Bab 3

Citra duduk di bangku teras rumah, asyik bermain ponsel, menelusuri media sosial yang sedang viral. Ponselnya berdering, panggilan masuk dari nomor yang tidak dikenalnya. Citra mengerutkan kening, matanya menyipit sambil mencoba mengingat kembali kejadian di kantor polisi tadi.

"Apa ini Pak Polisi itu?" gumam Citra, rasa gugup mulai merayap di hatinya.

Citra langsung menjawab panggilan itu, takut jika ada hal penting.

📞Tanpa nama.

Citra:

[Assalamualaikum,] ucapnya sambil menekan tombol hijau, suaranya sedikit gemetar.

Polisi:

[Wa'alaikumsalam,] jawabnya dengan suara yang sangat dikenali Citra.

Citra:

[Ada yang bisa saya bantu, Pak?] tanyanya tanpa basa-basi, karena malas sekali kalau terlalu lama bicara dengannya.

Polisi:

[Tidak, jika ada apa-apa kabari saja! Ya, dan saya ingin menjodohkan kamu dengan anak tertua saya,] ucap Pak Polisi dengan santai, tanpa basa-basi.

Citra terdiam mendengar ucapan Pak Polisi. Sebelumnya, dia mengira Pak Polisi yang menyukainya. Ternyata salah besar. Citra mengerutkan kening, matanya terbelalak tak percaya.

Citra:

[Emangnya, anak Bapak mau sama saya yang hitam ini?] tanyanya dengan sopan, berharap Pak Polisi tidak tersinggung. Citra mendengar Pak Polisi tertawa kecil.

Polisi:

[Mau dong, kamu itu pendek, manis, imut, masa dia tidak mau. Saya saja mau kok,] jawabnya dengan lembut.

Citra senang mendengar Pak Polisi mengatakan dia manis dan imut. Tapi, jangan sebut pendek juga dong, walaupun dia memang benar-benar cebol. Citra mencebik, bibirnya mengerucut.

Citra:

[Iya Pak, saya mau kok,] jawabnya dengan cepat.

Polisi:

[Nanti anak saya akan menelpon kamu. Saya tutup dulu telponnya.]

Setelah Pak Polisi memutuskan sambungan telepon, Citra memejamkan mata dan membayangkan wajah tampan anak Pak Polisi.

Apakah wajahnya seperti Oppa Jung-kook? Atau, Lee Min-ho? batin Citra penuh dengan khayalan. Citra tersenyum lebar, matanya berbinar-binar.

Citra menggelengkan kepala. Apa yang dipikirkannya ini sangatlah jauh. Mungkin saja nanti bertemu anaknya Pak Polisi Edson malah melebihi kedua artis Korea itu.

Setelah selesai berkhayal, ponsel Citra bergetar. Ada pesan masuk dari nomor baru. Sudah bisa dipastikan jika itu adalah anak Pak Polisi.

📥

(Assalamualaikum, perkenalkan nama saya Amon umur 25 tahun anaknya Pak Polisi Edson.)

Citra tersenyum sendiri membaca pesan itu, kemudian membalasnya.

📤 Citra:

(Wa'alaikumsalam, saya Citra umur 18 tahun.)

Citra tersenyum menatap layar ponselnya, menunggu balasan pesan dari Bang Amon, anak Pak Polisi. Setelah menunggu selama dua menit, akhirnya pesannya dibalas juga.

📥Amon:

(Senang berkenalan denganmu, apa kita bisa bertemu besok?)

Citra tidak percaya akan secepat ini berkenalan dengannya. Dia tidak menyia-nyiakan kesempatan itu dan langsung menjawab pesan Amon.

📤Citra:

(Bisa, besok aku tidak bekerja. Abang datang saja di lapangan bola, aku akan menunggu.)

Citra tidak sabar bertemu dengannya. Entah mengapa, rasa hatinya berbunga-bunga lagi sejak patah hati beberapa minggu lalu. Citra menggigit bibir bawahnya, matanya berbinar penuh harap.

📥Amon:

(Baik, jangan bawa teman. Kita berdua saja.)

Citra mengerutkan kening membaca pesan dari Amon. Rasa takut mulai menghampiri pikirannya.

"Sebaiknya aku berbohong saja, karena besok aku juga akan pergi ke rumah calon mertuanya kak Fiia bersama semua teman kami," gumam Citra sambil membalas pesan Amon.

📤Citra:

(Maaf Bang, besok aku pergi ke kota ada keperluan. Bisakah kita bertemu di jalan?)

Citra bergegas masuk ke dalam kamar, ingin menanyakan apa kakaknya, Fiia, jadi pergi atau tidak besok.

