Yesi menatap Citra dengan tatapan tajam, seperti menyimpan dendam. Padahal, Citra yang menyimpan dendam padanya. Citra mengerutkan kening, bibirnya mencebik kesal.
"Kak Yesi, kami duluan. Ya?" izin Wiwit pada kakak sepupunya itu.
"Ya sudah, kami sebentar lagi aja. Emangnya kalian mau ke mana?" tanya Yesi balik pada Wiwit. Citra hanya diam saja, matanya menatap tajam ke arah Yesi.
"Citra mau ketemuan, sama anaknya pak Polisi Edson," jawab Wiwit sambil melirik ke arah Citra. Sontak, Citra langsung menatapnya.
"Ha, yang benar?" tanya Yesi dengan terkejut. Terlihat jelas jika dia tidak menyukaiku. Yesi mengerutkan kening, matanya menyipit.
"Iya, yuk Wit kita pergi soalnya Oppa Amon udah nungguin aku!" Citra berucap dengan ketus, sengaja agar Yesi peka kenapa dia bersikap seperti ini.
Citra dan Wiwit berjalan ke luar dengan bergandengan tangan. Setelah sampai, mereka langsung naik motor. Kali ini Citra yang membawa motornya.
"Cit, jangan ngebut. Ya!" seru Wiwit dari belakang. Citra mengangguk kepala.
"Kamu tenang saja, aku gak ngebut kok cuma kencang aja," sahut Citra sambil melajukan motornya dengan perlahan.
"Sama aja kali," ucap Wiwit dengan pelan. Citra dan Wiwit bercerita sepanjang jalan. Tiba-tiba ponsel Citra berdering. Ternyata Oppa Amon yang menelpon.
"Wit kamu bawa motor. Ya, Oppa Amon nelpon ni!" Citra menghentikan motor di tepi jalan, kemudian mereka bertukar posisi.
"Udah angkat aja, sambil jalan." Wiwit berucap sambil melajukan motornya. Citra langsung menjawab panggilan masuk dari Oppa Amon.
📞Oppa Amon.
Oppa Amon:
[Assalamualaikum, bidadari surga abang.]
Citra:
[Wa'alaikumsalam Bang.]
Citra menjawab salamnya dengan hati yang berdebar-debar. Bagaimana tidak? Suaranya terdengar sangat merdu. Sudah bisa dipastikan jika wajahnya sangat tampan. Citra menggigit bibir bawahnya, matanya berbinar-binar.
Oppa Amon:
[Adek, udah di mana sekarang?]
Citra:
[Di jalan ni, entar kita jumpa di ujung aja. Abang udah ke luar rumah belum?]
Oppa Amon:
[Iya, sebentar lagi abang sampai ini. Assalamualaikum.]
Citra:
[Wa'alaikumsalam Bang.]
Setelah Citra memutuskan sambungan telepon, mulailah wajahnya tersenyum ceria. Dia tidak sabar ingin segera bertemu dengannya.
"Wit, suaranya merdu banget tau. Sudah jelas dia tampan," ucap Citra sambil membayangkan wajah tampannya.
"Citra kamu salah, katanya kalau suara dia merdu artinya dia jelek dan sebaliknya," sahut Wiwit, membuat Citra lemas membayangkan wajah jelek Bang Amon. Citra mengerucutkan bibirnya, matanya berbinar penuh harap.
"Kamu mah, jangan gitu. Kalau dia jelek aku gak mau melanjutkan perjodohan ini," ucap Citra dengan lemas.
Citra tidak munafik, melihat pria dari wajahnya dulu baru hatinya. Karena dia bukan wanita murahan, yang tidak memandang wajah. Namun, uangnya.
"Iya, kita lihat saja nanti." Wiwit menjawab ucapan Citra dengan santai sambil menghentikan motornya.
Citra turun dari motor, kemudian duduk di pinggir jalan. Tak berselang lama, sebuah motor sport berhenti tepat di hadapannya.
Pria itu turun dari motor, kemudian membuka helm. Sontak, Citra langsung membuka mulut lebar-lebar saat melihat wajahnya.
'Ya Allah, dia seperti Pak Polisi Edson waktu muda mungkin atau ini dia?' batin Citra sambil berfikir. Citra menggigit bibir bawahnya, matanya terbelalak tak percaya.
"Siapa Citra, di antara kalian berdua?" tanyanya dengan cepat. Citra menunjuk Wiwit, begitu juga dengan sahabatnya itu.
"Kalian berdua Citra?" tanya Bang Amon dengan bingung.
"Dia Citra!" Citra dan Wiwit sama-sama menjawab, sehingga Bang Amon menatap wajah Citra dengan sangat dalam.
