MAZOYA (Aku Bukan Diriku)
"Hey,,,, kenapa sih... kangen..." ledek teman kerja Zoya, menyenderkan pantatnya di meja kerja Zoya.
Sedari tadi, Zoya seperti enggan untuk menatap layar laptop dan menggerakkan jarinya di atas keyboard.
Zoya memasang wajah sebal dengan bibir cemberut. "Astaga, Zo..... Baru juga Reiner pergi kemarin. Elo sudah seperti bayi kehilangan empengnya." ejek Milly, teman dari Zoya.
Zoya melotot tak percaya mendengar apa yang dikatakan Milly. "Sialan elo!!" geram Zoya.
Reiner, lelaki dengan wajah tampan. Anak dari sahabat sang papa. Pemilik salah satu perusahaan besar di kota ini. Reiner adalah kekasih dari Zoya.
Kemarin pagi, Reiner pergi meninggalkan negera ini untuk bertolak ke negara lain. Tak lain dan tak bukan karena perihal pekerjaan.
Perusahaan orang tua Reiner yang berada di luar negeri sedang mengalami penurunan kinerja. Jika terus dibiarkan, dapat di pastikan jika perusahan akan di ambang kebangkrutan.
Oleh sebab itu, Reiner pergi ke sana atas permintaan kedua orang tua Reiner. Mengatasi dan memperbaiki perusahaan tersebut. Hingga bisa kembali seperti semula. Bahkan jika bisa lebih baik lagi.
Sementara Zoya, setelah lulus kuliah. Dirinya tak langsung bisa menduduki kursi kepemimpinan dengan mudah. Dia harus bekerja sebagai staf biasa di perusahaan sang papa.
Meski awalnya Zoya menolak, tapi akhirnya dia tidak punya pilihan lain. Dari pada semua fasilitas mewahnya dicabut oleh sang papa. Dan membuatnya menjadi gelandangan. Dengan terpaksa Zoya menuruti semua keinginan sang papa.
Saat keduanya sedang berbincang, seorang perempuan dengan perawakan besar dan wajah penuh dengan jerawat datang menghampiri mereka berdua.
Tak hanya itu, dia juga dikenal dengan badannya yang bau badannya. Meski begitu, tak dapat dipungkiri. Otaknya sangat encer alias pandai.
"Apa?!" tanya Milly dengan judas.
"Maaf, Zoya... kamu dipanggil sama papa kamu. Di suruh ke ruangannya." cicitnya dengan wajah sedikit takut.
Zoya menatapnya dengan sebal. "Ya sudah,, cepat pergi. Mau muntah gue dekat sama elo." ucap Zoya sengak.
Segera perempuan tersebut pergi ke meja kerjanya. Dirinya tak berani menatap rekan-rekan kerjanya yang berada di ruangan yang sama dengannya.
Karena memang tidak ada satupun dari mereka yang memperlakukan dirinya dengan baik. Setiap hari dia selalu dibully.
Ada saja kejadian yang dia alami. Dari omongan hingga dia yang selalu dikerjai. Meski tidak parah, tapi dirinya tetap saja merasa tertekan.
Meski begitu, dia tetap bertahan untuk bekerja di perusahaan ini. Selain karena susah mendapatkan pekerjaan. Gaji di perusaahan ini lumayan besar.
Dan lagi, dia tidak ingin membuat kedua orang tuanya sedih. Sebab selama ini, dia selalu mengatakan jika dia betah bekerja di sini. Dan juga dia mengatakan jika rekan kerjanya sangat baik kepadanya.
Zoya membawa beberapa lembar kertas. "Kerjakan pekerjaan gue. Selesaikan dengan cepat." Zoya meletakkan kertas tersebut dengan kasar di atas meja Yaya.
Yaya dialah perempuan yang bertubuh besar dengan banyak jerawat. "Baik." ujar Yaya lirih.
Meski pekerjaannya belum selesai, tapi Yaya selalu mengerjakan pekerjaan rekannya yang selalu dibebankan padanya dengan berbagai alasan.
Tapi dia tidak pernah mengeluh atau menolak apa yang diinginkan oleh mereka. Terlebih Zoya. Sebab Zoya adalah putri dari pemilik perusahaan.
Dari meja paling sudut, seorang lelaki hanya memandang ke arah Yaya dengan wajahnya yang datar. Hanya dia yang selama ini tidak pernah membebankan pekerjaannya pada Yaya.
Dia juga tidak sama seperti pekerja yang lain. Yang selalu mengolok dan mengatai Yaya. Dia adalah Miko. Sosok pendiam, berwajah dingin.
