Setelah menghabiskan makan siangnya, Vio melanjutkan misinya untuk mengerjakan tugas sekolah bersama Juan. Ia tidak mau berlama-lama dalam tekanan sang wali kelas, yang berstatus janda itu, sehingga mengancam nilai matematikanya.
Susah payah Vio, menelaah semua penjelasan Juan yang duduk disisi kirinya sebagai seorang pengajar, "Gila ... Om ini keren banget. Kok dia ngerti ya? Atau jangan-jangan dia guru, atau asisten dosen di kampusnya ..." Ia bergumam sendiri dalam hati, dengan perasaan berbunga-bunga.
Juan menutup lembar kerja siswa yang ada dihadapan mereka seraya bertanya, "Kamu mengerti kan sekarang?"
Entah mengapa, Vio hanya mengangguk-angguk sambil menyesap ice lemon tea yang ia pesan. Sudah berapa gelas ia menghabiskan lemon tea itu, dalam jangka waktu hanya dua jam saja, dibarengi cemilan chicken nugget yang dibalur mayones serta saus sambal.
Kembali Juan bertanya untuk meyakinkan gadis belia itu, "Kamu mengerti, kan dengan penjelasan saya barusan?"
Lagi-lagi Vio mengangguk patuh seraya menjawab, "Ngerti pak guru!" Ia menyeringai lebar membuat pria itu hanya menggelengkan kepala.
"Kamu bukannya ada kelas tambahan, kenapa tidak ikut?" Kembali Juan bertanya pada Vio.
Tampak Vio hanya terdiam, kemudian mengalihkan pandangannya kearah lain, agar tidak ketahuan jika dia tidak masuk dalam kelas terobosan hari itu, "Malas! Guru ku jutek banget. Biasanya kalau guru cewek janda itu, kan galak, Om!" tuturnya dengan bibir mengerucut.
Seketika itu Juan hanya menundukkan wajahnya, ia tidak ingin melanjutkan pembahasan tentang guru wali kelas yang di maksud oleh Vio. Karena ia sangat mengenal siapa wanita yang di sebut oleh gadis belia tersebut.
"Ya sudah, kamu boleh pulang hari ini. Mungkin besok, saya tidak ada di sini. Kamu boleh makan sepuasnya, jika kamu lapar. Nanti bilang saja, saya yang membayar sama bagian kasir!" Juan langsung memasukkan laptop miliknya kedalam tas, kemudian berlalu meninggalkan Vio seorang diri yang masih termangu melihat pria itu berlalu meninggalkannya begitu saja.
Susah payah Vio mengartikan semua ucapan Juan, karena IQ gadis belia itu tidak mampu untuk mencerna ucapan orang dewasa, karena ia termasuk gadis yang lugu serta selalu mendapatkan julukan sebagai gadis 'telat mikir' oleh kedua sahabatnya.
"Maksudnya apa? Makan di restoran ini kalau lapar? Emang lo pikir restoran sebagus ini milik nenek moyangnya apa. Buat malu saja, ngehalu lo, ketinggian bro ...!" sungutnya seorang diri, mengemasi semua buku-buku perlengkapan sekolahnya.
***
Minggu yang cerah, seperti biasa Vio dan keluarga selalu menghabiskan waktu di tambak ikan milik keluarganya. Tidak banyak, tapi cukup untuk di masukkan ke berbagai pedagang kaki lima serta restoran di daerahnya yang terletak di kota kembang.
Gegas Vio bersiap-siap, untuk segera menyusul kedua ayah dan ibunya yang sudah menunggu didalam mobil. Putri kesayangan Danu dan Inggit itu selalu menjadi kebanggaan bagi mereka, karena selalu menuruti semua ucapan kedua orang tuanya.
Inggit selalu menasehati Vio sepanjang perjalanan, "Saat ini, kamu harus fokus pada sekolah. Jangan pernah ibu mendengar kamu pacaran, apa lagi berteman dengan orang-orang yang tidak jelas. Ingat Vio, ibu mau kamu jadi wanita mandiri. Walaupun nanti kamu sudah menikah, kamu juga harus memiliki usaha sendiri!"
Vio hanya mengangguk, menghela nafas berat, karena ini bukan nasehat yang baru ia dengar. Ibarat pita kaset selalu di ulang oleh sang bunda, tanpa perasaan bosan. "Iya bu, iya!"
