Kejutan penentuan hari pernikahan yang didengar Jizelle bukanlah akhir dari rencana makan malam itu. Ternyata masih ada hal lain yang membuatnya terkejut, yaitu rencana Ezra yang ingin didampingi terus oleh Jizelle.
"Kenapa harus seperti itu?" tanya Jizelle sudah tidak tahan. "Kita kan belum menikah. Mengapa kau seakan mengekang kebebasanku?"
"Sayang, mungkin maksud Ezra itu adalah kalian bisa pergi bersama-sama. Bukankah selama ini kalian jarang pergi bersama," sahut Belinda. Dia tidak mau mengecewakan pihak keluarga Ezra.
Mana mungkin Jizelle mau dengan mudah. Dia juga perlu bertemu dengan Shane. Hubungannya semakin hari baik, tetapi agaknya Ezra ini menjadi batu sandungan. Secepatnya harus segera disingkirkan. Terlebih semakin hari kelakuan Ezra seakan mempersempit ruang gerak Jizelle.
"Apakah kalian akan terus bicara di meja makan ini?" tanya Evan.
"Ah, iya. Ayo, kita ke ruang keluarga dulu. Jangan buru-buru pulang. Ezra pasti senang karena Jizelle datang. Dia sudah sangat rindu padanya," ujar Veronica menambahkan.
Mereka pun pindah ke ruang keluarga. Sebenarnya Jizelle sudah ingin segera pulang, tetapi karena orang tuanya memilih untuk bertahan di sana. Akhirnya, dia pun ikut duduk di samping orang tuanya.
"Jizelle, kau mau kan ikut bersamaku? Setidaknya biar teman-temanku yang belum hadir di pesta pertunangan kita juga bisa mengenalmu. Lagi pula sebentar lagi kita juga akan menikah. Supaya lebih akrab begitu," jelas Ezra.
Keinginan Ezra untuk lebih dekat dengan calon istrinya juga didukung oleh kedua keluarga. Memang sudah sepantasnya kalau Jizelle mengikuti keinginan Ezra.
"Maaf, Ezra. Aku juga punya kesibukan lain yang tidak bisa kutinggalkan. Kalaupun sekarang tidak bisa bersama, itu juga bukan masalah serius, bukan? Lagi pula selama ini aku tidak pernah protes walaupun aku ingin. Pertama mengenai masalah pertunangan, kalian memaksakan waktu dan aku juga yang belum setuju pada putusan itu, tetapi–"
"Jizelle, jangan dilanjutkan lagi. Bukankah kamu sudah setuju untuk itu?" tegur Henry.
"Pa, kapan aku bilang setuju? Aku menerima karena tidak ada pilihan lain. Tolong digarisbawahi!" perintah Jizelle.
Semakin Jizelle menolak, Ezra semakin bersemangat untuk mengganggunya. Selama ini sudah cukup bersabar untuk tidak terlalu keterlaluan mengejar calon istrinya. Kali ini tidak. Ezra akan berjuang sekuat tenaganya.
"Apa pun yang kau katakan, kita sudah resmi bertunangan. Lagi pula tinggal beberapa waktu lagi kau pun akan menjadi istriku, Jizelle. Jadi, tidak ada salahnya kau temani aku seperti yang kuminta sebelumnya. Ke mana pun aku pergi tanpa terkecuali," jelas Ezra.
Orang tua Ezra seakan mendukung keputusan anaknya. Memang benar kalau seharusnya mereka bisa dekat satu sama lain, tetapi sepertinya Jizelle sangat bertolak belakang.
"Ezra benar. Dulu mama dan Papa juga seperti itu. Iya kan, Pa?" ujar Veronica pada Evan.
Jelas itu tidak bisa disamakan dengan orang tua Ezra. Terlebih mereka memang memiliki keterikatan sebagai sepasang kekasih. Itu memang cerita yang didengar Jizelle dari mamanya, Belinda.
Sementara posisi Jizelle dan Ezra saat ini berbeda jauh. Mereka hanya kenal dari orang tuanya. Namun, pertunangan paksa itu jelas membuat Jizelle belum bisa menerima keadaan ini. Ditambah lagi Jizelle tidak mencintai Ezra dan memilih menjalin hubungan dengan Shane, pria yang sangat dicintainya.
"Posisi kita berbeda, Tante. Aku harap Tante juga tahu di mana letak perbedaannya. Mungkin Om dan Tante saling mencintai, tetapi aku dan Ezra–"
"Mama jangan khawatir. Aku mencintai Jizelle, Ma. Lambat laun dia akan terbiasa dengan kondisi seperti ini," sahut Ezra memutus ucapan Jizelle.