Beberapa saat kemudian, Zoya kembali ke tempat duduknya dengan raut wajah kesal. "Kenapa elo?" tanya Milly.
Zoya memegang kepalanya dengan sedikit menekannya. "Biasa, papa. Pusing banget gue."
Milly hanya mencebik. Dirinya juga tak tahu apa yang terjadi. "Ehh,,,, gendut, jika punya Zoya sudah selesai, kerjain punya gue. Lagi malas nih gue." tukas Milly.
Yaya hanya mengangguk patuh. "Perbesar dong suhu AC nya. Sumpah bau keringat si gendut sudah mulai tercium." celetuk rekan kerja Yaya.
Yaya mendekat ke arah Zoya, menyerahkan pekerjaan Zoya yang sudah selesai. "Gue heran deh, makanan elo apa sih?!" Zoya memencet hidungnya.
Zoya menggerakkan tangannya, menyuruh Yaya segera menyingkir dari sampingnya.
Jam istirahat tiba. Semua karyawan pergi ke kantin untuk mengisi perut mereka yang terasa lapar. Tapi tidak dengan Yaya. Dia tetap berada di ruangannya. Makan bekal yang sudah disiapkan sang ibu dari rumah.
Dengan senyum di bibirnya, Yaya makan dengan lahap. "Elo berapa hari nggak dikasih makan?" tanya Milly dengan sinis, yang masuk kembali ke ruangan karena ada yang tertinggal.
"Pantas, badan elo segentong. Makan elo sebakul gitu." celetuk Zoya bergidik ngeri.
"Upsss,,,,, maaf." ujar Milly, seakan dia tak sengaja menumpahkan air minum milik Yaya ke atas meja.
Milly hanya acuh dan meninggalkan ruangan bersama dengan Zoya tanpa rasa bersalah. Mereka berdua malah tertawa lepas.
Dengan segera Yaya menyelamatkan berkas-berkas di atas mejanya. Lalu membersihkan genangan air di atas meja, dan juga lantai.
Saat Yaya membersihkan lantai, bekal kotak makannya yang masih terisi makanan jatuh ke bawah. Segera Yaya mengangkat kepalanya.
"Maaf, nggak sengaja." rekan kerja Yaya tersenyum manis, meninggalkan Yaya sendiri.
Yaya hanya bisa menghela nafas. Mengambil sisa nasi serta lauk pauk yang tadi sempat dia makan, dan sekarang tercecer di lantai.
Diperlakukan seperti itu bagi Yaya sudah biasa. Meski sakit hati, dirinya juga tidak bisa berbuat apa-apa.
Miko yang baru saja masuk ke ruangan menghentikan langkahnya sejenak, melihat Yaya duduk berjongkok membersihkan lantai.
Mengetahui ada Miko, segera Yaya bangun dan berdiri. Sebab sudah pasti, Miko akan lewat jalan yang sedang Yaya bersihkan menggunakan sapu tangannya.
Sialnya, tubuhnya yang terlalu besar sulit untuk di ajak berdiri. Malah membuatnya jatuh terjerembab di lantai dengan posisi duduk.
"Astaga..." keluh Yaya yang kesulitan berdiri karena berat badannya.
Sebuah tangan terulur tepat di depannya. Yaya mendogak, melihat siapa gerangan pemilik tangan tersebut. "Miko." gumam Yaya.
Yaya menggerakkan telapak tangannya. "Tidak perlu. Aku bisa berdiri sendiri." tolak Yaya. Dirinya takut Miko tak akan mampu menarik tubuhnya. Dan malah akan ikut terjatuh.
"Aku ingin segera ke kursiku." ujar Miko.
Yang berarti Yaya harus segera menyingkir dari jalan. "Ah.. iya." gugup Yaya.
Dengan dada berdebar, Yaya meraih tangan Miko. Menerima bantuan Miko untuk bisa berdiri dan tak lagi menghalangi jalan.
Ternyata kekhawatiran Yaya tidak terjadi. Ternyata Miko mampu menariknya. "Terimakasih." cicit Yaya.
Miko hanya acuh seperti hari-hari biasanya. Dia segera duduk di kursinya setelah membantu Yaya. Sementara Yaya, dia memasukkan kotak bekal ke dalam tasnya. Sebab, tak mungkin Yaya memakan makanan yang sudah terjatuh.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 124 Episodes
Comments
IndraAsya
jejak 🐾
2023-11-07
0
idaman
apa Zoya pindah ke tubuh yaya ya?
2023-10-03
1
Besta Sawitri
setelah mawar tamat, semoga g kalah seru sama mawar
2023-06-20
1