Waktu terus berjalan, hingga hari yang ditentukan untuk resepsi pernikahan Berliana dengan Kenzie tinggal seminggu lagi.
Tapi semakin dekat waktunya, Juwita juga semakin gencar memperlakukan Berliana dengan cara yang tidak baik. Apalagi setelah Alice pulang dari Australia telah menjadi model terkenal.
Juwita membandingkan Berliana dengan Alice dengan alasan pergaulan, pendidikan dan cara merawat wajah yang tentu saja berbeda, karena menantunya itu tidak bisa berdandan, tidak berpendidikan tinggi dan memiliki pergaulan yang luas seperti Alice.
Itu menurut Juwita sebagai mama mertua.
"Kamu harusnya belajar dari Alice, dia bisa berpenampilan cantik dan selalu tampil trendy. Sedangkan kamu, tampilannya kurang menarik dan selalu terlihat tua."
"Alice selalu cerdas dan pandai bicara. Dia bisa berbicara dalam bahasa Inggris dengan fasih. Sedangkan kamu, masih kaku dalam berbahasa dan kurang pintar dalam bicara."
"Alice memiliki teman-teman yang berasal dari keluarga terkenal dan selalu bergaul dengan orang-orang kaya. Sedangkan kamu, hanya bergaul dengan orang-orang biasa-biasa saja di pesantren yang... ihsss."
Juwita juga membandingkan latar belakang Alice dengan Berliana tidak pada tempatnya.
"Alice selalu merawat kulitnya dengan baik, dia selalu terlihat segar dan cantik. Sedangkan kamu, kulitmu terlihat kusam dan tidak terawat."
Juwita masih mengomel tiada henti, melanjutkan kalimatnya yang membuat telinga siapa saja panas saat mendengarnya.
"Alice bisa pergi ke luar negeri untuk mengejar mimpinya sebagai model, sedangkan kamu masih terjebak di pesantren sebagai santri yang tidak punya masa depan."
"Alice bisa menghasilkan uang banyak sebagai model terkenal, sedangkan kamu hanya menghabiskan uang untuk biaya hidup di pesantren mu yang tidak ada gunanya!"
Perkataan-perkataan yang sangat merendahkan dan memicu perasaan inferioritas pada Berliana. Ibu Juwita tidak seharusnya mengatakan hal-hal yang merendahkan. Dia tidak menyadari bahwa setiap orang memiliki potensi dan kelebihannya masing-masing, dan tidak seharusnya membandingkan mereka secara kasar dan tidak sopan.
Padahal status Berliana sekarang adalah istri dari anaknya, yang pastinya nanti akan menjadi ibu dari cucu-cucunya di kemudian hari. Juwita tidak sadar telah melemahkan mental Berliana, yang saat ini sudah menjadi menantunya. Istrinya Kenzie Zafran, anak laki-lakinya.
Juwita kesal dan marah karena belum bisa menerima kenyataan, bahwa dia mendapatkan menantu seperti Berliana yang jauh dari kata ideal. Tidak sesuai dengan apa yang selalu dia katakan pada orang-orang, mengenai menantu idaman yang akan menemaninya jika pergi kemana-mana.
Ketidakmampuan Juwita berdampak pada Berliana. Jadi, apapun yang dilakukan dan dikerjakan oleh menantunya tidak bisa memuaskan sehingga membuat Juwita marah-marah.
"Kamu tidak pernah bisa memasak seperti yang aku inginkan. Alice bisa memasak dengan sangat baik, sedangkan kamu tidak bisa. Perempuan macam apa kamu ini?!"
"Kamu tidak becus mengurus rumah dengan baik. Seandainya itu Alice, dia pasti bisa menjaga rumah dengan rapi dan bersih, sedangkan kamu hanya bisa membuat berantakan."
Ketika Berliana melakukan hal yang salah, Juwita akan dengan cepat marah dan mengkritiknya dengan kata-kata yang kasar dan tidak sopan. Sebaliknya, ketika Berliana melakukan hal yang benar atau positif, Juwita masih tidak pernah puas dan masih menemukan kesalahan di dalamnya. Dia bahkan akan membandingkan Berliana dengan perempuan lain, seperti Alice, yang menurutnya lebih ideal untuk menikah dengan Kenzie.
"Kamu selalu terlihat tidak peduli dengan penampilanmu. Alice selalu terlihat cantik dan menarik, sedangkan kamu selalu terlihat acak-acakan."