"Kamu, Citra?" tanyanya sambil memperhatikan poto yang dia dapatkan dari profil WhatsApp Citra.
Dengan sangat malu, Citra mengangguk kepala dan menatap ke arahnya.
"Iya, saya Citra." Citra menjawab dengan pelan sambil menjauh darinya.
"Wit, kita pergi. Ya," bisik Citra di telinga Wiwit. Namun, Wiwit terlihat seperti sedang merencanakan sesuatu.
"Bang Amon, kita duduk dulu katanya Citra mau ngobrol sama Abang," ucap Wiwit dengan santai.
Citra langsung mencubit lengan Wiwit, sehingga dia meringis dan mendorong Citra. Untung saja Bang Amon sigap sehingga Citra terjatuh di atas pelukannya.
Terasa nyaman. Namun, seperti ada yang tegak. Akan tetapi, bukan keadilan sehingga Citra langsung bangun. Citra langsung menutup mulut saat Wiwit menginjak kakinya.
"Maaf Bang, tadi ada yang tegak. Eh salah!" Citra langsung menutup mulut saat Wiwit menginjak kakinya.
"Euum, kita makan dulu yuk," ajak Bang Amon. Namun, Citra menggelengkan kepalanya.
"Entar aja Bang, kami ada keperluan," tolak Citra dengan halus, takut dia tersinggung.
Citra melihat wajah Bang Amon sedih. Mungkin dia kecewa karena penolakan Citra. Namun, Citra tidak mau berlama-lama dengannya.
"Bang, entar kita telponan lagi. Ya!" Citra bergegas naik motor dan melajukan dengan sangat cepat, sampai-sampai Wiwit tertinggal.
"Citra!" teriak Wiwit bersamaan dengan Bang Amon. Citra menghentikan motornya, kemudian memutar balik.
Sesampainya di sana, terlihat wajah keduanya sangat kusut. Mungkin mereka jodoh.
"Maaf, buru-buru soalnya tadi," elak Citra dengan senyuman renyah.
Wiwit langsung naik ke atas motor. Citra menatap ke arah Bang Amon yang menghampiri. Dia memberikan selembar uang berwarna merah. Sontak, Citra langsung menolak.
"Untuk apa, itu Bang?" tanya Citra dengan pura-pura tidak tahu. Wiwit mencubit lengan Citra.
"Untuk kalian, siapa tahu ada kendala," jawab Bang Amon dengan lembut. Wiwit langsung mengambil uang itu.
"Terimakasih Bang, kalau begitu kami permisi dulu," Wiwit berucap dengan lembut, membuat Citra tersenyum.
"Bang, jangan seperti ini aku tidak bisa menerima uang itu," ucap Citra dengan sopan.
"Kami butuh Bang, jangan dengarkan dia," sambung Wiwit dengan cepat, membuat Citra terkejut.
"Iya, terima saja kalau seperti itu. Abang permisi dulu." Pria itu langsung bergegas pergi dari hadapan Citra.
Setelah Bang Amon pergi, Citra mengambil uang yang ada di tangan Wiwit dengan paksa.
"Cit, kembalikan!" teriak Wiwit. Citra langsung memasukan uang tadi ke dalam tas.
"Cik, tadi saja berkata tidak tau padahal sekarang nomor satu!" seru Wiwit dengan kesal.
Citra tertawa sambil melajukan motor dengan perlahan. Kemudian, menghentikan laju motor di warung bakso.
"Udah diam, kita makan bakso pakai uang bang Amon," ucap Citra dengan pelan.
"Uangnya mau, orangnya gak mau," cibir Wiwit, membuat Citra kesal, karena uang itu dia yang mengambil dari Bang Amon tadi.
"Ya udah, ini ambil semuanya. Tapi bayarin bakso ku nati!" Citra bergegas pergi sambil menatapnya dengan sinis.
"Sama aja!" teriak Wiwit sambil mengejar Citra.
Setelah pesanan mereka sampai, Citra menerima pesan masuk dari Bang Amon, dan langsung membacanya.
📥Oppa Amon.
(Ternyata Adek cantik banget, manis, pendek.)
Pendek lagi, kata-kata itu sangat membosankan di telingaku. Namun, semua adalah kenyataan. Citra menghela napas, matanya terpejam sejenak.
"Siapa, bang Amon lagi?" tanya Wiwit sambil menyantap bakso miliknya.
Citra mengangguk kepala saja, karena saat ini bingung harus menjawab apa padanya.
"Udahlah, jangan pandang wajahnya," tambah Wiwit yang sangat tahu apa isi kepala Citra.
"Enak aja kamu tau, kan' kalau Yesi dapat mantan aku yang ganteng? Masa iya aku dapat yang jelek," jawab Citra dengan jujur.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 74 Episodes
Comments