Adikku, Penghancur Pernikahanku
Hanum yang mendedikasikan dirinya sebagai Ibu dan Istri yang baik semenjak menikah dengan Alvin Wijaya selalu merasa bersyukur akan kehidupannya.
Beberapa tahun berlalu, Hanum yang tinggal di Ibukota bersama Alvin dan Rere, Putrinya, mendapatkan panggilan telepon dari Ibunya di Malang.
"Siang Nduk, apa kabarnya? Sudah lama sekali tidak pergi ke Malang menemui Ibu dan Zarrah." ucap Ibu Wati dengan suara yang lembut dan terdengar penuh perhatian.
"Baik, Buk. Ibu dan Zarrah, bagaimana kabarnya di Malang? Maafkan Hanum yang belum bisa pulang karena Mas Alvin belum bisa meminta izin cuti sekarang." ucap Hanum dengan wajah yang bersalah dengan tatapan mata yang menahan kerinduannya.
"Kabar kami juga baik. Hmmm, Nduk, adikmu sudah memutuskan untuk melanjutkan kuliah di Ibukota nanti!" ucap Ibu Wati dengan suara yang terdengar sedikit sedih.
"Ibu tidak ingin Adikmu tinggal ngekos sendirian di Ibukota. Ibu khawatir dengan pergaulannya jadi Ibu ingin minta tolong kamu untuk menjagany!" ucap Ibu Wati dengan wajah yang bahagia.
"Ibu minta Hanum jagain Zarrah, maksudnya seperti apa, Buk?" tanya Hanum dengan suara yang pelan karena tak ingin membuat Ibu Wati marah karena pertanyaanya.
"Ibu mau minta tlong sama kamu dan Alvin untuk terima Zarrah tinggal bersama kalian. Ibu akan merasa tenang jika Zarrah tinggal dengan kamu, Nduk!" ucap Ibu Wati dengan penuh harap.
"Hanum tidak bisa membuat keputusannya, Buk. Hanum akan tanya Mas Alvin terlebih dulu!" ucap Hanum dengan penuh hati-hati.
"Baiklah. Ibu akan bicara dengan Nak Alvin kalau begitu!" ucap Ibu Wati secara terburu-buru yang membuat Hanum menjadi kebingungan.
"Tu-tunggu, Buk. Biarkan Hanum saja yang bicara dengan Mas Alvin. Nanti setelah Mas Alvin pulang kerja, Hanum akan langsung tanyakan pada Mas Alvin!" ucap Hanum dengan lembut.
"Tidak perlu. Ibu akan telepon Nak Alvin sekarang dan tanya padanya langsung saja!" ucap Ibu Wati dengan suara yang tegas lalu mematikan sambungan teleponnya.
Hanum yang terkejut dengan keputusan yang dibuat oleh Ibunya secara sepihak menjadi sangat tidak tenang lalu tak lama kemudian pesan masuk dari Ibu wati pun masuk ke ponsel Hanum.
*Nak Alvin sudah setuju jadi nanti Zarrah akan tinggal denganmu. Besok, Zarrah akan segera ke Ibukota. Ibu minta tolong untuk kamu dan Alvin batuin Zarrah, ya.*
Hanum yang membaca isi pesan itu pun menjadi sangat terkejut dan terdiam di tempatnya sesaat lalu menarik nafas yang panjang.
Hanum yang memiliki tiga kamar di rumahnya pun memilih membersihkan kamar yang ketiga untuk diubah menjadi kamar milik Zarrah nantinya.
Keesokan harinya di pagi hari, Hanum yang berdiri di teras rumahnya sambil membantu Alvin dan Rere bersiap-siap untuk pergi pun bertanya kembali kepada Alvin tentang keputusannya.
"Mas, apa kamu yakin setuju untuk terima Zarrah tinggal di rumah kita selama dia kuliah di Ibukota?" tanya Hanum dengan wajah yang bingung dan penasaran.
"Tentu saja. Ibu sudah minta izin kepada Mas dan Mas pun tak bisa menolak keinginan Ibu lagipula Zarrah adalah Adik Kandungmu!" ucap Alvin dengan senyum yang menyejukkan sambil mengelus pundak Hanum dengan lembut.
"Agh, baiklah. Terima kasih Mas." ucap Hanum dengan senyum pahit di bibirnya dengan topeng wajah yang bahagia.
Hanum yang mencium tangan suaminya itu pun mengantar kepergian Alvin dan Rere dan kembali masuk ke dalam rumah dan mempersiapkan segalanya.
"Semoga saja Zarrah bisa beradaptasi dengan mudah dan tak akan ada masalah di kemudian hari!" ucap Hanum dengan suara yang rendah.
Sementara itu, Zarrah yang telah pergi meninggalkan Malang pun pergi naik kereta api menuju Ibukota.
"Aku sudah sangat lama ingin keluar dari Malang. Akhirnya sekarang aku bisa bebas juga." ucap Zarrah dengan wajah yang bahagia sambil duduk di salah satu gerbong kereta api memandang pemandangan indah di luar jendela.
Waktu pun berlalu, Zarrah yang telah sampai di Ibukota langsung menghubungi Hanum dan mengabarin tentang keberadaannya.
"Assalamualaikum, Mbak. Mbak, Zarrah sudah sampai di Ibukota dan menunggu di Stasiun Kereta Api Ibukota!" ucap Zarrah dengan suara yang penuh semangat.
"Waalaikumsalam. Mbak kabarin Mas Alvin dulu ya. Kamu tunggu sebentar nanti Mas Alvin yang akan jemput kamu!" ucap Hanum dengan nada suara yang lembut.
"Ya, Mbak!" jawab Zarrah dengan cepat dan langsung mematikan teleponnya.
Zarrah yang tak tau tentang Ibukota meski telah beberapa kali ke Ibukota menjenguk Hanum dan Rere bersama Ibu Sari memilih duduk di ruang tunggu sampai memainkan sosial medianya.
Zarrah adalah wanita muda yang cantik dengan riasan yang polos dan gaya yang santai sungguh mempesona pria Ibukota yang bosan dengan wanita glamor Ibukota.
Zarrah yang sedang duduk di ruang tunggu bersama pengunjung lain dengan rambut terurai dengan kaon putih polos dengan jaket dan celana jins serta sepatu putih membuatnya terlihat sangat cantik.
Zarrah yang tidak pernah berpacaran ataupun dekat dengan pria selama di malang karena Ibu Wati yang sangat posesif padanya merasa tidak nyaman saat di pandang oleh Seorang Pria.
"Ada apa dengan orang-orang ini? Kenapa menatapku seperti itu? Membuatku sangat tidak nyaman!" gumam Zarrah dengan wajah yang kesal.
Sementara itu, Hanum yang telah memberitau Alvin jika Zarrah telah sampai di Ibukota membuat Alvin meminta izin kepada atasannya dan pergi menjemput Zarrah.
Alvin yang tak butuh lama sampai di Stasiun Kereta Api pun akhirnya sampai dan pergi ke tempat yang dikatakan oleh Hanum.
Alvin yang melihat-lihat ke sekeliling untuk mencari keberadaan Zarrah sesuai dengan deskripsi Hanum.
"Hah! Aku sudah lama menikah dengan Hanum dan aku yang jarang bertemu dengan Zarrah membuatku tidak mengingat wajahnya!" gumam Alvin dengan wajah yang pasrah.
"Sebaiknya aku mencarinya dengan ciri-ciri yang disebutkan padaku!" ucap Alvin sambil melirik ke kanan dan ke kiri berulang kali.
Alvin yang terus mencari akhirnya menemukan keberadaan Zarrah yang sesuai dengan ciri-ciri yang disebutkan oleh Hanum.
"Agh, sepertinya aku menemukannya. Sepertinya Zarrah telah menunggu cukup lama. Sebaiknya aku hampiri segera dan mengantarnya pulang untuk istirahat!" ucap Alvin dengan wajah yang sedikit cemas.
Zarrah yang mendengar namanya dipanggil pun langsung mengangkap kepala dan melihat seorang pria dengan wajah yang tampan berdiri di hadapannya pun terkesima.
"Zarrah! Kamu Zarrah, bukan?" panggil Alvin dengan suara yang lemah lembut dan senyum yang bersahabat.
"A-agh! Be-benar! Aku Zarrah!" ucap Zarrah dengan nada sura yang gagap dengan wajah yang memerah.
"Aku Alvin, Kakak Iparmu. Aku datang ingin menjemputmu. Ayo, Kakak antar kamu!" ucap Alvin dengan senyum yang ramah sambil mengambil koper milik Zarrah dan membawanya.
Zarrah yang awalnya terkesima dengan ketampanan Alvin langsung menundukkan kepalanya dan menyadarkan dirinya setelah mengetahui identitas Alvin sebenarnya.
"Jadi dia adalah Mas Alvin, Suami dari Mbak Hanum. Aku harus menjaga sikapku. Aku tidak boleh tergoda dengan wajah tampannya. Dia adalah Kakak Iparku!" ucap Zarrah dalam hati dengan wajah yang kecewa.
#Bersambung#
Apakah Zarrah sungguh akan menundukkan kepalanya di hadapan Alvin? Tulis jawabannya di kolom komentar ya..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
Neulis Saja
next
2023-08-15
1
Yuni Sulistiarsih
aku takut zahra jadi nakal, menggoda suami mbak nya
2023-08-15
1
Eka Widya
maaf kak tadi katanya zarrah beberapa kali datang ke ibukota untuk menjenguk hanum dan rere tp kenapa malah gk ingat sama sekali wajah alvin?
2023-06-20
1