Dicerai Karena Binal
"Kita sambut kepala cabang baru dari PT. Anugerah Finance yang telah menjalin kerjasama sejak sepuluh tahun lalu dengan PT. Multy Strada, yang kini dipimpinan oleh Pak Dean Alexander merupakan kepala cabang termuda mewakili kota Medan. Kita beri aplouse yang meriah!"
Terdengar suara riuh tepuk tangan menyambut kehadiran Dean yang akan memberikan kata sambutan, didampingi beberapa direktur perusahaan diatas panggung ballroom hotel bintang lima kota metropolitan.
Kedua bola mata Miranda membulat sempurna, ketika melihat dari kejauhan pria yang pernah menjadi bagian penting dalam hidupnya tujuh tahun silam. "Dean, Dean Alexander? Ogh, apakah dia kepala cabang Anugerah Finance? Berarti yang selama ini menerima panggilan telepon aku itu, hmm ..."
Miranda menoleh kearah sahabatnya yang duduk disamping sambil berbisik ketelinga pria muda tersebut, "Itu Pak Dean yang kepala cabang dari Medan, bukan?"
Beny menganggukkan kepalanya dan kembali mendengarkan wejangan dari pimpinan perusahaan tempat mereka bekerja. "Lo kenal, beib?"
Dengan asal Miranda menjawab, "Ya kenal lah, mantan pacar gue waktu sekolah?"
"What? Lo sekolah juga ditendang, sok punya mantan!"
"Sial lo!" Miranda menepuk bahu Beny, kemudian mengalihkan pandangannya kearah panggung untuk melihat pria gagah itu dari kejauhan.
Entah mengapa, Miranda tersenyum sumringah. Ada perasaan bahagia dihatinya karena kembali dipertemukan dengan Dean sang mantan kekasih masa sekolah, kuliah, dan ternyata masih diberi kesempatan kembali bertemu dalam dunia pekerjaaan.
"Pantas saja, aku seperti mengenal suara pria yang sangat dingin itu ketika menelponnya beberapa waktu lalu. Ternyata dia Dean yang selama ini aku cari, tapi kenapa dia ada di Medan? Bukankah dia sudah kembali ke Singapura setelah lulus kuliah di Jogja, hmm, kami harus merayakan hiporia pertemuan ini ..."
Miranda Anderson, putri kesayangan Anderson yang kini berstatus sebagai janda muda, tanpa anak. Usianya kini baru akan beranjak 24 tahun, dan belum memiliki kandidat untuk menikah lagi setelah perceraiannya tiga tahun silam dengan pria keturunan Tionghoa.
Lima belas menit berlalu, Dean mengakhiri kata sambutannya sekaligus pemberian satu lencana atas pencapaiannya karena telah berhasil memenuhi target perusahaan mereka selama enam bulan yang menembus angka fantastis. Kembali Dean Alexander dinobatkan sebagai kepala cabang terbaik seluruh Indonesia.
Semua orang memberikan ucapan selamat pada Dean, ketika pria bertubuh tegap itu turun dari atas panggung.
"Selamat Pak Dean, semoga tahun depan kita bertemu lagi di Bali," tutur seorang pria menepuk-nepuk pundak sang pujaan hati Miranda.
Dengan demikian, Miranda mulai beraksi dengan caranya untuk memberikan kejutan sekaligus mengucapkan 'selamat' pada pria tampan yang seusia dengannya.
Kaki jenjang berbalut high heels, dengan dress berwarna putih yang ditutupi blazer berwarna cream, membuat janda cantik berbulu mata lentik, bibir semerah delima, melenggak-lenggok mendekati Dean.
Suasana semakin terasa sangat akrab, karena pertemuan dua perusahaan terbaik di negeri berkembang saat ini yang bergerak di multinasional permodalan untuk alat berat dan ban berkualitas nomor satu khusus mobil tronton yang sangat diminati di daerah mereka.
Perlahan Miranda menepuk pundak Dean dari belakang seraya mendekatkan wajahnya pada telinga cinta pertama masa sekolah, "Hai, selamat, ya? Senang bisa bertemu lagi denganmu, Dean."
Pria yang masih menggenggam piring akan mengambil nasi serta beberapa lauk pauk untuk mengisi lambung tengah, karena acara mereka semakin padat, membuat Dean menolehkan kepalanya sambil tersenyum kemudian mengerjabkan kedua bola matanya sebagai isyarat tak percaya. "Mi-ra?"
