Pagi menyapa kota kembang tempat kelahiran Viona. Waktu sudah menunjukkan pukul tujuh pagi, akan tetapi belum tanda-tanda gadis kesayangan Inggit itu keluar dari kamarnya.
Sejak tugas diberikan oleh wali kelasnya, membuat Vio hanya berkutat pada pelajarannya, sehingga ia jatuh sakit seperti hari ini.
Inggit mengetuk pintu kamar putri kesayangannya dengan sangat pelan, membuka kenop pintu yang tidak terkunci dari dalam. Gegas ia melongokkan wajahnya, untuk mencari keberadaan sang putri kesayangan, "Vio, kamu tidak sekolah? Sudah pukul tujuh lewat lho, Sayang."
Perlahan Inggit mendekati sang putri, mengusap lembut kening Vio, seketika ... "Yah, Ayah!" teriaknya dari dalam kamar putri kesayangannya.
Tanpa menunggu lama, Danu yang sejak tadi menunggu Vio untuk sarapan bersama di ruang makan, langsung berlari menuju kamar putri kesayangan mereka yang berada tidak jauh dari ruang makan tersebut, seraya bertanya ketika menyalakan lampu kamar, "Ada apa, Bu?"
"Vio demam, yah. Hubungi Bu Alma, bilang kalau Vio tidak masuk sekolah hari ini. Ibu takut dia kenak demam berdarah, karena jatuh kedalam kolam ikan patin beberapa waktu lalu!" ucapnya penuh kecemasan.
Vio mengerjabkan matanya perlahan, langsung meraih gawai miliknya yang berada di nakas untuk menghubungi seseorang, "Biar Om gurami saja yang ngizinin ke sekolah, Bu."
Kening Inggit langsung mengkerut dua belas, ia menoleh kearah Danu, sembari bertanya dengan wajah kebingungan, kemudian menoleh kearah Vio seraya bertanya, "Om gurami? Siapa Om gurami, Sayang?"
Dengan enteng Vio menjawab, "Itu lho, anaknya Papa Felix dan Mama Mutia. Masak Ayah sama Ibu lupa sama anak teman sendiri," gerutunya sambil meraih tisu yang berada di samping bantal, "Hachim, hachim, hachim ..."
Melihat putrinya yang mengalami demam tinggi, juga flu berat, gegas kedua orang tua itu membawa putrinya ke klinik yang berada didekat rumah mereka.
"Bu, Vio pindah sekolah, ya? Enggak sanggup ngerjain tugas mulu kayak orang gila. Mungkin enggak Bu Alma punya dendam sama aku," rengeknya meringkuk di lengan sang bunda ketika mereka tiba di klinik.
Perlahan Inggit mengusap lembut kepala gadis cantik nan manja tersebut, sambil berkata dengan nada lembut, "Tidak baik pindah-pindah sekolah, sayang. Kamu di sana sejak sekolah menengah pertama, jadi selesaikan saja tugas kamu dengan baik."
Mendengar penolakan dari sang bunda, Vio hanya bisa menangis meratapi nasibnya yang akan terus mendapatkan tugas dari guru wali kelasnya sendiri. "Dasar Bu Alma gila, janda jahat. Pantas saja suaminya pergi meninggalkan dia ..." umpatnya dalam hati.
***
Sementara itu, di tempat yang berbeda. Juan hanya tersenyum ketika mendapat pesan singkat dari gadis belia nan cantik rupawan putri kesayangan Danu tersebut. Tanpa membalas, ia menuruti semua permintaan Vio atas dasar kasihan, setelah melihat foto yang kirim gadis muda tersebut.
Mutia tampak tengah menikmati sarapan pagi bersama suami tercinta, "Hari ini kamu ada rencana kemana, Juan? Kalau tidak ada rencana kita kerumah Vio, ya? Kata Inggit tadi di whatsApp group arisan anak gadisnya sedang sakit. Papa kamu mau ke kantor, jadi mama pergi sama kamu saja, sekalian arisan di restoran kamu."
Juan menyesap kopi buatan sang mama, kemudian berkata, "Aku mau ke sekolah Vio dulu, kita bisa bareng, kok!"
Mendengar sang putra akan kesekolah Vio, seketika bibir Mutia langsung mendecih, "Pasti kamu mau ketemu sama Alma! Mantan istri kamu yang gila itu, hmm? Jangan pernah berharap dia bisa masuk ke keluarga kita lagi, Juan! Dia itu ular berbisa, Mama juga sudah memberitahu padanya, kalau kamu sudah Mama jodohkan dengan Viona anaknya Pak Danu Barata Anandita! Jadi jangan berharap dia bisa kembali menjadi menantu Mama!"