Saat masuk ke dalam kamar, terlihat Fiia sedang menelpon pacarnya. Citra duduk di sampingnya, niat hati ingin menguping sedikit.

"Kak Fiia, besok jadi pergi?" tanya Citra dengan tidak sabar, walaupun Fiia masih menelpon.

"Iya, kita berenam," jawab Fiia dengan lembut. Citra tahu Fiia bersikap seperti itu karena sedang telponan dengan pacarnya.

"Sama siapa aja? Soalnya, aku mau ketemu sama anak Pak Polisi itu?" tanya Citra. Sontak, Fiia langsung memutuskan sambungan teleponnya. Matanya melotot, penuh rasa penasaran.

"Serius?" tanya Fiia dengan kepo, matanya berbinar-binar.

"Iya, sebenarnya ... " Citra mulai menceritakan semua kejadian tadi sampai dia dijodohkan dengan anak Pak Polisi itu.

"Baguslah, kamu buktikan sama Yesi kalau adikku ini bisa melupakan mantan yang sudah direbut olehnya," ucap Fiia dengan mendukung Citra. Senyum mengejek terukir di bibirnya.

Seketika, Citra mengingat kembali kejadian satu minggu lalu, saat pacarnya direbut oleh sahabat baiknya, Yesi. Citra menggigit bibir bawahnya, matanya berkaca-kaca. Sakit rasanya tidak bisa Citra jelaskan lagi. Dia sudah menutup rapat-rapat perasaannya itu dan mendoakan yang terbaik untuk Yesi. Ingatlah, karma datang dengan pasti dan tepat sasaran.

"Hei! Mala bengong lagi!" seru Fiia karena sejak tadi Citra hanya diam saja, tidak mendengarkan ucapannya.

"Iya. Tapi, aku malas jika Yesi ikut!" ucap Citra dengan ketus, mengingat penghianatan sahabat baiknya.

"Citra, jangan seperti itu! Buktikan padanya kamu lebih dari dia!" sentak Fiia agar Citra semangat dan mencari pengganti.

"Iya," jawab Citra dengan malas dan keterpaksaan yang mendalam.

Setelah selesai bercerita tentang rencana mereka besok, Citra dan Fiia bubar mengerjakan tugas masing-masing. Ya, walaupun Citra tidak membersihkan rumah melainkan tidur, tetap saja mengerjakan tugas juga.

Setelah tidur panjang, Citra terbangun saat malam hari tiba. Dia langsung berjalan masuk ke dalam kamar mandi. Citra belum membersihkan diri sama sekali sejak pagi.

Setelah selesai mandi, Citra bergegas mengunakan baju, kemudian duduk di bibir ranjang sambil bermain ponsel.

Citra melihat ada pesan masuk dari Wiwit, sahabat sejatinya.

📥Wiwit:

(Citra, besok kamu naik motor sama aku aja. Ya, kita berdua, kan' sama-sama jomblo.)

Citra tersenyum membaca pesan dari Wiwit. Dia adalah sahabat masa kecil yang sangat baik padanya sampai saat ini. Citra pun mulai mengetik keyboard membalas pesannya.

📤Citra:

(Siap. Tapi, aku besok mau bertemu anaknya Pak Polisi Edson Wit.)

Tak berselang lama, pesannya dibalas.

📥Wiwit:

(Gak papa, anggap aja kamu balas dendam sama Yesi sudah merebut pacar kamu. Ya, walaupun kalian baru tiga hari pacaran.)

Citra kesal membaca pesannya, walaupun yang diucapkan Wiwit benar semua.

"Wit, walaupun cuma tiga hari doang. Tetap aja sakit tau," ucap Citra sambil membalas pesannya.

📤Citra:

(Iya, tunggu saja besok jemput aku di rumah. Bay mau bobok cantik dulu.)

Citra langsung menyimpan ponselnya ke dalam laci, kemudian bergegas untuk tidur kembali. Walaupun tadi dia tidur siang sangat lama, tetap saja dia sudah mengantuk lagi.

Bersambung.

Halo teman-teman, dukungan Author ya dengan tinggalkan jejak kalian.

Dalam Bab ini memang real kisah nyata, di mana wanita yang berinisial ( I ) di tinggal pacarnya tanpa berpamitan.

Mereka baru tiga hari pacaran, selang satu hari inisial ( D ) teman si inisial ( I ) berpacaran juga dengan pacar inisal ( I ) karena mereka belum ada kata putus.

Pesan Author.

Memilih sahabat lebih baik dan bagus, ketimbang memilih pria yang akan menghancurkan persahabatan mu dan hatimu juga.🙏

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!