Citra tidak percaya dia sudah melemparkan centong dan mengenai Pak Yogi, manajer kafe. Dia tahu pasti akan mendapatkan hukuman.
"Citra!" seru Pak Yogi, suaranya bergetar dengan amarah. Citra langsung menghampirinya dengan senyum manis, jantungnya berdebar kencang.
"Maafkan saya Pak, tadi benar-benar tidak sengaja melemparkan itu," ucapnya dengan suara lembut, matanya menunduk.
"Pak, apa saya akan dihukum?" tanyanya, suaranya sedikit bergetar, matanya menatap Pak Yogi dengan harap-harap cemas.
Pak Yogi terlihat sangat marah. Dia menarik tangan Citra keluar tanpa mengatakan apa pun. Citra terus berdoa dalam hati, berharap hukuman kali ini tidak separah sebelumnya.
Ya Allah, semoga saja Pak Yogi tidak menghukum ku melainkan membawa aku ke penghulu, batin Citra dengan sangat sadar.
Citra menggelengkan kepala, heran dengan pikirannya sendiri. Setelah sampai di belakang kafe, Pak Yogi memberikan Citra sapu lidi dan sekop sampah.
"Pak, ini un-" ucapan Citra terputus saat Pak Yogi menutup mulutnya dengan tangan. Citra merasakan tubuhnya gemetar, jantungnya berdebar kencang karena jarak mereka sangat dekat.
"Bersihkan taman belakang ini! Jangan mencoba kabur, karena saya akan terus memantau mu!" ancam Pak Yogi dengan tatapan tajam.
Citra sama sekali tidak takut pada Pak Yogi. Dia malah menghargai Pak Yogi sebagai atasannya dan juga pria idamannya.
"Mala diam, kerjakan sekarang!" seru Pak Yogi dengan nada keras, membuat Citra terkejut.
"Siap!" jawab Citra sambil bergegas mengerjakan tugasnya. Pak Yogi langsung berlalu pergi.
Setelah Pak Yogi pergi, Citra menghentikan pekerjaannya dan menatap ke arah Pak Yogi yang sudah tidak terlihat lagi.
"Dasar pria kutub, kalau bukan karena cintaku padamu sudah lama aku membencimu!" gerutu Citra dengan kesal.
Citra mulai mengerjakan tugasnya. Saat dia sedang memasukkan dedaunan ke dalam tong sampah, Flo, keponakannya, datang dengan raut wajah meledek.
"Ledek terus, ini semua gara-gara kamu!" ucap Citra dengan ketus, sambil terus menyapu. Entah mengapa, melihat wajah Flo selalu membuatnya kesal.
"Tante, jangan ketus-ketus, aku bantuin. Ya?" tanya Flo dengan nada lembut, walaupun raut wajahnya masih meledek.
"Sudah jangan! Kamu balik dan kerjakan pekerjaan ku!" sentak Citra, membuat Flo langsung mundur.
"Jahat, hatiku ini lembut tidak bisa di bentak," rengek Flo dengan manja.
Citra ingin sekali melemparkan tong sampah ke arah Flo, tetapi dia takut kejadian tadi terulang lagi.
"Hus, pergi sana jangan ganggu saya makhluk astral!" usir Citra, seolah-olah tidak melihat keberadaan Flo.
"Tante, menyebalkan!" teriak Flo sambil berlalu pergi.
Citra tertawa melihat Flo pergi. Dia melanjutkan tugasnya dengan baik agar segera selesai dan bisa kembali mencuci piring.
Sepuluh menit kemudian, pekerjaan Citra selesai. Dia bergegas kembali ke dapur untuk mencuci piring. Saat sampai di dapur, matanya terbelalak melihat semua piring sudah bersih.
"Wah, bersih semuanya," ucap Citra tidak percaya kalau Flo akan mengerjakan tugasnya juga.
"Ini, kan' Flo cantik, manis, imut, seksi, lengkap deh," ucap Flo tiba-tiba.
Citra terkejut mendengar suara tanpa adanya tubuh manusia. Dia hanya diam dan duduk santai, walaupun tadi sekilas melihat Flo di samping pintu.
"Euum, makhluk itu lagi," gumam Citra dengan sangat pelan, berharap Flo tidak mendengarnya.
Sayangnya, Flo mendengar ucapan Citra dan langsung menghampirinya. Wajah Flo terlihat jelas menunjukkan amarah.