Dengan cepat Juan menepis semua ucapan Mutia, "Iya, aku terima saja. Lagian siapa yang mau ketemu sama Alma. Aku mau ketemu sama wali kelas Vio, untuk meminta izin, bahwa anak teman mama yang manja itu tengah sakit. Jadi aku melakukan semua ini demi mama dan papa, tidak lebih!"
Mutia tampak tidak senang, jika Juan masih memelas pada wanita yang telah tega menjebak putra kesayangannya. "Awas saja, kau masih menggangu kenyamanan anak laki-lakiku, Alma, aku buat kamu berhenti mengajar dari sekolah itu ..."
Dalam waktu dua jam, keduanya telah tiba di restoran 'fish and potato' milik Juan. Gegas pria itu melirik jam tangannya, kemudian berbicara pada sang mama, "Mama di kantor saja, ya. Aku mau ke sekolah Vio dulu."
Mutia mengangguk setuju, ia masuk ke restoran sendiri, sambil melihat mobil sport putra kesayangannya berlalu memasuki gerbang sekolah elite itu.
"Selamat pagi Tante Mutia," sapa seorang karyawan bernama She, yang menjabat sebagai supervisor disana.
Dengan angkuh Mutia hanya menjawab, "Hmm, pagi! Tolong persiapkan filet gurami tepung dua porsi, di bungkus!" Ia memberi perintah.
"Baik tante," tunduknya tanpa mau berbasa-basi lagi.
Bagaimana mungkin, Mutia akan beramah tamah pada gadis berusia 26 tahun yang pernah menjadi sahabat dari Alma. Akan tetapi, karena perasaan kasihan putranya menerima gadis itu untuk membantunya sebagai karyawan di restoran mereka. Tentu ini merupakan satu ketidaksukaan bagi wanita paruh baya tersebut, karena sang putra tidak pernah lepas dari bayang-bayang sang mantan istri.
***
Di tempat terpisah, Juan berpapasan dengan guru kepala sekolah yang sangat ia kenali. "Pagi Bu, saya mau bertemu dengan guru wali kelas Viona Anandita!"
Kepala sekolah bernama Tuti itu, langsung memanggil wanita yang juga kebetulan lewat dihadapannya, "Bu Alma," panggilnya, dengan cepat wanita angkuh itu menoleh kearah mereka berdua, sambil melanjutkan ucapannya, "Ini ada wali murid Viona!"
Kening mereka saling mengkerut, saat kedua netra itu kembali bertemu. Seketika Juan langsung menghampiri Alma, setelah meminta izin pada guru kepala sekolah. Tanpa perasaan sungkan atau bahkan canggung. "Jadi kamu wali kelas, Vio?"
Dengan wajah tidak senang, Alma langsung menjawab, "Ya, saya wali kelas calon menantu Nyonya Mutia yang sombong itu!"
Kembali Juan menoleh kearah guru kepala sekolah yang langsung berlalu meninggalkan mereka berdua, kemudian meremas kuat lengan jandanya itu dengan tatapan garang, "Lebih baik kamu hentikan kebiasaan kamu menyiksa Viona. Tolong profesional, karena dia tidak tahu apa-apa! Dia gadis lugu, Alma. Kamu terlalu banyak memberikannya tugas yang tidak masuk akal!"
Dengan angkuh Alma langsung tertawa kecil, menyiratkan ia tengah mengejek Juan, "Kalau tidak sanggup silahkan pindah dari sekolah ini. Karena sekolah di sini, punya aturan untuk orang pintar dan tidak malas. Aku tahu, kamu yang pernah membantunya! Karena She mengatakan padaku, apa tidak salah orang tua kamu menjodohkan anaknya ini pada gadis ingusan yang penakut seperti, Viona! Hmm!"
Jawaban Alma, membuat dada Juan terasa sangat panas, ingin sekali ia meremas bibir mantan istrinya itu, jika tidak mengingat bahwa mereka tengah berada di sekolah, mungkin pria gagah itu sudah mencaci maki sang mantan istri yang telah tega menjebaknya dengan fitnah hamil di luar nikah kala itu.
Dengan cepat Juan berkata dengan nada tegas, "Viona izin tiga hari, setelah ini aku akan mengurus gadis itu untuk pindah kelas! Karena Vio tidak pantas mendapatkan wali kelas seperti mu!"
"Coba saja, kalau semua itu berhasil kamu lakukan, Juan!" seringainya mengalihkan perhatian kearah lain.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
Tari Gan
si Alma emang guru keterlaluan menurut ku
2023-04-15
0