Siapa Sebenarnya Suamiku?
Sah
Akhirnya kata itu terdengar juga dari mulut beberapa tetua yang berada dalam ruangan yang sudah dihias dengan indah itu. Rinjani dan Dave resmi menjadi sepasang suami istri. Setelah perjalanan panjang dari Dave, akhirnya pria itu bisa menikmati hasil indah dari perjuangan dan kesabarannya melunakkan hati Rinjani.
"Terima kasih untuk semua waktumu selama lima tahun terakhir," kata Rinjani mencium punggung tangan pria yang beberapa menit lalu menjadi suaminya.
"Semua waktuku adalah milikmu." Dave mengecup lama kening Rinjani.
Butuh waktu yang lama dan kesabaran ekstra saat Dave memperjuangkan cintanya. Sangat sulit menembus dinding tebal nan tinggi yang diciptakan oleh Rinjani. Wanita malang yang benar-benar trauma dengan pernikahan.
Ya, lima tahun yang lalu Rinjani sebenarnya akan menikah dengan kekasih yang ia pacari selama kurang lebih dua tahun. Namun, sungguh sial nasibnya, di hari pernikahannya yang tinggal menghitung jam, calon suami Rinjani menghilang dan ditemukan tewas di dasar jurang setelah dua hari dalam pencarian.
Keadaan Raga, mantan calon suami Rinjani kala itu sudah membusuk dan tak layak untuk dilihat oleh keluarganya. Menurut pihak berwajib, Raga adalah korban pembunuhan yang hingga kini tak dapat di temukan siapa tersangkanya.
Sejak saat itu, Rinjani mengalami depresi. Sering berhalusinasi akan kehadiran Raga dan terkadang ia merasa Raga masih ada di sekitarnya. Di saat itulah, Dave senantiasa berada di samping Rinjani dengan sabar.
Berada di titik ini pun, Rinjani masih sangat trauma. Ia merasakan panik dan cemas berlebihan sebelum akad di mulai. Rinjani tak ingin kejadian lima tahun lalu terulang kembali, wanita itu sampai meminta panggilan video call dengan Dave selama ia di rias hingga diantar ke pelaminan.
"Kok kayak ada yang dipikirin? Mikir apa?" tanya Dave saat mereka sedang istirahat makan siang.
"Kenapa kamu mau memperjuangkan aku begitu keras? Apa istimewanya aku di mata kamu? Aku hanya wanita yang pernah tidak waras karena perkara laki-laki."
"Aku sayang sama kamu tulus, Rin. Aku nggak mau lihat dan nggak mau tahu sama masa lalu kamu. Justru aku bangga sama kamu, masa lalu kamu sudah membuktikan kalau kamu sudah jatuh cinta sama orang, kamu cintanya nggak main-main."
"Tapi aku belum bisa menghilangkan Raga dari hati aku, aku sudah ikhlas dengan kepergiannya. Tapi hatiku masih bertahta namanya."
"Mungkin aku nggak akan bisa menempati tempat Raga sekarang. Tapi suatu saat aku yakin aku bisa menempatinya tanpa menghilangkan nama Raga. Aku bukan Raga, jadi sudah dipastikan aku nggak bisa gantikan dia. Aku hanya bisa menempati ruang hatimu yang sekarang masih disinggahi Raga. Aku nggak akan meminta kamu melupakan atau menghilangkan Raga dari hatimu. Aku hanya minta, kamu abdikan hidup kamu denganku, habiskan waktu denganku hingga maut. Biarkan Raga tetap di sini tanpa menggangu kita. Bisa?" tanya Dave di akhir kalimat serta menyentuh dada atas Rinjani.
Kata-kata yang diucapkan Dave membuat Rinjani terharu hingga menangis. Ia merasa beruntung, meskipun ia tak bisa bersatu dengan kekasih hatinya, ia bisa menemukan pria seperti Dave yang bersedia menerima apa adanya dirinya. Tak pernah menuntut apa pun darinya, dan yang terpenting Dave tak pernah mempermasalahkan masa lalunya yang hingga kini masih membekas dengan jelas.
