Om Gurami, Nikah Yuk

Om Gurami, Nikah Yuk

Tidak ada etika

"Om gurami, nikah yuk!" teriak Vio ketika melihat sosok pria gagah itu keluar dari mobil sport berplat nomor satu angka yang terparkir didepan restoran.

Sontak saja, sahabat Vio yang mendengar pernyataan tersebut, tertawa terbahak-bahak.

"Siapa juga yang mau sama, lo! Masih kecil, sudah ngajakin om-om nikah! Mikir otak lo!" sesal salah satu sahabat Vio dari arah belakang.

Vio hanya terdiam, wajahnya memerah karena tidak menyangka, bahwa para sahabatnya tidak pernah mendukung kedekatannya dengan pria manapun. "Awas, ya. Gue akan membuktikan bahwa suatu hari nanti, gue yang akan menjadi istri untuk om gurami itu ...!"

***

Siang itu, Vio tengah melenggang menuju restoran 'fish and potato' yang sangat besar didepan sekolahnya. Ia tidak ingin berdebat dengan guru wali kelas yang selalu mengatakan bahwa dirinya harus menyelesaikan tugas matematika, kimia juga fisika karena tidak menyukai semua mata pelajaran tersebut.

Viona Anandita, gadis belia berusia 17 tahun, yang biasa di sapa Vio, kini telah duduk di bangku sekolah menengah atas kelas sebelas, dengan jurusan ilmu pengetahuan alam berdasarkan keinginan orang tuanya.

"Siapa juga yang suka belajar matematika, gue enggak suka, ya tetap aja dapat nilai rendah. Gimana sih ..." umpatnya ketika menyebrang jalan menuju restoran, sambil menunggu sopir pribadi keluarganya tepat time pulang sekolah.

Vio memilih duduk disamping kaca, yang terletak di sudut belakang, membuat pria bertubuh tinggi itu sedikit tersentak karena gadis muda mengenakan seragam putih dipadukan dengan rok kotak-kotak kemudian menghempaskan tas ranselnya di atas meja.

Dengan sangat hati-hati pria itu hanya mengerenyit, kemudian menjauhkan laptop yang terbuka, karena posisi duduk mereka berdekatan. "Sial ni abege labil, main seruduk aja kayak banteng ..."

Wajah Vio berparas cantik, bulu mata lentik, bibir mungil, dengan alis mata yang menyatu. Membuat Juan tersenyum tipis ketika beradu pandang dengan gadis cantik itu.

Akan tetapi, Vio langsung membulatkan kedua bola matanya seraya berkata, "Apa lihat-lihat!" sesalnya dengan wajah cemberut, sambil mengeluarkan buku lembar kerja siswa untuk kembali memeriksa semua kesalahan yang dilakukannya hari ini.

Ya, Viona merupakan anak manja dari Keluarga Danu Barata Anandita, yang sekolah di salah satu sekolah terkenal kota itu. Ia sama sekali tidak menyangka bahwa kedua orang tua, mewajibkan dirinya untuk menjadi seorang insinyur perikanan, sesuai usaha milik ayahnya.

Sementara Vio sangat menyukai dunia kesenian, dan ia menginginkan untuk menjadi seorang model profesional seperti yang digadang-gadangkan oleh kedua sahabatnya sejak di bangku sekolah menengah pertama.

Lagi-lagi Vio mengumpat dalam hati, "Aku ini pengen masuk sekolah kesenian, bukan jadi tukang insinyur. Apa lagi berbau-bau aroma ikan yang amis. Biar ayah saja memiliki usaha tambak ikan patin juga gurami, aku ogah ...!"

Vio masih mengambil contoh rumus yang diberikan wali kelasnya, membuat keningnya mengerut, sesekali terdengar merengek karena perasaan frustasi tidak dapat menyelesaikan tugas yang menjadi mata pelajaran utama dalam menentukan ketentuan untuk duduk di bangku kelas dua belas.

"Ibu, kenapa kalian egois banget sih, aku enggak suka sama pelajaran ini ...!"

Kembali Vio meletakkan wajah cantiknya dimeja restoran sambil memukul-mukul pulpen yang ada dalam genggaman di atas lembaran kerja siswa tersebut.

Seketika Vio langsung tersenyum tipis, ketika matanya tertuju pada layar laptop pria gagah yang duduk di sampingnya. Ia melihat pria itu tengah melakukan pemeriksaan pada tabel data sesuai yang dipelajarinya saat ini. Kembali otaknya bekerja dengan cepat, sambil menggulung kertas kemudian melempar pada pria itu. "Om!"

Kening Juan mengerenyit, ketika ia menoleh kearah Vio kemudian membuka kertas yang dilemparkan gadis muda tersebut sambil bergumam dalam hati, "Apa ini? Dasar anak zaman sekarang tidak ada sopan santun ...!"

Tidak menunggu lama, Vio langsung menghampiri Juan, sambil berdiri membawa lembar kerja siswanya seraya berkata, "Hmm, om ada tugas sekolah juga? Bisa bantuin aku kerjain ini, tidak? Karena aku tidak mengerti. Emang, Om kuliah dimana?"

Mendengar pertanyaan gadis belia itu, sontak membuat Juan hanya tertawa kecil melihat lembar kerja siswa itu sudah berada dihadapannya. Wajah tampan itu terlihat sangat tenang sambil mengusap-usap lembut pelipisnya, sambil bertanya, "Masa kamu tidak bisa mengerjakan soal ini? Emang kamu kelas berapa?"

"Kelas sebelas, Om. Saya tidak mengerti, karena saya enggak suka belajar ini. Apalagi ada tabel-tabel begini," sungutnya masih berdiri disamping Juan.

Pria itu semakin menghela nafasnya dalam-dalam, sedikit menasehati, "Bagaimana kamu makan dulu. Biar otak kamu tidak semrawut kayak sekarang, dan dapat berpikir jernih. Di restoran ini, ada filet ikan gurami yang sangat enak, jadi kamu bisa makan pakai sambel kecap. Bisa kamu makan pakai nasi atau juga kentang sesuai selera kamu. Gratis!"

Wanita mana yang tidak langsung jingkrak-jingkrak kegirangan mendengar kalimat 'gratis' dari pria gagah yang belum Vio kenali. Kembali ia bertanya dengan wajah sangat antusias, "Serius Om? Aku bisa pesan makanan yang mahal itu?"

Pria yang masih duduk itu menganggukkan kepalanya, kemudian memanggil salah satu pelayan restoran, "Tolong berikan anak kecil ini gurami filet!" Kembali ia menoleh kearah Vio untuk bertanya lagi, "Ada lagi? Minumnya apa?"

Gegas Vio langsung menjawab sebelum pria itu berubah pikiran, pikirnya, "Orange float aja, mba! Tapi filet gurami itu yang pedes, ya? Satu lagi, jangan pakai cheese potato, tapi kentang goreng saja. Hmm, nasinya juga hanya sedikit saja, jangan banyak-banyak, kasihan nanti si Om ini bayarnya mahal. Secara ikan gurami itu, kan mehong chin," tawanya cekikikan layaknya anak abege seusianya.

Senyuman Juan hanya mengembang lebar, sambil memijat-mijat keningnya sendiri, bergumam dalam hati, "Dasar anak abege manja. Di lihat dari parasnya, gadis ini seperti anak orang berada ..." Ia melihat nama yang ada didada kanan gadis itu, bertuliskan nama Viona Anandita.

Kembali ia teringat akan sosok pria paruh baya yang selalu di elu-elukan sang ayah untuk menjadi istrinya suatu hari nanti. "Hmm, tidak mungkin ayah akan menjodohkan aku dengan anak ingusan. Apalagi terlihat masih muda begini, siapa yang mau. Belajar aja masih semrawut, angot-angotan, bagaimana mungkin ..."

Tanpa menunggu lama, Juan menghulurkan tangannya sebagai perkenalan dengan wajah sangat ramah seraya bertanya pada Vio, "Siapa nama kamu?"

Vio menghela nafasnya berat sambil menjawab, "Bisa baca ini tidak?" tunjuknya pada nametag yang ada di dada kanannya.

"Oke, perkenalkan nama saya, Juan Felix."

Mendengar nama pria itu, lagi-lagi Vio tertawa terbahak-bahak, "Nama Om lucu, mirip nama pengacara kondang, tinggal nambahin marga saja, jadi deh Juan Felix Tampubolon!"

Juan menepuk jidatnya, ia tidak menyangka bahwa akan dipertemukan dengan gadis nyebelin seperti yang berdiri disampingnya saat ini. "Kamu bercanda terus, kapan pintarnya di sekolah!" titahnya selayaknya orang dewasa.

Wajah Vio seketika berubah, "Ini ni, jika berhadapan dengan om-om! Eh, Om Juan kuliah dimana, sih? Pasti anak kos yang selalu mencari gebetan anak orang kaya, kan di sini? Hayo ... jangan bohong, nanti aku kenalin sama wali kelas aku yang masih muda, tapi statusnya janda!" Ia tertawa terbahak-bahak, kemudian kembali ketempat duduknya tanpa perasaan berdosa.

Juan mengumpat dalam hati, "Sial nih abege, sudah aku gratisin makan di restoran ku, malah ngeledek saja. Anak-anak jaman sekarang tidak tahu etika ...!"

Terpopuler

Comments

Tari Gan

Tari Gan

hiii Kaka si tulalit kenapa pindah ke sini....

2023-04-12

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!