rasa bingung yang mendera Jizelle. Bila dia menerima Shane sebagai pasangannya, maka sudah bisa dipastikan kalau Jizelle lah yang mengkhianati Ezra. Terlebih pria itu kini sudah menjadi tunangannya.

"Kenapa kau menghindariku seperti itu? Apa perasaan kita ini salah? Apakah kau sudah memiliki pasangan?" tanya Shane yang semakin penasaran dengan Jizelle.

Pertama kalinya Shane mengenal wanita dan langsung jatuh cinta hanya pada Jizelle. Cuma dia yang bisa membuat Shane melepaskan kacamatanya dan beradu pandang.

"Kau datang terlambat, Shane." Jizelle berdiri melihat keluar jendela kantor itu.

"Apa maksudmu?" Shane mengikuti Jizelle dan berdiri di sebelahnya.

"Aku sudah bertunangan." Jizelle memandang lekat wajah Shane yang ada di sampingnya.

Tanpa banyak bicara, Shane memposisikan dirinya menghadap Jizelle. Dia mengambil tangan Jizelle dan meletakkan di atas tangannya. Dia tidak melihat di jari Jizelle ada cincin pertunangan. Lebih tepatnya Jizelle tidak memakai apa pun. Cuma gelang yang melingkar di kedua pergelangan tangannya.

"Mana mungkin aku percaya, Jizelle. Di jarimu tidak ada cincin pertunangan. Apakah kau ingin mengujiku? Ini pertama kalinya aku mengenalmu dan aku memiliki perasaan lebih jauh. Aku jatuh cinta, Jizelle. Tolong jangan patahkan perasaanku."

Tentu saja Shane tidak percaya. Cincin tunangan itu hanya dipakai satu kali kemudian disimpan di kamarnya. Jizelle malas sekali karena tidak suka dengan Ezra.

"Aku sengaja melepaskannya, Shane. Aku takut kalau kau tidak bisa menerima aku yang sebentar lagi menikah dengan pria lain. Masalahnya aku bertunangan dengannya karena keluargaku yang memaksa. Aku tidak cinta."

Shane mengajak Jizelle kembali duduk ke sofa. Mungkin perlu bicara dari hati ke hati agar duduk perkaranya terlihat jelas. Dia pun memberikan minum pada Jizelle supaya dia lebih tenang dari sebelumnya.

"Terima kasih, Shane."

"Sama-sama. Jadi, apa yang ingin kau ceritakan?"

Jizelle menyandarkan kepalanya di dada bidang Shane. Pria itu merasa sangat nyaman sekali. Begitu pula dengan Jizelle.

"Saat kau tahu kalau aku sudah bertunangan dengan pria lain, bagaimana? Apakah tidak ada kesempatan kita untuk menjalin hubungan yang lebih serius?"

"Aku tidak tahu, Jizelle. Cuma aku berharap ucapanmu itu hanyalah kebohongan belaka. Namun, setelah mengetahui semua ceritamu, aku jadi paham kalau kenyataannya kau akan menjadi milik pria lain. Sayangnya aku tidak akan mudah menyerah. Aku ingin menjalani hubungan ini denganmu. Ya, tanpa sepengetahuan calon suamimu tentunya."

Jizelle senang, tetapi dia merasa berada di persimpangan yang sulit. Bagaimana dengan orang tuanya? Bagaimana hubungan persahabatan yang sudah terjalin di antara dua keluarga itu?

"Aku dipaksa menikah, tetapi aku tidak cinta. Bagaimana aku bisa lepas darinya? Apakah kau bisa membantuku?"

"Tentu saja, tetapi aku meminta syarat padamu. Maukah kau memelukku sebentar?"

Shane merentangkan kedua tangannya. Jizelle langsung memberikan pelukan itu. Terasa nyaman dan tidak ingin dilepas lagi. Jika tidak ingat kalau mereka sedang berada di kantor, mungkin Jizelle akan terus seperti itu.

"Terima kasih, Shane."

"Harusnya aku yang berterima kasih. Oh ya, jadi kita resmi menjadi sepasang kekasih, ya?"

"Hemm, iya."

Shane senang sekali. Lagi pula hubungan ini bukan kesalahan. Keduanya saling cinta. Mengenai calon suami Jizelle, Shane siap membantu kapan pun untuk terlepas dari pria itu.

Mengingat hubungan ini adalah skandal cinta yang terjadi setelah Jizelle bertunangan. Shane juga tidak mau melepaskan kesempatan yang sangat luar biasa ini. Terlebih Jizelle merupakan wanita yang dicintainya.

Sejak pertemuannya di kantor kala itu, Jizelle seringkali bertemu dengan Shane. Tentunya tidak di sembarang tempat. Shane sudah menyiapkan tempat khusus, yaitu apartemennya. Itu pun dilakukan secara sembunyi-sembunyi.

"Sayang, aku merindukanmu," ujar Shane saat bisa memeluk Jizelle.

"Aku juga merindukanmu, Shane. Sungguh hubungan ini harus sangat rapi sekali. Aku tidak mau pihak keluargaku ataupun Ezra mengetahui hubungan kita. Kau selalu bisa membantuku, kan? Mengenai rencana menggagalkan pernikahan, apakah sudah kau pikirkan? Jujur aku ingin kabur saja dari mereka."

"Larilah kepadaku, Sayang. Aku pun tidak akan rela melepaskanmu menikah dengan pria lain. Walaupun kalian sudah lebih dulu menjalani pertunangan, tetapi aku yang lebih berhak atas dirimu."

Shane selalu memberikan kenyamanan pada Jizelle. Gadis itu pun lebih banyak berinteraksi dengan Shane ketimbang Ezra. Padahal seringkali Ezra mengirimkan pesan untuk mengajak pergi berkencan, tetapi Jizelle terus saja mengabaikannya.

Setelah puas berpelukan, Shane dan Jizelle duduk di kursi yang sama. Jizelle berharap Shane bisa menemukan cara untuk melepaskan ikatannya dengan Ezra sebelum hari pernikahan ditentukan. Menurut kabar yang didapatkan dari orang tuanya, tidak lama lagi pernikahan akan digelar. Hal itu membuat Jizelle semakin panik. Dia tidak mau terjebak seumur hidup bersama Ezra.

"Setiap bertemu denganku, kau selalu cemas. Masih memikirkan hal yang sama?"

"Tentu saja, Shane. Selama aku belum lepas dari Ezra dan keluarganya, hubungan kita akan tetap seperti ini. Kita menyembunyikannya seolah aku yang bersalah, bukan? Padahal merekalah yang bersalah padaku. Mereka tidak membiarkan aku bahagia dengan cinta rahasiaku ini," ujar Jizelle.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!