Tibalah mereka di tambak ikan milik sang ayah, Vio langsung menghampiri Mbok Minah yang selalu menyambut gadis belia itu dengan perasaan bahagia.
"Eh, ada Neng Vio. Sini geulis, mbok sudah membuatkan sayur asem dan filet gurami buat kamu. Sambelnya super pedas, level sepuluh," serunya ketika menyambut Vio yang sudah berdiri di depan pintu kediamannya.
Akan demikian, kedua bola mata Vio membulat sempurna ketika melihat mobil SUV memasuki pekarangan tambak ikan milik keluarganya.
Kening Vio mengerenyit, matanya mengerjab dua kali untuk memastikan siapa yang turun dari mobil putih berplat satu nomor tersebut seraya bertanya karena perasaan penasaran, "Mbok, i-itu siapa?"
Mbok Minah langsung melongokkan kepalanya kearah luar, tersenyum sumringah, "Ogh, itu Den Juan sama orang tuanya. Dia kan, yang bantuin ayah kamu untuk mengembangkan ternak ikan gurami di sini. Dia itu pengusaha, tapi duda sih, hanya saja belum punya anak."
Bibir Vio langsung membulat seketika, ia terkenang sosok pria yang membantunya beberapa hari lalu, sambil bertanya lagi, "Berarti dia juga yang masukin ikan ke restoran di depan sekolah aku ya, mbok?"
Kening Minah mengerenyit lagi, "Enggak neng, dia yang punya restoran di tempat sekolah kamu itu. Dengar-dengar dia sengaja buka restoran besar di sana. Ingin membuktikan pada mantan istrinya yang angkuh itu, tapi mbok tidak tahu persis siapa istrinya terdahulu. Karena mereka menikah karena satu kejadian. Kamu mau makan sekarang, atau bareng-bareng sama ayah dan ibu?"
Tatapan Vio tidak lepas dari Juan yang belum menyadari keberadaannya. Ia hanya menjawab singkat pertanyaan wanita paruh baya itu seraya berteriak, "Mbok saja yang makan dulu, aku mau kesana!"
Seketika Vio tergelincir masuk kedalam kolam tambak ikan patin yang berada di depan kediaman rumah kayu tersebut, karena menginjak satu papan yang licin membuat dirinya terjerembab, membuat ia harus berusaha menyelamatkan diri karena tidak bisa berenang.
"I-ibu, a-a-a-ayah!" pekiknya takut membuat ikan patin sang ayah stress kemudian mati.
Danu langsung berlari mengejar putri kesayangannya, begitu juga dengan Juan yang berada tidak jauh dari sana.
Pria gagah itu langsung berhambur masuk ke dalam kolam yang memiliki kedalaman hanya satu setengah meter saja sambil berkata, "Tenang, tenang, jangan panik!"
"To-tolong aku, tolong aku, yah!" tangisnya karena perasaan takut dan berhasil meraih tangan Juan.
Panik, hanya itu yang ada dalam benak Vio, karena tidak menyangka akan mendapatkan kejadian seperti ini. Dengan nafas tersengal-sengal ia berhasil di gendong oleh Juan naik keatas, yang langsung di sambut oleh kedua orangtuanya.
Vio menangis kencang, karena tidak mau berada di situasi seperti itu, ia menangis selayaknya gadis belia yang ketakutan dengan air, "Aku mau pulang. Enggak mau ada di sini!"
Mbok Minah langsung memberikan handuk kepada Vio juga Juan yang tampak basah kuyup, kemudian melihat wanita cantik menghampiri mereka berdua.
"Mbok, bantu Vio ganti pakaian. Kebetulan tadi saya mampir di butik dan membelikan gaun ini dibutik langganan. Makanya karena sudah basah kuyup begini, langsung pakai saja. Sudah ganti sana, bantuin Vio, mbok!" Perintahnya memberikan dua paper bag, bertuliskan nama desainer ternama di kota kembang.
Kening Vio mengerenyit, ia langsung menoleh kearah Juan yang tampak cuek menuju bilik bambu untuk membersihkan dirinya.
Gadis belia itu hanya mendengus dingin sambil bergumam dalam hati, "Ternyata om itu juragan gurami. Mulai saat ini aku akan memanggilnya dengan nama om gurami, karena dia juragan gurami yang sangat dingin dan tidak mau berbasa-basi dengan aku, sebel. Sok ganteng lo, om gurami ...!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
Tari Gan
semangat up nya kak 🌹🌹🌹🌹
2023-04-14
1