Kisah Cinta Citra

Kisah Cinta Citra

Bab 1

Pagi ini, Citra bersiap-siap berangkat bekerja di kafe. Rasa malas menyelimuti dirinya, membuat Citra enggan pergi bekerja.

"Malas sekali hari ini. Tapi, kalau tidak pergi aku pasti dipecat," gumamnya dengan lirih, matanya menatap kosong ke arah lemari pakaian.

"Hayuk! Aku juga!" teriak seseorang yang suaranya sangat familiar di telinga Citra.

Citra menoleh dan mengembuskan napas dalam-dalam, tubuhnya menegang.

"Fiia, kumohon jangan hari ini," mohon Citra pada kakaknya yang sangat disayanginya. Walaupun selalu memanggilnya dengan sebutan nama saja.

Fiia mendekat dan menoyor kepala Citra dengan sangat kuat, membuat Citra terjatuh dari ranjang karena dorongan kuat kakaknya.

"Aaahhhkkk!" jerit Citra karena lututnya bertemu lantai.

"Itu karmamu! Sopanlah pada kakakmu ini," kekeh Fiia sambil menatap wajah Citra yang masam seperti jeruk purut, senyum mengejek menghiasi bibirnya.

"Dasar! Peyot," gumam Citra dengan kesal. Dia bangkit dan mendekati Fiia, matanya melotot tajam.

"Hei, kemarin paman itu menayangkan kabarmu," kekeh Fiia sambil memperlihatkan sebuah video dari ponselnya.

Citra membuka matanya lebar-lebar, saat melihat seorang polisi paru baya yang menanyakan kabarnya. Rasa paranoid mulai mencengkeram dirinya.

"Hapus sekarang juga!" jerit Citra sambil mengejar Fiia yang terus berlari keluar.

Saat mengejar Fiia, Citra tidak sengaja menabrak meja dan terjatuh. Dia langsung bangkit, jantungnya berdebar kencang.

"Cik, awas aku akan membalasmu!" teriak Citra sambil menatap kepergian Fiia yang menyebalkan.

"Balas saja!" teriak Fiia dari kejauhan. Citra masih dapat jelas mendengarkan ucapan Fiia sehingga dia bergegas berlari keluar.

Entahlah, sepertinya hari ini Citra kalah lagi dari Fiia. Setibanya di luar, kakaknya yang menyebalkan itu sudah tidak ada lagi.

"Dasar menyebalkan! Aku sumpahin kamu sial hari ini," gumam Citra tanpa sadar sudah berkata seperti itu. Ya, walaupun sangat senang melihat Fiia sial.

Citra berjalan dengan perlahan menuju tempat kerjanya. Jarak dari rumahnya hanya membutuhkan waktu sepuluh menit.

Saat berjalan sambil bernyanyi, matanya tidak sengaja melihat seorang polisi yang sangat dikenalnya sedang mengejar seseorang. Yang terlihat jelas itu adalah maling.

"Wah, ini tidak bisa dibiarkan. Aku harus menolong polisi itu. Walaupun aku tidak menyukainya," gumam Citra sambil terus menatap ke arah polisi yang sedang mengejar maling. Tapi, bukan maling kundang. Ya, eh maksudnya malin kundang.

"Hei! Berhenti!" teriak Citra. Sang maling berhenti dan menatap ke arah Citra dengan sangat seram.

Polisi itu menatap ke arah Citra juga. Citra melambaikan tangan agar dia mendekat dan menangkap penjahat itu. Karena sang maling terdiam menatap wajah imut Citra.

"Dasar anak bau kencur! Jangan ikut campur!" serunya, sontak membuat Citra langsung tertawa kecil.

"Jangan panggil aku anak kecil, Paman!" teriak Citra. Keberanian itu datang saat Pak Polisi sudah ada tepat di belakang maling.

"Jangan bergerak!" Polisi itu langsung memborgol tangan sang maling. Citra berlari mendekati mereka karena ingin menjitak kepala penjahat itu.

Plak!

Citra menjitak kepala sang maling di hadapan Pak Polisi tanpa rasa takut, karena sudah mengenalnya lumayan lama.

"Terimakasih, atas kerjasamanya. Kamu ikut saya," ujar Pak Polisi itu pada Citra.

Entahlah, rasa tidak nyaman menghampiri Citra. Dia merasa jika Polisi itu mencoba mendekatinya akhir-akhir ini.

"Tapi, saya mau bekerja Pak," tolak Citra dengan halus, takut dia tersinggung dan langsung memborgol lengannya. Karena itulah yang ada di dalam isi kepalanya saat ini.

"Tempat kamu kerja, itu adalah milik saya," sahut Pak Polisi, membuat Citra sangat terkejut.