Bagi Ezra, dia tidak peduli pada Jizelle. Cinta atau tidak gadis itu padanya, yang paling penting bahwa Ezra mencintainya. Sebentar lagi semuanya akan berada dalam genggaman. Kalaupun harus bertepuk sebelah tangan, bukan masalah bagi Ezra. Cinta akan dipupuk seiring perjalanan waktu.
Bagi Jizelle, rencana yang paling tepat untuk hubungan ini adalah diakhiri dengan segera. Setidaknya sama-sama tidak akan tersakiti. Ezra bebas menentukan pilihan, sedangkan Jizelle akan kembali pada Shane dan melanjutkan kehidupan bersama.
"Ayolah, Jizelle. Hanya tiga mingguan. Setelah kita menikah, kau bebas mau melakukan apa," imbuh Ezra.
"Sepertinya kau tidak paham dengan ucapanku, Ezra. Aku tidak mau dan tidak ingin menemanimu. Kalau kau mau, cari saja wanita lain. Aku mau bertunangan denganmu, bukan berarti kau bisa terus mengendalikan aku untuk menurut. Aku tidak mau dan tolong jangan paksa aku!" tegas Jizelle.
Veronica tampak tidak senang dengan tindakan Jizelle yang melawan Ezra. Sudah bisa dipastikan kalau Jizelle akan menguasai seluruh kehidupan Ezra. Saat Veronica ingin menegur, keburu orang tua Jizelle yang menegurnya lebih dulu.
"Jizelle, jangan seperti itu!" tegur Henry. "Kalau Ezra mau, kami akan mengizinkan kau untuk ikut bersamanya sepanjang hari. Hanya tiga minggu, Sayang."
"Pa, aku juga punya pekerjaan lain yang harus diselesaikan. Bukan cuma jadi baby sitter-nya Ezra saja, Pa. Tolong kalian bisa memahami aku dengan baik. Jika tidak, aku akan mengakhiri pertunangan ini dengan segera," ujar Jizelle membuat semua orang melotot ke arahnya.
"Ah, tidak seperti itu, Jizelle. Aku hanya ingin kalau kita akan terbiasa saat bersama-sama. Kalau kau tidak mau tiga minggu karena terlalu lama, aku akan memberikan kelonggaran waktu. Kita pergi selama seminggu, bagaimana?" Ezra mencoba bernegosiasi.
Kalau Ezra pikir Jizelle setuju, dia salah besar. Daripada Jizelle pergi dengan Ezra, lebih baik dia pergi dengan Shane. Walaupun itu dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Setidaknya dia lebih bahagia.
"Tidak sedetik pun aku akan pergi denganmu. Kau jangan paksa aku, Ezra. Sudah berapa kali kubilang kalau aku tidak mau!" sahut Jizelle.
Semakin ke sini, Veronica dan Evan kesal menghadapi calon menantunya. Mereka merasa kalau sikap Jizelle sangatlah keterlaluan pada anaknya. Jizelle seperti wanita yang tidak memiliki kesamaan visi dan misi di dalam keluarga besar Ezra.
"Kau benar-benar keras kepala, Jizelle! Anakku hanya ingin berdekatan dengan calon istrinya, tetapi kau terus saja menolak. Jika bukan karena permintaan Ezra, aku pun enggan menerima calon menantu sepertimu. Benar-benar membuat kesal dan sangat tidak tahu diri!" jelas Veronica.
Orang tua Jizelle tidak bisa berkata apa pun. Memang kenyataannya seperti itu. Sejak awal Jizelle tidak mau berhubungan dengan Ezra. Hanya karena memikirkan bisnis, orang tuanya pasrah dengan menukarkan kebahagiaan putrinya.
"Kau benar, Veronica. Harusnya Ezra memilih wanita lain yang lebih bisa menghargai Ezra maupun keluarganya. Apalagi pertunangan itu juga membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Semua adalah tanggung jawab Ezra. Papa jadi kasihan sama Ezra," sahut Evan.
"Sudahlah, Ma, Pa. Ezra tidak apa-apa. Tinggal beberapa minggu lagi kami akan menikah. Serahkan semua pada Ezra," ujarnya percaya diri.
"Kau tidak akan pernah bisa merengkuhku untuk menjadi istrimu, Ezra," gumam Jizelle.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments