Hanum yang sedang menyiapkan makanan pun mendengar suara mobil suaminya sampai di rumah pun bergegas membukakan pintu pagar rumah.
Hanum yang melihat Adik semata wayangnya keluar dari dalam mobil pun menjadi sangat senang sehingga dengan cepat memeluknya.
“Zarrah! Kamu gimana kabarnya, Dek?” tanya Hanum dengan suara yang lembut dengan wajah yang gembira sambil memeluk Zarrah yang baru saja keluar dari dalam mobil.
“Zarrah baik, Mbak. Mbak gimana kabarnya?” tanya Zarrah dengan wajah yang ikut bahagia dengan senyum yang lebar.
Alvin yang telah selesai mengeluarkan koper Zarrah dari dalam bagasi pun meletakkannya masuk ke dalam rumah dan menegur lembut Istri dan Adik Iparnya itu.
“Sayang, bicaranya di dalam rumah saja! Kasihan Zarrah baru sampai pasti haus dan capek!” ucap Alvin dengan suara yang lembut.
“Agh, kamu benar, Mas.” Ucap Hanum yang langsung menyadari kesalahannya dengan wajah dan sikap yang manja.
Zarrah yang mendengar Alvin memanggil Hanum dengan kata-kata yang lembut dan penuh kasih sayang terbesit sedikit perasaan iri di hati kecilnya.
“Hmmm, Mas Alvin begitu perhatian kepada Mbak Hanum bahkan cara bicara dan panggilannya terlihat sangat mencintai Mbak Hanum. Aku jadi iri!” ucap Zarrah dalam hati dengan ekspresi wajah yang sedih.
“Tidak! Aku tidak boleh iri. Aku harusnya ikut senang karena Mas Alvin begitu mencintai Mbak Hanum!” ucap Zarrah lagi yang meyakinkan dirinya sendiri dengan senyum pahit di bibirnya.
Hanum yang tak ingin membuat Adiknya semakin lelah pun mengantar Zarrah menuju kamarnya selama tinggal di Ibukota tapi sebelumnya Hanum harus melepas Suaminya untuk lanjut bekerja.
“Dek, tunggu sebentar. Mbak mau antar Mas Alvin kembali bekerja nanti dimarahin Bosnya!” ucap Hanum dengan wajah yang gembira.
“Ya, Mbak.” Ucap Zarrah singkat sambil menganggukkan kepalanya sambil melihat cara Alvin berpamitan dengan Hanum yang penuh dengan kelembutan.
“Mas Alvin sudah berangkat bekerja kembali. Ayo, Mbak antar kamu ke kamar!” ucap Hanum sambil menuntun Zarrah masuk ke dalam rumah.
Zarrah yang masuk ke dalam rumah pun menyadari bahwa rumah itu cukup besar untuk ditinggal tiga orang dengan perlengkapan yang lengkap.
“Mas Alvin pasti sukses dalam karirnya dan semua itu bisa dilihat dari yang ada di sini!” ucap Zarrah dalam hati sambil melihat ke sekeliling rumah.
“Hmmm, Mbak Hanum hidup dengan sangat nyaman setelah menikah dengan Mas Alvin. Mbak Hanum sangat beruntung!” ucap Zarrah dalam hati dengan mata yang terbuka lebar.
Zarrah yang sampai di kamarnya pun menjadi sangat terkejut karena ternyata kamarnya jauh lebih bagus daripada kamar miliknya di Malang.
“Mbak, ini sungguh kamar Zarrah? Kamarnya bagus sekali!” ucap Zarrah dengan wajah yang bahagia dengan mata dan mulut yang terbuka lebar.
“Benar! Ini kamar kamu mulai sekarang. Mbak sudah bilang dengan Mas Alvin dan dia setuju kalau kamu pakai kamar ini selama tinggal di Ibukota!” ucap Hanum dengan lembut.
“Kamu pasti sangat capek. Kamu bisa istirahat atau beresin baju terlebih dahulu. Kamu bisa meletakkan pakaianmu di dalam lemari itu dan makeup-mu di sana!” ucap Hanum yang memberitau Zarrah tempat dirinya harus meletakkan barang.
“Baik, Mbak. Terima kasih, Mbak!” ucap Zarrah dengan wajah yang ceria dan senyum yang sangat lebar.
Hanum yang belum selesai menyiapkan makanan pun kembali ke dapur sementara Zarrah tetap berada di dalam kamarnya memperhatikan kamar tempatnya tinggal di masa depan.
“Kamar milikku ini lebih bagus dari kamar yang aku milikki di Malang. Hmmm, aku jadi penasaran dengan kamar tidur Mbak Hanum dan Mas Alvin. Kamar mereka pasti jauh lebih besar dan mewah dari ini!” gumam Zarrah sambil menarik nafas yang panjang.
Matahari yang awalnya ada di atas kepala pun perlahan turun hingga membuat langit berubah menjadi warna oranye, Alvin yang telah selesai bekerja pun kembali ke rumah.
“Hmmm, aku sangat lelah dan lapar. Hari ini Hanum masak apa, ya?” tanya Alvin dengan wajah yang berseri-seri memikirkan Anak dan Istrinya.
Namun di sisi lain, Zarrah yang terbiasa memakai celana pendek di atas lutut dengan kaos polos tangan pendek ternyata sangat sulit mengubah kebiasaannya.
Bahkan saat Zarrah sedang menemani Rere menonton kartun di televisi pun tetap memakain pakaian yang biasa di pakaianya di Malang.
“Hahaha.... Tante lihat! Wajah Squidward yang sedang marah sangat lucu!” ucap Rere dengan wajah yang tertawa lepas.
“Urat-urat di kepalanya juga terlihat dengan jelas dan jika dibiarkan bisa meledak. Duuuaarrr!” ucap Zarrah dengan wajah yang bahagia dengan tawa yang ceria.
Alvin yang telah berkendara hampir setengah jam pun akhirnya sampai di rumah dan memakirkan mobilnya di dalam pagar sendiri karena Hanum sedang mandi dan Zarrah yang sedang menemani Rere menonton televisi.
Alvin yang pulang dengan wajah yang sangat lelah pun menjadi ceria kembali saat mendengar suara tawa dari Rere, Putri tunggalnya.
“Assalamualaikum!” ucap Alvin dengan suara yang ramah dan wajah yang bersabat serta senyum yang lembut.
“Waalaikumsalam!” ucap Zarrah dan Rere secara bersamaan dengan Rere yang langsung berlari ke dalam pelukan Alvin dan Zarrah hanya berdiri dari tempat duduknya.
Alvin yang mendapatkan sambutan dari Rere pun memeluknya balik bahkan langsung menggendongnya dan melupakan rasa lelah seharian bekerja.
“Anak Papa senang sekali. Lagi apa sih, Princess?” tanya Alvin dengan suara yang lembut dan penuh kasih sayang.
“Rere sedang duduk nonton film Spongebob dengan Tante Zarrah, Pa! Filmnya lucu banget, Pa!” ucap Rere dengan wajah yang polos sambil menunjuk ke arah Zarrah.
Alvin yang tidak pernah melihat wanita lain selain Hanum berpakaian sedikit terbuka kecuali saat keduanya sedang berduaan di dalam kamar langsung terdiam sesaat saat melihat Zarrah.
Hanum yang baru saja selesai mandi dan mengeringkan rambutnya langsung keluar kamar setelah mengganti pakaiannya yang sopan meskipun di dalam rumah menjadi terkejut saat melihat Alvin menatap Zarrah.
Hanum yang merasa tidak senang dan sedikit kesal pun mencoba bersabar karena tak ingin membuat masalah di hari pertama Zarrah tinggal di Ibukota.
“Ehem! Mas, kamu sudah pulang?” tanya Hanum dengan suara yang lembut dengan senyum yang lembut sambil menghampiri Alvin dan mencium punggung tangannya.
“Agh, Iya. Mas baru pulang.” Jawab Alvin yang langsung menundukkan kepalanya dan menatap Hanum dengan penuh cinta.
Alvin yang merasa bersalah pun menurunkan Rere dari pelukannya dan masuk ke dalam kamar dan menyiramkan kepala dan tubuhnya dengan air dingin dan air wudhu.
“Mas merasa sangat gerah karena cuaca sangat panas. Mas masuk dulu ya. Mas mau mandi dan shalat dulu!” ucap Alvin sambil merangkul pundak Hanum sebentar lalu masuk ke dalam kamar.
Hanum yang melihat Alvin telah masuk ke dalam kamar pun mengalihkan pandangannya ke arah Rere yang telah duduk kembali ke samping Zarrah.
“Hah! Aku harus memberitau Zarrah bahwa dia tidak boleh memakai celana ketat di atas lutut lagi di dalam rumah ini!” ucap Hanum dalam hati dengan wajah yang sedikit cemas.
“Aku tidak mau akan ada kata-kata tidak enak didengar dari tetangga karena Zarrah adalah Adik kandungku sendiri!” ucap Hanum sambil menarik nafas yang panjang.
#Bersambung#
Apakah Zarrah akan menuruti perkataan Hanum nantinya atau sebaliknya? Tebak jawabannya di kolom komentar ya...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
Neulis Saja
zarra, reader juga paling seneng kalau seorang perempuan pakaiannya tertutup apalagi kamu numpang di kakak iparmu laki2 sekuat apapun karena tiap hari bertemu dalam keadaan apapun pasti tergoda apalagi dgn pakaian yg terbuka sama saja mengundang syahwat buat kakak iparmu . belum apa2 reader udah gak resfect dgnmu zarra
2023-08-15
1
Imas Ratnasari
Zahra.. takutnya jd pellakor nih.. dr awal ketemu saja sdh punya rasa dan iri pada kakak nya.. 🧐
2023-05-22
1
Lukman Lukman
ujung2nya turunranjang sinetron kumenangis
2023-04-14
1