Tiga bulan kemudian, resepsi pernikahan sudah selesai. Tapi Juwita masih tidak bisa menerima kenyataan bahwa Berliana adalah istri dari Kenzie Zafran, anaknya sendiri.
Juwita justru semakin menjadi-jadi. Dia mulai mempengaruhi anaknya, Kenzie, supaya menceraikan Berliana dengan alasan tidak punya anak dengan cepat. Setiap kata-kata yang keluar dari mulut ibu Juwita selalu merendahkan Berliana.
Kenzie diminta untuk kembali ke pacarnya yang dulu, atau jika bisa mencari istri yang lebih cantik, pintar dan kaya seperti keluarga mereka. Bukan Berliana yang tidak memiliki siapa-siapa, yang hanya menjadi santri dalem karena tidak bisa membayar biaya pondok pesantren saat menuntut ilmu di ponpes.
"Kenzie, mama sudah lama memikirkan pernikahanmu dengan Berliana. Kita harus bicarakan sesuatu yang sangat penting." Juwita mencegah anaknya yang baru saja mau melangkah menuju ke kamarnya sendiri.
Kenzie menoleh kemudian bertanya. "Ada apa, ibu?"
Tadi, selesai makan malam Kenzie menyelesaikan pekerjaannya di ruang kerja, sedangkan Berliana diminta untuk segera beristirahat terlebih dahulu. Tapi ternyata Juwita memanfaatkan kesempatan ini untuk mempengaruhi Kenzie.
"Kamu sudah menikah dengan Berliana selama kurang lebih empat bulan, tapi kenapa dia belum hamil juga? Apakah dia tidak ingin memberikan keturunan untuk mu?" tanya Juwita dengan nada provokatif.
Kenzie mengelengkan kepalanya mendengar pertanyaan yang diajukan oleh mamanya malam ini. "Ibu, aku dan Berliana masih berusaha. Mungkin belum rezeki kami." Kenzie menjawab dengan tenang.
"Tapi, kamu tahu kan betapa pentingnya memiliki keturunan di keluarga kita? Bagaimana kamu bisa memastikan bahwa Berliana serius ingin memberikan anak untuk keluarga kita?" tanya Juwita lagi, dengan nada curiganya.
Sebelum menjawab pertanyaan mamanya untuk kesekian kalinya, Kenzie menghela nafas panjang terlebih dahulu.
"Hhh..."
"Ma, aku yakin Berliana juga ingin secepatnya hamil supaya bisa memberikan keturunan untuk keluarga kita. Dia bahkan sudah beberapa kali test urine untuk memastikan."
Ibu Juwita mengerutkan keningnya mendengar jawaban yang diberikan oleh anaknya. Dia tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Kenzie, yang dia pikir sedang menutupi kekurangan istrinya.
"Tapi, sudah tiga bulan. Biasanya, jika perempuan subur itu akan langsung menghasilkan. Bisa hamil setelah sebulan menikah. Bagaimana kalau kamu mencari istri yang lebih cocok untukmu, yang bisa memberikan keturunan dengan cepat? Mungkin kamu bisa mencari istri dari keluarga yang sepadan dengan kita."
Akhirnya Juwita memberikan usulan yang memang biasanya dia katakan. Saran yang selalu saja sama setiap kali membahas pernikahan Kenzie dengan Berliana.
"Apa maksudmu, Mama? Aku tidak bisa menceraikan Berliana hanya karena masalah ini. Aku menikahi wanita baik-baik dan dia sudah menjadi bagian dari keluarga kita."
Seperti biasanya, Kenzie akan menolak usulan mamanya.
"Tapi, kamu harus memikirkan masa depan keluarga kita juga. Bagaimana kalau Berliana tidak bisa memberikan keturunan untuk kita selama beberapa tahun lagi? Ini bisa merusak citra keluarga kita di mata masyarakat dan keluarga besar Kuta!"
Kenzie kembali menghela nafas panjang, tapi kali ini dia membuangnya dengan cepat dan terkesan kasar. "Tapi, Ma, aku yakin kami bisa. Mama tinggal mendoakan yang terbaik dan dia menunggu hasilnya."
Wajah Juwita berubah masam. Dia berpikir bahwa Kenzie sudah melupakannya, sehingga tidak mau mendengarkan apapun yang dia katakan.
"Kau sudah tidak peduli dengan Mama. Kamu hanya peduli dengan istrimu, sekarang ini!"
Setelah berkata demikian, Juwita pergi meninggalkan Kenzie yang masih berdiri dan ingin mengatakan sesuatu, tapi akhirnya urung karena mamanya sudah pergi.