Malam harinya, mereka kembali ke pelaminan untuk melakukan resepsi. Banyak tamu yang berdesakan untuk bersalaman dengan kedua mempelai. Baik dari kedua orang tua Rinjani maupun teman-teman mereka.
Tanpa mereka sadari ada sepasang mata yang sejak tadi menatap ke arah pelaminan. Tatapan ****** dari seorang pria yang memiliki amarah di dada dan dendam yang sangat terlihat dari sorot matanya.
Sepasang mata itu langsung bersembunyi ketika Rinjani menatap kearahnya.
"Ada apa, Sayang?" Dave yang melihat istrinya celingukan akhirnya bertanya.
"Kayak ada orang di sana, Mas. Tapi udah nggak ada, perasaan aku aja kali, ya," jawab Rinjani menunjuk ke suatu arah, namun sudah tak ada apa pun di sana.
"Kamu terlalu cemas, Sayang. Istirahat aja, yuk. Udah malam juga ini, tamu juga udah berkurang, paling tinggal tamu-tamu Ayah dan Ibu, kan?"
Rinjani mengangguk, ia juga sudah lelah dengan rutinitas menjadi ratu sehari semalam. Kini saatnya ia mengistirahatkan tubuhnya.
"Apa aku benar-benar boleh istirahat?" Rinjani duduk di meja rias seraya menghapus semua make up yang menempel di wajahnya.
Dave yang baru saja keluar dari kamar mandi melangkahkan kakinya dan membungkukkan badannya agar sepadan dengan sang istri. Ia meletakkan dagunya di pundak wanita yang selama lima tahun ia perjuangkan. Memandang ke arah cermin yang terpampang wajahnya dan juga wajah ayu alami Rinjani.
"Apa kamu akan mengira jika aku akan membiarkan kamu istirahat? Tidak semudah itu, Sayang," kata Dave mengecup leher Rinjani di beberapa titik.
Salah satu kelemahan wanita jika di kecup pasti akan merasakan sensasi yang berbeda. Rinjani yang semula sangat gugup kini malah menikmati sentuhan demi sentuhan yang di ciptakan bibir seksi Dave.
Matanya terarah untuk terpejam dengan sendirinya. Tangan Dave juga tak mau diam begitu saja, tangan yang semula di perut kini sudah beranjak naik dan menekan-nekan sebuah gundukan di sana.
"Mas." Lengkuhan suara tanda kenikmatan telah terdengar di telinga Dave.
Mendengar suara itu membuat Dave semakin brutal menciptakan suara-suara yang sungguh ingin ia dengar.
Sudah tak tahan dengan hasrat yang sudah memuncak melewati kepala, pria yang baru saja menyandang sebagai kepala keluarga itu menggendong istrinya dan membawanya ke ranjang.
Gerakan demi gerakan mampu membuat ranjang besar milik Dave berdenyut dan bergetar halus. Sehalus desisan yang di ciptakan oleh keduanya.
Tak pernah melakukan ini sebelumnya membuat mereka cukup lama dalam memanaskan badan. Hingga akhirnya mereka tiba di titik mereka akan menyatukan tubuh dan bertukar keringat dalam waktu yang tak dapat di tentukan.
"Loh, kamu kok pakai ini? Lagi datang bulan?" pekik Dave terkejut.
Seketika Rinjani bangkit dari berbaringnya dan duduk dengan sempurna. Ia menepuk jidatnya dan menampakkan ekspresi wajah bersalah.
"Maafkan aku, aku lupa." Rinjani sedikit takut.
Mendengar kalimat Rinjani membuat tubuh Dave seketika lemas tak berdaya. Hasrat yang muncul di puncak kepala lenyap begitu saja, entah ke mana perginya.
"Jangan marah!" rengek Rinjani.
"Nggak, Sayang. Aku nggak marah, kenapa harus marah? Ini, kan memang sudah rutinitas setiap bulan, nggak apa-apa. Ya udah kita tidur begini saja, ya. Tapi mau ini." Dave menunjuk bongkahan lemak yang sebenarnya sejak tadi membuat Dave tertantang.
"Oh, mau kayak bayi? Ya udah ayo!"
Mereka akhirnya membaringkan tubuhnya berhadapan dan menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments