'Pisah' kalimat itu yang di ucapkan Dean. Siapa sangka, Miranda justru tengah menghabiskan malam bersama seorang pria yang merupakan anak band pada masa sekolah mereka.
Hancur, sakit, sedih, itulah yang dirasakan Dean menyaksikan kemesraan sang kekasih yang dicintai memilih mengkhianatinya hanya karena pria gagah itu terlalu menjaga kehormatan sang pujaan hati.
Suasana malam semakin larut, Miranda meletakkan card kamar hotel yang ia tempati kemudian menutup pintu kamar. Akan tetapi, ketika akan menutup rapat pintu kamar tempat ia beristirahat, kedua netra itu kembali bertemu.
"Dean ..."
"Mi-ra!" Dean celingak-celinguk ke arah koridor kamar, untuk melihat ada orang lain yang melihat mereka atau tidak, kemudian berkata, "Kamu sama siapa?"
"Sendiri, hmm ... mau masuk?" Miranda memberikan isyarat dari tatapan mata, tersenyum sumringah, bersorak kegirangan didalam hati sambil menggigit bibir bawahnya. Bagaimana tidak, janda cantik itu masih penasaran pada pria dingin seperti Dean sambil bertanya siapa istri sang mantan, karena yang ia ketahui pria dingin tersebut sangat sulit mendekati wanita, akibat terlalu kaku dan tidak peka terhadap wanita.
Dean memberanikan diri untuk masuk kekamar Miranda, karena ia juga memiliki perasaan yang sama setelah hampir tujuh tahun keduanya tidak bertemu dan saling bertukar kabar. Bukan sombong, melainkan tidak ingin mengganggu privasi wanita cantik itu.
Setelah memastikan bahwa Dean sudah berada di kamarnya, gegas Miranda menutup pintu kamar agar tidak terlihat oleh rekan kerja mereka. Ia juga enggan jika mendengar kasus perselingkuhan kepala cabang dengan putri kesayangan pemilik perusahaan Multy Strada.
Karena perasaan rindunya, Miranda sengaja menekan tombol untuk meredupkan cahaya kamar tersebut, membuat Dean tertawa kecil.
Pria itu menoleh kearah Miranda, melihat wanita tersebut semakin cantik juga mempesona, "Maaf Mir, di ballroom aku sedikit jaga sikap. Karena ada rekan kerja kita yang mengetahui bahwa aku sudah menikah."
Mendengar penuturan itu lagi, kening Miranda kembali mengerenyit, "Oya, apakah semua teman-teman kantor kamu tahu bahwa kamu sudah menikah, Dean?"
Cepat Dean menganggukkan kepalanya, "Aku sudah menikah dengan kakak kelas kita, Tyas."
Kembali dada Miranda seperti disambar petir, karena mendengar nama wanita yang ia kenali sejak di sekolah dasar. Perasaannya kembali bercampur aduk, karena tidak menyangka bahwa selera Dean hanya wanita yang lebih tua darinya.
"Tyas, kakak kelas kita, bukankah dia diatas kita satu tahun, Dean?"
Tanpa basa-basi, Dean menganggukkan kepalanya sambil bertanya, "Apakah kita akan bicara dengan cara begini? Apa enggak bisa duduk dikursi atau di, hmm ..." Matanya tertuju pada ranjang yang tampak bersih juga wangi.
Membuat Miranda tertawa kecil melihat tingkah teman, kekasih masa sekolah hingga kuliah dan kini kembali dipertemukan dalam dunia pekerjaan mereka. "Ogh, sory. Aku terlalu bersemangat setelah bertemu dengan mu, Dean. Duduklah, aku akan membuatkan kamu teh, tapi aku bersih-bersih dulu. Kamu nginap di kamar aku, kan?" Ia sengaja mempertanyakan hal itu, hanya ingin membuktikan perkataan pria tersebut yang mengatakan telah melupakannya.