"Tente, sebenarnya ada masalah apa sama aku?" tanya Flo sambil menatap Citra.
"Tidak ada, hanya saja wajahmu itu selalu membuatku kesal. Tapi, tidak ingin memukulmu," jawab Citra dengan cuek.
"Tobat Tan, tobat!" ucap Flo dengan ketus, lalu berlalu pergi dari hadapan Citra.
"Buat dosa juga enggak, tobat apanya coba?" tanya Citra dengan bingung. Dia merasa sangat mengantuk.
Otak kecil Citra tidak bisa mencerna ucapan Flo tadi. Dia memilih untuk tidur sebentar. Citra memejamkan mata dan terlelap dengan nyenyak.
Di alam mimpi, Citra melihat seorang wanita cantik memakai baju kesayangannnya. Citra langsung menghampiri wanita itu dan mencoba mengambil bajunya kembali.
"Hei ja-lang! Kembalikan bajuku!" teriak Citra sambil menarik tangan wanita itu. Citra terkejut melihat siapa orang tersebut.
"Pinjem bentaran doang, Tente pelit banget," ucap wanita itu sambil menatap Citra.
Citra tidak bisa berkata apa-apa lagi. Dia sangat kesal dan terus menarik tangan wanita itu.
"Kamu, mau di dalam mimpi dan nyata sama saja selalu menyebalkan!" teriak Citra sambil menjambak rambut wanita itu.
"Sakit, Ten!" teriak wanita itu.
Citra semakin menjambak rambut wanita itu agar dia kapok dan tidak ingin memiliki apa pun yang dimiliki Citra.
"Sakit, Tan!"
Citra terkejut mendengar teriakan itu. Suara itu terdengar sangat nyata.
Brak!
Citra langsung terbangun dengan terkejut. Matanya masih sayup-sayup melihat Pak Yogi memukul meja yang ada di hadapannya.
"Kamu saya berikan sp satu!" seru Pak Yogi sambil memberikan Citra sepucuk surat. Citra langsung menerima surat itu.
Ya Allah, surat ini. Entah bagaimana aku menjelaskannya pada Peyot? batin Citra sambil berfikir.
"Terimakasih Pak, saya permisi dulu," ucap Citra dengan lirih. Dia melirik ke arah samping, melihat Flo berdiri di sana.
"Besok-besok jangan seperti itu lagi!" teriak Pak Yogi saat Citra sudah berjalan keluar.
Citra sangat kesal pada Pak Yogi. Dia tidak menjawab ucapan Pak Yogi dan terus berjalan keluar.
Citra berjalan dengan perlahan menuju rumah. Dia merasa takut, padahal biasanya tidak setakut ini pada kakaknya, Fiia.
Sesampainya aku di rumah, pasti Peyot itu akan marah karena sudah membuat pekerjaan dia terancam, ucap Citra lirih.
Sesampainya di rumah, Citra langsung masuk ke dalam kamar dengan perlahan. Fiia langsung menatap Citra dengan tajam.
"Jangan bilang, kamu buat ulah lagi dan pekerjaanku terancam lagi?" tanya Fiia dengan nada pelan, tetapi mengancam.
Citra memasang wajah sedih dan langsung memeluk Fiia. Dia berpura-pura menangis agar Fiia kasihan.
"Kak Fiia, aku dan kamu terkena sp satu dari Pak Yogi itu." ucap Citra dengan lirih, berharap Fiia tidak marah padanya.
"Sana pergi!" Fiia mendorong Citra dengan kasar. Citra membalasnya.
"Enak aja. Ya, kamu marah-marah sama aku!" teriak Citra sambil melemparkan bantal ke arah Fiia.
"Dasar mahluk astral!" teriak Fiia tak mau kalah dari Citra.
Citra mengambil alat penyengat nyamuk dan menyalakannya. Fiia langsung membulatkan mata lebar-lebar karena terkejut.
"Maaf, aku sengaja tadi melakukanya," ucap Citra sambil menghentikan aktivitasnya yang cukup ekstrim tadi.
"Adik duralek!" teriak Fiia sambil mendorong tubuh Citra sehingga Citra terjatuh ke lantai.
"Enak dong, buat chat kamar kita ini," kekeh Citra sambil bergegas pergi dari kamar sebelum Fiia semakin marah.
"Citra! Sinting!" teriak Fiia dengan sangat kesal.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments