Istri Untuk Iman
Suara tangis bayi di dalam sebuah ruang persalinan membuat dokter, suster, dan juga si ayah merasa haru. Tangisan pertama dari bayi berjenis kelamin laki-laki itu mampu membuat hati dan pikiran mereka semua merasa lega. Namun, ada satu hal yang dilewatkan oleh mereka semua adalah keadaan si ibu.
Wanita yang baru saja melahirkan beberapa detik yang lalu terlihat menahan sakit di daerah pusat intinya. Namun, dia mencoba menahan karena tidak ingin membuat suasana yang tadinya penuh kebahagiaan itu berubah khawatir, apalagi saat melihat ekspresi sang suami yang penuh dengan suka cita.
"Mas." Panggilan yang begitu lemah menyadarkan sosok pria yang tengah menangis haru saat melihat anak pertamanya lahir du dunia ini. Di mana penantian mereka cukup lama agar bisa melihat jagoan kecilnya melihat dunia.
"Iya, Sayang. Bagaimana keadaan kamu? Apa semua baik-baik saja?" Wajah itu benar-benar menyiratkan akan kebahagiaan luar biasa walau ada air mata yang membasahi pipi. "Anak kita sudah lahir, Sayang. Dia jagoan dan mirip sekali dengan ibunya, seperti kamu, Dek," imbuhnya dengan suara serak.
Wanita yang bernama Aisyah itu lalu mengangguk lemah. Senyum tipis terukir di bibirnya yang pucat. Lelah dan sakit setelah melahirkan tak menyurutkan dirinya untuk ikut merasakan euforia kebahagian mereka. "Ya, seperti yang kamu lihat, Mas. Sakit, tapi lega secara bersamaan."
"Maafkan aku, Dek. Karena tidak bisa menggantikan rasa sakitmu tadi. Padahal ingin sekali aku meminta kepada Allah untuk memberikan sakitmu untukku," ujarnya terjeda. "Tapi,"
"Hush! Gak perlu seperti itu, Mas. Dengan seperti ini justru aku merasa sudah menajdi seorang ibu yang sempurna," potong Aisyah dengan menggelengkan kepalanya. Jujur, tubuhnya sudah terasa lemas dan ingin sekali memejamkan matanya.
"Siapa nama anak kita, Mas?" tanyanya lagi, sambil menahan linangan air mata di pelupuk matanya.
Aiman Baha Baseer adalah sosok suami siaga dan juga taat agama. Usia pernikahan mereka yang mencapai angka ke-3 sudah cukup melewati masa-masa penjajakan yang cukup banyak. Namun, dengan segala kerendahan hati dan agama yang mendasari pernikahan mereka membuat pasangan suami istri itu bisa melewatinya dengan baik.
Seperti halnya tentang masalah keturunan. Setelah 3 tahun pernikahan dan banyak menerima omongan buruk dari luar sana, akhirnya Aisya pun hamil. Selama masa ngidam sang suami begitu siaga dan selalu menuruti semua keinginan snag istri. Belum lagi dari keluarga dan sang mertua.
Setelah 9 bulan membawa perut besar ke mana-mana. Lahirlah jagoan mereka hari ini yang berjenis kelamin laki-laki. Tentu hal itu membawa kebahagiaan besar di dalam hidup mereka.
Aiman Baha Baseer sendiri adalah seorang pengajar di sebuah instansi pemerintah dalam bilang ilmu agama, alias guru di sebuah Sekolah Menengah Atas sebagai Guru Agama.
Sementara Aisyah Siti Khumaira juga seorang guru. Hanya saja dia mengajar di sebuah Sekolah Dasar. Pertemuan mereka pun berjalan begitu cepat. Tidak ada pacaran, melainkan mereka dijodohkan dan melakukan ta'aruf selama beberapa bulan saja, sebelum melangsungkan pernikahan.
Usia mereka sendiri hanya berselisih 3 tahun di mana Aisyah berusia 27 tahun, sedangkan Aiman 30 tahun. Walaupun masih muda, tetapi Aiman sendiri adalah lulusan Kairo dalam ilmu Fiqih. Orang tuanya yang seorang petani biasa menginginkan anaknya untuk menjadi Ustadz hingga menyekolahkan anaknya di tempat jauh.
Selain menjadi guru, Aiman sendiri juga menjadi seorang Ketua DKM (Dewan Komite Majlis) di komplek perumahan yang ditinggalinya. Walaupun masih muda dan berilmu, tidak membuat Aiman tinggi hati. Dia terus belajar dan belajar, apalagi kini dia sudah memiliki istri.
Tanggung jawabnya pun bertambah. Ditambah ia dikaruniai seorang putra yang begitu mirip dengan ibunya–Aisyah. Senyum pun kembali terulas, lalu mengecup puncak kepala sang istri yang ditutup dengan sebuah kain bernama kerudung.
"Hassan," ucapnya penuh senyum. "Hassan Baha Baseer adalah nama anak kita, Sayang. Apa kamu suka?" tanyanya dengan haru.
Wanita itu mengangguk haru. "Aku ingin melihat anak kita, Mas," pintanya.
Aiman pun mengangguk. Dia kemudian berbicara kepada dokter dan Alhamdulillah diperbolehkan. Namun, karena anaknya sedang dibersihkan oleh suster sehingga membuat mereka harus menunggu sekejap.