Bagaimana bisa Citra sudah satu tahun bekerja di sana. Namun, tidak tahu siapa pemilik kafe itu.

"Baik Pak, saya ikut ke KUA, eh, maksudnya ke kantor Polisi," ucap Citra cepat sambil menutup mulut, karena sudah berkata yang bukan-bukan.

Citra merasa sangat malu saat ini karena Polisi itu tertawa melihat tingkahnya. Sang maling menatap tajam ke arah Citra.

"Ayo," ucapnya sambil bergegas pergi.

Citra pun mengikuti langkahnya masuk ke dalam mobil Polisi yang baru saja sampai di hadapan mereka.

Tiga puluh menit kemudian ...

Setelah semuanya selesai, Citra berpamitan pergi ke kafe tempatnya bekerja. Dia takut terkena hukuman karena sudah datang terlambat.

"Saya bisa minta nomor kamu?" tanya Pak Polisi itu sambil memberikan ponselnya.

"Bisa Pak." Citra langsung menuliskan nomorku di ponselnya dengan rasa tidak nyaman.

Citra takut dia menyukainya, lalu istrinya akan mengira jika Citra adalah seorang pelakor. Ya, begitulah yang ada di dalam pikiran Citra saat ini, terlalu berlebihan bukan.

"Terimakasih, apa perlu saya antar?" tawarnya membuat Citra bergidik ngeri, saat membayangkan mereka tengah berdua, dan di grebek oleh istrinya.

"Citra," panggilnya membuat Citra sadar dari lamunan.

"Tidak usah, saya bisa sendiri Pak," tolak Citra dengan halus, takut dia akan tersinggung atau apapun itu.

"Baiklah, hati-hati di jalan dan sampai bertemu kembali," pesannya pada Citra.

"Terimakasih." Citra bergegas pergi dari sana sebelum hal yang tidak diinginkan terjadi. Pak Polisi itu sangat membuat Citra tidak nyaman.

Setelah sampai di kafe, Citra langsung bergegas masuk ke dalam ruangan karyawan untuk berganti baju.

Citra melihat kakaknya ada di sana dengan wajah pucat. Merasa sangat kasihan Citra pun menghampirinya.

"Peyot, kamu baik-baik saja?" tanya Citra dengan sedikit cemas, walaupun Fiia jahat padanya tetap saja rasa cemas itu lewat sedikit di pikirannya.

"Sok baik!" jawab Fiia dengan ketus.

Kalau saja Fiia tidak sakit, mungkin Citra sudah menoyor kepalanya karena sudah ketus pada adiknya yang lucu dan baik hati ini.

"Ini karma untukmu, eh maksudnya ini adalah ujian dari Allah." Citra berucap dengan hati-hati takut menyakiti hati Fiia. Ya, walaupun lebih tepatnya Citra senang menyakiti perasaan Fiia.

"Jangan ngomong doang, buktikan!" seru Fiia.

Citra ingin melemparkan ponselnya ke wajah Fiia, karena dia sudah sakit masih saja ketus padanya. Namun, Citra ragu-ragu karena ponsel ini masih keredit.

"Pulanglah, hari ini aku masuk dua shift," ucap Citra dengan sangat keterpaksaan yang mendalam.

Citra melihat Fiia langsung bangun dan memeluk tubuhnya dengan sangat kuat, sehingga Citra merasa seperti kehabisan nafas.

"Menyingkir!" teriak Citra sambil mendorong tubuh Fiia menjauh.

"Entar kakak izin dulu," ucap Fiia yang bergegas pergi dari hadapan Citra.

Citra melihat kakaknya itu seperti tidak sakit, dan dia hanya berpura-pura saja pikirnya. Rasa paranoid itu kembali mencengkeramnya.

"Aku menyesal, pasti dia hanya bohong!" teriak Citra sambil menatap ke arah pintu.

Citra mengatur nafas karena hari ini akan bekerja dari jam 09:00 sampai pukul 22: 00 yang artinya, bekerja selama tiga belas jam. Ya, walaupun uang kerja Fiia untuknya juga nantinya.

Citra mulai mengerjakan tugas mencuci piring di dapur. Ada seseorang wanita seksi berkulit putih mendekati Citra.

"Tante, akhirnya kita bisa satu shift. Ya!" jeritnya dengan sangat manja.

Citra mengambil centong dan melemparkan ke arahnya. Wanita itu mengelak sehingga centong itu mendarat tepat di kepala seseorang.

"Aaahhhkkk!" jerit seseorang itu dari sebalik tubuh Flo.

"Ya ampun!" Citra langsung menutup mulut menggunakan kedua tangan.

Bersambung.

Terpopuler

Comments

Keyboard Harapan

Keyboard Harapan

semmangat berkarya kaka💪💪💪

2023-04-10

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!