"Aku tidak tahu, apa yang membuat Kenzie mau menikah denganmu?! Jangan-jangan, kamu menguna-nguna Kenzie, ya?!"
Perkataan-perkataan seperti ini sangat tidak sopan dan tidak seharusnya diucapkan oleh seorang mertua terhadap menantunya. Sikap Juwita yang jahat dan selalu tidak puas dengan apa yang dilakukan oleh Berliana hanya akan membuat situasi semakin buruk dan memperparah hubungan antara keluarga.
Bahkan Juwita juga memberikan to tuhan yang tidak benar pada Berliana.
Padahal seharusnya Juwita bisa memberikan dukungan dan bantuan kepada menantunya, dan menghargai usaha dan pengorbanannya dalam membangun hubungan keluarga yang harmonis. Jika ada kesalahan, iya juwita seharusnya memberikan arahan dan nasehat bukan hanya memaki-maki.
Situasi ini sangat tidak menyenangkan bagi Berliana sebagai menantu dan anggota keluarga yang perut saja bergabung.
Juwita sebagai mertua yang jahat terus memperlakukan Berliana dengan cara yang tidak baik dan merendahkan. Ia tidak pernah puas dengan apa yang dilakukan oleh Berliana, bahkan jika menantunya sudah mencoba yang terbaik untuk memenuhi keinginannya.
"Kamu tidak punya pendidikan yang baik. Alice memiliki gelar sarjana dan pintar berbicara dalam bahasa Inggris, sedangkan kamu hanya seorang santri yang tidak memiliki pendidikan yang layak."
"Kamu tidak pernah bisa membuat suamimu bahagia. Seandainya itu Alice, dia pasti bisa membuat Kenzie senang dan bahagia, sedangkan kamu selalu membuatnya kesal dan marah-marah."
Padahal Kenzie tidak pernah marah maupun kesal pada istrinya. Kenzie juga tidak pernah mengkritik Berliana.
***
Mendapatkan perlakuan dan perkataan yang selalu menyakiti perasaan dan hatinya, Berliana hanya bisa diam dan menangis. Dia tidak mau melawan saat mendapatkan perlakuan tidak manusiawi dari ibu mertuanya. Dia juga tidak berani mengadu pada suaminya karena takut jika dituduh mengadu domba antara Kenzie dengan mamanya.
"Apa yang harus aku lakukan? Aku tidak mungkin mengadukan hal ini pada mas Kenzie. Nanti mama malah salah paham dan menuduhku mengadu domba antara anak dan orang tuanya."
"Hiksss... ya Allah, apakah aku akan sanggup melewati semua ini?"
Situasi Berliana sangat sulit dan tidak adil bagi dirinya. Sebagai menantu, dia mengalami perlakuan tidak manusiawi dari ibu mertuanya, Juwita, yang terus-menerus membandingkannya dengan mantan kekasih suaminya, dan juga merendahkan kemampuannya.
Berliana merasa terjebak dalam situasi yang sulit karena dia tidak berani mengadu pada suaminya. Dia juga punya keluarga atau kerabat yang bisa menjadi tempat curhatnya.
Dia takut jika akan di tuduh mencoba mengadu domba antara suaminya dan mertuanya. Akibatnya, dia merasa terisolasi dan tidak punya siapa pun yang bisa dia ajak bicara dan memahami situasinya.
Berliana seperti sedang berada dalam tekanan dan intimidasi.
Ketika diserang dengan perkataan dan perlakuan yang tidak adil oleh Juwita, Berliana hanya bisa diam dan menangis. Dia tidak tahu harus berbuat apa, dan merasa tidak punya kendali atas situasi yang dia hadapi. Perlakuan buruk dari mertuanya ini membuatnya merasa tidak dihargai dan diabaikan sebagai anggota keluarga.
"Semoga mas Kenzie mengetahui sendiri sehingga memberikan solusi yang terbaik. Aku akan mencoba untuk bersabar dalam situasi yang seperti ini."
"Ya Allah, kuatkan hatiku. Aku niatkan semuanya ini hanya beribadah padamu dengan cara patuh pada suami yang sudah menjadi imam dalam kehidupanku."
Bagaimana menurut kalian??
Apakah Berliana akan bertahan atau menyerah pada keadaan ini dan melepaskan diri dari Kenzie???
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
Diah Darmawati
laki nya bner syurga di ibu nya tp kok terlalu gt cm diem sj ...
2023-04-21
0
lina
Kenzie oy
lo tenggelemmm apa y
2023-04-14
0
lina
nyeselin bngt mertua kaya gitu
2023-04-14
0