Selama ini, Kenzie hanya berpikir bahwa mamanya merasa cemburu saja. Mungkin karena sekarang Kenzie harus membagi perhatiannya dengan sang istri, jadi tidak hanya untuk mamanya saja.
Ini seperti sebuah kecemburuan sosial atau perasaan tidak nyaman yang muncul karena mamanya merasa tersisih, tergantikan oleh Berliana yang menurut juwita ada perbedaan sosial antara mereka berdua.
Juwita merasa lebih unggul daripada Berliana karena memiliki status sosial dan finansial yang lebih tinggi, dan dia adalah mamanya Kenzie yang patut mendapat perhatian yang lebih banyak. Sedangkan Berliana tidak pantas menjadi anggota keluarga mereka karena tidak memiliki posisi sosial yang sama dengan menjadi istrinya Kenzie.
"Mama, Mama. Kapan mama sadar jika Berliana itu tidak pernah menjelek-jelekkan mama di depanku," gumam Kenzie, kemudian melangkah menuju ke kamarnya.
Selama ini Kenzie tahu bagaimana perlakuan mamanya pada Berliana, tapi nyatanya Berliana tidak pernah membicarakan atau mengadu padannya. Karena itulah Kenzie merasa yakin bahwa Berliana adalah sosok istri dan menantu yang patut untuk dipertahankan. Mungkin seandainya perempuan lain, istrinya Kenzie sudah mengadu sejak dulu atau mungkin pergi dari rumah karena tidak tahan dengan perlakuan mama mertuanya.
***
Hari ini adalah hari Sabtu. Kenzie tidak pergi ke kantor, dan baru saja selesai sarapan pagi bersama dengan istri dan mamanya.
Tapi di saat Berliana membereskan peralatan makan yang kotor untuk dibawa di tempat pencucian piring, Juwita kembali membicarakan tentang Alice.
Alice yang sekarang ini semakin sukses dengan karirnya, tentu saja semakin terkenal di dunia keartisan dan media sosial.
Juwita kembali meminta Kenzie untuk kembali pada Alice, pacarnya yang dulu. Atau jika tidak, Kenzie kembali disarankan untuk mencari istri yang lebih cantik, pintar dan kaya seperti keluarga mereka. Bukan Berliana yang tidak memiliki siapa-siapa, dan tidak bisa melakukan apa-apa yang bisa dibanggakan.
Juwita di membicarakan tentang Alice, membanggakan apapun yang saat ini terakhir oleh mantan kekasihnya Kenzie.
"Kenzie, aku ingin kita bicarakan mengenai pernikahanmu dengan Berliana lagi. Aku tidak yakin dia adalah pilihan yang tepat untukmu."
Kenzie menyipitkan matanya mendengar perkataan mamanya yang membahas tentang Berliana lagi.
"Apa maksudmu, Mama? Aku bahagia dengan Berliana dan kami bisa saling menghargai."
Tapi Juwita tidak terima dengan jawaban yang diberikan oleh Kenzie. "Tapi, Kenzie, Berliana tidak cocok dengan keluarga kita. Keluarga kita terkenal dan berada, sedangkan Berliana hanya..."
"Ma..."
Perkataan Juwita yang belum selesai, membuatnya kesal. Sekarang anaknya sudah berani memotong pembicaraan yang menurutnya ini sangat penting. Padahal Kenzie sendiri sudah hafal kemana arah pembicaraan yang akan dilakukan oleh mamanya.
"Kamu tidak menghargai Mama lagi, Kenzie. Kamu sudah berani melawan dan tidak memperhatikan Mama!"
Suara Juwita yang meninggi, membuat Berliana maupun para pembantu rumah tangga menoleh. Mereka ingin tahu apa yang sedang terjadi dan diperdebatkan keduanya yang masih berada di meja makan.
Lamat-lamat terdengar suara Juwita yang menyebut-nyebut nama Berliana dan Alice. Mereka sudah sering mendengar Juwita yang selalu membandingkan keduanya.
"Mbak Berli. Yang sabar ya, Mbak. Nyonya memang begitu," kata salah satu dari pembantu rumah tangga yang sudah bekerja di rumah ini selama 10 tahun.
Berliana hanya mengangguk dan tersenyum tipis mendengar perkataan dari pembantu tersebut. Dia juga tidak mungkin bisa melawan mama mertuanya, yang tentunya sangat dia hormati sebagai mama dari suaminya yang sudah menjadi imamnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
anggita
namanya aja.. berliana, BerLinang Air mata dan terhiNa🥴
2023-04-15
0
Elisabeth Ratna Susanti
semangat up 😍
2023-04-14
0
Aerik_chan
Semangat kak...
When we firts met, berkunjung
2023-04-13
0