Wajah tampan itu benar-benar berubah kaget, Dean tidak menyangka akan dipertemukan kembali dengan gadis yang pernah mengejar cintanya selama satu setengah tahun, namun kandas menjalin hubungan asmara dalam kurun waktu sembilan bulan.
Keduanya tampak gugup, Dean akan memeluk, namun didesak oleh team yang lain karena merasa terhalangi oleh mereka berdua.
"Pak Dean, kalau mau lebih banyak ngobrol sama Putri Pak Anderson, tolong minggir, dong. Kita mau makan ini," sapa salah satu rekan kerja mereka.
Gegas Miranda menarik lengan Dean, membawa pria itu sedikit menjauh dari antrian presmanan yang silih berganti.
Wajah tampan Dean tampak tenang, walau sejujurnya dada bidang itu berdegup lebih kencang. Ini pertemuan pertama mereka berdua, setelah perpisahan yang sangat menyakitkan di kota kembang. Ia menghela nafas dalam kemudian berkata, "Hai, how are you?"
Miranda tersenyum sumringah, ia langsung memeluk Dean tanpa permisi lebih dulu, tanpa menghiraukan beberapa pasang mata yang menoleh kearah mereka berdua.
"Mir, Mir, please ... kita ini lagi di Indo, jangan terlalu berlebihan. Ditambah statusku sudah menikah," titahnya menepuk-nepuk punggung Miranda sambil berusaha untuk melepaskan dekapan wanita cantik tersebut.
Pernyataan Dean, membuat kening Miranda mengkerut seraya bertanya, "Menikah, kamu sudah menikah? Menikah dengan siapa, Dean?" Ia melepaskan tangannya dari pundak pria gagah tersebut, kembali kedua netra kecoklatan itu bertemu hanya untuk mencari jawaban yang sejujurnya.
Dean mengangguk perlahan, kemudian tersenyum tipis, "Aku sudah menikah," ia memperlihatkan cincin kawin yang tersemat dijari manis kanannya.
Miranda mengatupkan bibirnya. Ia tidak menyangka bahwa Dean sudah menikah. Dadanya seakan menggelegak panas, karena tidak menyangka bahwa pria yang ia harapkan akan kembali lagi seperti beberapa tahun lalu, ternyata sudah menikah. "Serius, ka-ka-kamu sudah menikah dan melupakan aku?"
Dean menganggukkan kepalanya sambil menoleh kearah lain, hanya untuk sekedar menyapa rekan mereka yang lalu lalang. "Maaf Mir, kita makan dulu yuk, nanti kita lanjutkan lagi ngobrol-ngobrolnya."
Tanpa sungkan, Dean menggandeng tangan Miranda, membuat wanita itu hanya tersenyum malu, merasakan getaran cinta yang dulu pernah ada. "Ogh Dean ... kenapa aku jadi salah tingkah begini. Aku pikir dulu hati ini sudah melupakan mu, ternyata aku salah ..."
"Dean ... please, jangan putusin aku. Aku minta maaf sama kamu!" Miranda menangis sejadi-jadinya ketika Dean datang ke kota kembang tempat Miranda melanjutkan kuliah, namun cinta remaja itu memiliki kekasih lain selain dirinya.
Hati pria mana yang tidak akan hancur, melihat kekasihnya telah melakukan hal tidak senonoh didalam kamar kosnya.
Gegas Miranda meraih tangan Dean, akan tetapi ditepis oleh pria gagah itu, "Aku tidak menyentuh kamu, karena aku sangat menyayangi kamu, Mir. Jika kita menikah, maka aku akan melakukan semuanya! Jalan kita masih panjang, tapi kamu justru melakukan semua ini dengan pria yang menjadi sahabat ku! Kita sama-sama mau kuliah Miranda, bukan kumpul kebo!"
"Dean, aku minta maaf ... aku pikir kamu tidak mencintai aku! Aku mohon jangan tinggalkan aku, Dean. Aku minta maaf, aku salah! Please Dean ..." Miranda terus menangis karena Dean langsung berlalu meninggalkannya.
"Dean, Dean!" Pekik Miranda kembali terdengar, membuat penghuni rumah kos itu keluar dari kamar mereka menjadi saksi sejarah perpisahan Dean dan Miranda.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
Soraya
mampir thor
2024-08-24
0
Deviastryveads_
waduhhh ternyata si Dean sudah menikah toh🤦🏻♀️, tk kirain masih sendiri🤣.
salam kenal dari murid maha benar pelakor kak otor🤣🤣🤣.
2023-04-15
1
Weny
Apa-apaan ini kenapa Dean seorang CEO, gimana dia mau menembakkan pistol pada Koko? 😂😂😂
2023-04-14
1