BAB 3. Prasangka Baik

Zarrah yang adalah anak bungsu yang selalu di sayang dan apapun permintaan Zarrah akan selalu dituruti oleh Ibunya.

Meskipun begitu, Zarrah yang terlalu disayang ternyata selalu dijaga dengan sangat ketat sehingga sangat sulit baginya untuk bisa keluar rumah untuk bertemu dengan temannya.

Sehingga saat Zarrah mendapatkan izin untuk kuliah di Ibukota oleh Ibunya, Zarrah menjadi sangat senang karena ,akhirnya bisa bebas.

Hanum yang sangat mengetahui sifat Zarrah sudah bisa menebak bahwa Zarrah akan sangat sulit untuk diajak berkomunikasi terutama masalah pakaian sehingga membuat Hanum harus sangat sabar.

"Dek, kenapa masih memakai celana pendek dengan baju kaos ketat seperti itu? Ada Mas Alvin di rumah, tidak enak dilihat Dek!" tegur Hanum dengan suara yang lembut.

"Aku tidak kemana-mana Mbak. Aku selalu ada di dalam kamar. Aku keluar pun karena haus dan ingin minum!" balas Zarrah yang tidak terima dinasehati Hanum.

"Mbak tau tapi kamu tetap harus berpakaian yang sopan, Dek!" ucap Hanum dengan nada suara yang sedikit tinggi.

Zarrah yang tidak senang ditegur masalah pakaiannya pun langsung berbalik tubuh dan masuk ke dalam kamarnya lalu menguncinya.

"Hah! Kapan kamu akan mengerti, Dek? Mas Alvin itu bukan muhrim kamu dan kamu tidak boleh berpakaian seperti ini di depannya!" ucap Hanum dengan suara yang pelan lalu berbalik arah menuju kamarnya.

Sementara itu, Zarrah yang tidak senang ditegur cara berpakaiannya pun melemparkan bantal tidurnya ke dinding dengan sangat keras.

"Dasar tukang ngatur! Mbak Hanum selalu seperti itu! Tidak pernah bisa melihatku senang meski sebentar saja!" ucap Zarrah yang terbaring di tempat tidur.

Zarrah yang kesal pun akhirnya tertidur dan setelah terbangun perasaan Zarrah menjadi lebih baik sehingga membuat Zarrah mengganti celananya setengah tiang dan keluar kamar.

Zarrah yang bosan di kamar pun melihat Alvin yang sedang duduk di ruang tamu sambil memainkan laptopnya pun menjadi penasaran.

"Mas lagi ngapain? Kok serius banget. Hari kan belum sore banget kok Mas ada di rumah?" tanya Zarrah yang memulai pembicaraan.

"Mas sedang mengerjakan beberapa pekerjaan dan tidak masalah Mas kerjainnya dimana saja mau di kantor atau di rumah." jawab Alvin dengan lembut.

"Agh, enak banget dong Mas kalau kerja gitu. Aku juga mau punya perkejaan yang tidak perlu ke kantor setiap hari tapi banyak uang!" ucap Zarrahh dengan wajah polosnya.

Zarrah yang merupakan orang yang mudah bergaul pun dapat dengan mudah menjadi teman bicara Alvin hingga membuat keduanya terlihat seperti teman lama.

Hanum yang melihat Alvin dapat bicara dengan leluasa dengan Zarrah merasa sedikit tidak senang. Ada rasa cemburu muncul di hati Hanum yang membuat Hanum merasa tidak senang.

"Hah! Ada apa denganku? Kenapa aku melihat Mas Alvin yang bicara dengan santai bersama Zarrah membuatku merasa tidak senang?" ucap Hanum dalam hatinya.

"Sepertinya aku kurang mengikuti pengajian sehingga selalu memikirkan hal yang tidak-tidak!" ucap Hanum dalam hati yang berjalan lurus membawakan makan dan minuman.

Hanum yang tidak ingin meninggalkan Adik dan Suaminya berdua saja meski di ruang tamu pun duduk bersama keduanya.

"Kalian sedang bicara tentang apa? Kok seru sekali kelihatannya." ucap Hanum dengam wajah yang ceria dan senyum yang lembut.

"Tidak ada Mbak. Zarrah hanya tanya tentang jalanan Ibukota. Zarrah kan sebentar lagi akan mulai kuliah!" ucap Zarrah dengan santainya lalu mengambil handphonenya lalu pergi meninggalkan Alvin dan Hanum berdua.

Hanum yang melihat Zarrah pergi setelah ada dirinya pun menjadi semakin curiga tapi prasangka buruk itu pun langsung ditepis oleh Hanum.

"Hah! Aku tidak boleh berpikir negatif. Di antara Zarrah dan Mas alvin tidak akan ada terjadi sesuatu apapun! Zarrah adalah adik kandungku sendiri!" ucap Hanum dalam hati yang menegaskan pada dirinya untuk tetap berpikir positif.

Sementara itu, Zarrah yang masih kesal dengan Hanum yang menegurnya sebelumnya pun memikirkan Alvin dan memikirkan alasan Alvin menjadikan Hanum sebagai Istrinya.

"Hmmm, apa bagusnya Mbak Hanum? Wajahnya tidak secantik aku, kulitnya tak seputih diriku bahkan tubuhnya tidak seseksi aku! Kenapa Mas Alvin mau bersama Mbak Hanum yang sangat cerewet itu?" tanya Zarrah pada dirinya sendiri sambil memandang cermin yang besar.

"Mas Alvin adalah pria muda dan sukses yang memiliki karir yang bagus. Bagaimana mungkin Mas Alvin tertarik dengan Mbak Hanum yang hanya Ibu Rumah Tangga! Ini sungguh tidak masuk akal!" gumam Zarrah dengan wajah ketidaksukaannya.

Beberapa hari berlalu, Hanum yang tak bisa menegur Zarrah dengan pakaiannya karena Zarrah terlalu keras kepala tidak menyangka akan melihat Ibunya datang ke Ibukota sendirian.

"Mbak! Ibu datang! Ibu datang kemari!" ucap Zarrah dengan wajah yang bahagia sambil menyambut kedatangan Ibunya.

Hanum dan Alvin yang juga ada di rumah pun keluar dan menyambut kedatangan Ibunya Hanum begitu juga dengan Rere yang sangat senang melihat Neneknya datang.

Rere yang sangat jarang bertemu dengan Neneknya karena Neneknya tidak pernah datang ke Ibukota kecuali saat dirinya yang datang berkunjung ke Malang saat hari libur dan hari besar.

"Nenek! Rere kangen banget sama Nenek!" teriak Rere dengan wajah yang polos dan senyum bahagia sambil memeluk erat tubuh Neneknya.

Ibu Wati adalah orang tua Hanum dan Zarrah yang memutuskan untuk tetap menjanda meskipun Suaminya telah lama meninggal bahkan sejak Zarrah masih kecil di umur tiga belas tahun.

Ibu Wati yang datang ke Ibukota untuk menjenguk kedua anaknya sambil berpesan menitipkan Zarrah kepada Hanum dan Alvin.

"Ibu sangat senang melihat Zarrah tinggal di sini. Ibu merasa was-was jika membiarkan Zarrah tinggal ngekos sendirian." ucap Ibu wati dengan senyum bahagia sambil duduk di hadapan Hanum dan Alvin sementara Zarrah pergi keluar bersama Rere.

"Ibu merasa lega jika Zarrah tinggal disini karena ada kalian yang menjaganya. Ibu harap kalian bisa akur tinggal bersama." ucap Ibu Wati dengan nada suara yang lembut.

"Ibu jangan khawatir. Disini ada Hanum yang pasti akan jagain Zarrah." ucap Alvin yang dengan cepat membuat Ibu Wati menjadi sangat tenang.

"Benar. Ibu harus jaga kesehatan dan tidak boleh capek di Malang. Ibu tidak perlu khawatirkan Zarrah. Zarrah baik-baik saja disini!" ucap Hanum dengan senyum lembutnya.

"Baiklah. Jika kalian bicara seperti itu maka Ibu akan percaya dan merasa sangat tenang sekarang." ucap Ibu Wati dengan wajah yang sangat lega dan senang dengan senyum yang lebar.

"Ibu pun tidak merasakan ataupun berpikir akan ada hal buruk yang terjadi antara Mas Alvin Zarrah jadi aku pun tidak boleh memikirkan hal yang buruk!" ucap Zarrah dalam hati sambil mendengarkan saran dari Ibunya.

"Aku harus berpikir positif dan menjaga Zarrah karena Zarrah adalah adikku satu-satunya." ucap Hanum dalam hati dengan tekad yang kuat.

#Bersambung#

Apakah sungguh tidak ada hubungan yang lebih dari Ipar antara Zarrah dan Alvin nantinya? Tebak jawabannya di kolom komentar ya..

Terpopuler

Comments

Neulis Saja

Neulis Saja

yang tidak habis pikir dengan ibunya Hanum, bisakah menjamin anak bungsumu tdk menggoda kakak iparnya atau sebaliknya kakak iparnya menggoda anak bungsumu karena serumah apakah hal itu tak pernah terpikirkan? atau memang ibunya Hanum emang stupid ? i don't know. this is out of my mind

2023-08-15

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!