"Sebentar, ya, Sayang. Anak kita sedang dibersihkan dulu," beritahu Aiman kepada istrinya saat kembali mendekat kepada Aisyah.
Aisyah hanya mengedipkan mata lemah untuk menjawab. Rasanya untuk menarik napas saja, dirinya sudah tak sanggup. 'Ya, Allah. Tolong hamba ingin melihat putra hamba terlebih dahulu. Jangan kau cabut dulu nyawaku,' ujarnya dalam hati, sambil berlinang air mata.
Aiman mengira Aisyah menangis karena sedang berbahagia tanpa tahu jika istrinya sedang berdoa agar diberi kekuatan. Mungkin jika tahu, Pria itu pasti tidak akan mengizinkan untuk Aisyah berpikiran yang tidak-tidak.
"Ini silahkan anaknya di adzanin, Pak!" Suster menyerahkan putra pertama Aiman dan Aisyah ke dalam gendongan ayahnya.
"Terima kasih, Sus." Aiman tidak bisa menutupi rasa bahagianya lagi. Dia menitikkan air mata. Namun, buru-buru menghapusnya. Dia lalu menghadap ke arah kiblat untuk mengadzani telinga sebelah kanan putranya, kemudian Iqamah di telinga sebelah kirinya.
Aisyah sendiri juga tidak bisa menahan laju air matanya. Dia merasa beruntung memiliki suami dan ayah yang siaga seperti Aiman. "Mas," panggilnya setelah melihat anak mereka selesai di adzanin oleh si ayah.
Aiman pun mendekat, lalu memperlihatkan wajah putra mereka ke hadapan istrinya. "Bagaimana, Sayang? Apakah tampan anak kita?" tanyanya saat mendekatkan tubuh putranya kepada si ibu.
"Sangat tampan. Seperti ayahnya," puji Aisyah tulus.
"Hassan, ini ibu. Apa kamu bisa mendengar suaraku?" Suara Aisyah mulai terdengar melemah dan itu disadari oleh Aiman–suaminya. "Jadilah anak yang Sholeh dan berbaktilah kepada agamamu. Jangan kau ingkari siapa Tuhan dan Nabimu. Jadilah anak yang bisa menolong orang banyak. Dan buatlah bangga ayah dan ibumu!" Doanya dengan sungguh-sungguh.
Aiman mengaminkan doa istrinya. Namun, setelah itu dia memberikan putranya kepada suster karena melihat Aisyah mengalami kejang. Bidan segera mengecek keadaan pasien.
"Sayang, kamu kenapa? Apa yang terjadi? Bagian mana yang sakit? Tolong katakan kepadaku agar aku tahu bisa berbuat apa?" Pertanyaan itu hanya dibalas senyuman tipis dan genggaman erat Aisyah.
Wanita itu menggeleng dan hanya menyuruh suaminya untuk mendekat. "Jaga Anak kita, Mas," ucapnya dengan nafas tersengal. "To-long, tuntun aku, Mas!"
Perasan Aiman sudah tak menentu, bahkan air mata kebahagiaan akan datangnya putra mereka, kini berubah menjadi tangis ketakutan. Takut akan kehilangan istri yang sangat dicintainya. Takut tidak akan menjalani masa tuanya bersama si istri. Dan takut akan takdir yang akan dia hadapi setelah ini.
"Kenapa kamu berbicara seperti itu, Dek? Kita harus membesarkan anak kita bersama. Bukankah kamu sudah berjanji untuk sehidup semati denganku?" Aiman menggenggam tangan istrinya dengan begitu erat seolah tidak mau kehilangan istrinya
Aisyah menggelengkan kepalanya lemas. Dia benar-benar sudah seperti diambang kematian. Dia membuka kedua kelopak matanya dan menatap penuh sesal dan harap. "To-long, Mas!" pintanya dengan menahan rasa sakit.
Setelah itu, Aiman pun tak punya pilihan lain selain mengikhlaskan. Dia tuntun Aisyah untuk membacakan kalimat syahadat untuk terkahir kalinya. Walau dengan terbata-bata, tetapi wanita itu akhirnya bisa menyelesaikannya.
Napas Aisyah pun berhenti. Jantung juga ikut berhenti berdetak. Meninggalkan sebuah tangisan dari bayi dan suami. Ruangan yang tadinya dipenuhi kebahagiaan, kini berubah menjadi duka.
"Innalilahi wainnailaihi rajiun." Bibir itu bergetar saat mengikhlaskan kepergian wanita yang dia cintai. Air matanya sudah tak terhitung lagi tum,pah hari ini. Namun, ketika mendengar tangisan dari anaknya pun dia langsung berusaha kuat.
"Sayang, tunggu kami di SurgaNya. Dan semoga Allah menempatkan dirimu di tempat terbaiknya!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 147 Episodes
Comments
White Rose
teringat kejadian di ruang ICU rumah dikotaku, semua dokter perawat dan bidan dibikin menangis saat kejadian haru, seorang wanita meninggal karna melahirkan. kami disana menangis terharu saat melihat suaminya mendoakan istrinya. suaminya org yg paham agama, dia dosen di sekolah tinggi agama kalo nggak salah
2024-04-27
0
maulana ya_manna
😭😭😭😭😭😭😭🤧
2023-06-11
0
maulana ya_manna
mampir thor
2023-06-11
0