"Terserah kamu saja, aku pengen ngobrol sama kamu, Mir. Sudah lama kita tidak bertemu, jadi aku merasa senang hari ini," jawabnya sambil melihat sang mantan kekasih membersihkan wajah, mencepol rambutnya tinggi, kemudian merapikan blazer yang membalut tubuh wanita itu.
Tidak ada perubahan, kulit Miranda masih terlihat putih dan bersih. Tubuh profesional itu sedikit melupakan Dean pada sang istri yang berada di Medan, karena masa training mereka akan berlangsung selama tiga hari setelah pelantikan jabatan di kota metropolitan tersebut.
"Kamu mau kopi atau teh, Dean?"
"Teh hijau saja, Mir."
"Ya. Oya ... kamu menikah apakah sudah memiliki anak?"
"Tyas lagi hamil, Mir. Jadi aku harus kembali besok dan untuk traning mungkin diwakilkan saja dengan rekan yang lain."
Miranda tersenyum, mengehela nafas dalam-dalam karena mendengar bahwa Dean akan kembali besok menuju Medan.
Entah mengapa, tiba-tiba Dean bertanya, "Oya, kamu sudah menikah?"
Ada perasaan istimewa dalam hati Miranda karena pertanyaan Dean, ia menaikkan kedua alisnya, membawa dua cangkir teh hijau untuk mendekati pria itu, setelah mengenakan piyama lengan pendek yang sengaja ia pilih untuk menghabiskan malam bersama Dean.
Miranda menjawab pertanyaan Dean dengan satu tangan menggenggam erat jemari pria pujaannya, "Untuk status, aku janda. Untuk hati aku masih berharap sama kamu, Dean."
"Gila nih cewek ... dari dulu sampai sekarang agresifnya ngalahin Tyas yang membuat aku tidak bisa melupakannya begitu saja ..." gumam Dean dalam hati bersorak gembira.
Melihat Dean tidak terlalu mendengar masalah statusnya, membuat janda muda itu langsung berpindah ke pangkuan pria dingin tersebut, dan langsung mengalungkan tangannya di pundak sang pujaan. "Aku masih mencintaimu hingga saat ini, Dean."
Tampak jelas wajah itu kembali saling bersitatap. Tidak ada pilihan, Dean merasakan getaran yang sama begitu juga sebaliknya. Tanpa sungkan pria itu mendekatkan wajahnya, kemudian ******* bibir merah delima milik Miranda.
Hati Miranda merasa senang, ia menganggap bahwa tidak akan pernah lagi melepaskan Dean begitu saja, ciuman mereka semakin dalam, tak memberikan jedah untuk menghirup udara yang cukup.
Entahlah ... keduanya terlarut akan masa lalu, masa lalu yang penuh gairah muda, kini terulang kembali. Cinta atau nafsu, keduanya semakin terbuai dalam suasana hati tanpa bertanya lebih dulu.
"Maaf Mir, Tyas lagi hamil. Aku tidak bisa melakukan lebih dari ini. Aku permisi ..." Dean melepaskan tangannya dari tubuh Miranda, memilih berlalu meninggalkan janda cantik itu yang sudah tak kuasa membendung rasa.
"Dean, Dean, kenapa kamu selalu meninggalkan aku dengan cara seperti ini? Aku masih mencintaimu, Dean!" Miranda berteriak keras ketika pintu kamar itu kembali tertutup rapat.
Dengan nafas tersengal, kecupan liar penuh nafsu, membuat Miranda melempar semua benda yang ada dihadapannya. "Kenapa harus Tyas, kenapa bukan aku? Bodohnya aku!" teriaknya semakin frustasi, meremas kuat rambut panjang yang sudah tergerai karena ulah Dean.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
Soraya
usia mereka masih pd muda gak slh thor Dean juga bodoh masih mau dkat sama Miranda yg dh menghianatinya
2024-08-24
0